34.Takut

1.3K 26 0
                                    


"Sayang kamu marah?"tanya Adara kala melihat suaminya sudah keluar dari kamar mandi.

Tidak ada jawaban. Adrez melenggang ke arah lemari pakaian untuk memakai kemeja kantor nya.

Adara menghela napas berat merasa tidak ada sahutan dari Adrez "Aku minta maaf! Aku tau aku salah gak seharusnya aku ngomong kaya gitu"

Adrez tetap melanjutkan kegiatan mengancing kemejanya walaupun Indra pendengarannya jelas berfungsi ia enggan untuk menanggapi.

Setelah siap dengan pakaiannya Adrez berjalan mendekati istrinya ke arah kasur. Adrez menggapai suatu benda miliknya di atas nakas.

"Aku gak marah sayang"ucap Adrez setelah keterdiaman nya. "Aku cuma kecewa aja kamu bisa punya pikiran kaya gitu tentang aku"lanjutnya sambil memasangkan jam tangan hitam di pergelangan tangannya

Mau marah karna tidak ada juga yang mau mengalah. Tapi sebisa mungkin Adrez tetap bersikap lembut menyelesaikan perdebatan ini.

Adrez meraup wajahnya gusar "Sebenarnya aku sakit hati dengernya ya. Itu sama aja kamu anggep aku cuma mau tubuh kamu padahal enggak sama sekali sayang"tutur Adrez

Adara mengangguk mengiyakan. Ia tau dan sangat tau bagaimana bisa Adara meragukan itu setelah banyaknya perjuangan Adrez untuk dirinya.

"Aku gak bermaksud ngomong kayak gitu, Kamu salah ngartiin sayang. Aku ngomong kayak gitu supaya kamu bolehin aku ke Sydney!"papar Adara

"Aku pengen ketemu Nenek! Emang salah?"

Lagi lagi Adrez menghela napas kasar lalu duduk di pinggiran kasur "Gak salah" laki-laki itu menggenggam jemari sang istri.

"Aku bukan gak ngebolehin kamu ketemu sama Nenek! Cuma di tunda dulu waktunya"lanjut Adrez

"Terus kapan?"

Tanpa berpikir keras "Minggu depan! Aku janji bakalan cepet-cepet nyelesaiin kerjaan aku biar kita bisa langsung berangkat ke sana"terang Adrez yakin.

"Mau sekarang"cicit Adara

"Apa bedanya sekarang sama minggu depan? Gak ada kan?!! Yang penting kita sama-sama ke sana nantinya" bicara Adrez sedikit meninggi karna istrinya belum mengerti juga dan keras kepala.

Adara juga tidak tau kenapa ia bersikekeh untuk pergi sekarang tanpa menunda minggu depan.

"Sayang"panggil Adrez saat tidak ada sahutan dari sang istri.

Belum tuntas Adara menyelesaikan sanggahnya namun tertahan"Tapi Mamih—"

"JANGAN NENTANG AKU!!!"

Hilang kesabaran karna istrinya tetap bersikeras menyanggah dan masih ingin protes.

"NURUT SAMA SUAMI BISA GAK??!!" Tubuh Adara terlonjak mendengar nada bentakan Adrez

Adara tidak tahan. Matanya sudah berkaca-kaca bersiap untuk menangis tapi tidak ingin ketahuan cengeng Adara menundukkan kepalanya. Tangannya meremas sprei yang membalut tubuh polosnya.

Sadar akan tindakannya Adrez menangkup rahang Adara agar bertemu dengan siluet matanya "Maaff"sesalnya karena sadar atas ucapannya yang tidak seharusnya.

"Maaf sayangg" Adrez mengusap lembut pipi Adara. "Kamu tau ya aku paling gak suka dan gak bisa jauhan sama kamu jadi jangan berniat buat pergi tanpa aku apalagi bahas perpisahan"

"Kita gak pis—"

"Jangan mancing aku ya! Kamu sendiri yang buat aku marah"hardik Adrez "Dengan kamu bilang mau pergi ke sana tanpa aku itu udah buktiin kalo kamu sanggup jauhan sama aku tapi aku enggak ya!"

A Life After The MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang