31.Mood

1.5K 36 0
                                    


"Kok berenti yang?"

Adrez menatap wajah Adara dalam teramat dalam di sertai dengan bumbu penuh intimidasi "Tadi siapa?"tanyanya datar mengabaikan pertanyaan istrinya.

Adara mengerutkan kening "Tadi yang mana?"

"Ck. Ngapain tadi ngobrol sama cowok?!"desis Adrez

Adara berpikir sejenak beberapa detik otak cantiknya langsung terkoneksi "Ohh.. Itu tadi Marlon sayang"

Adrez bergumam pelan seraya mengangguk-nganguk paham beberapa kali "Jadi sempet kenalan dulu tadi"sinisnya menjawab

"Bukan gitu. Marlon itu temen kecil aku yang tempo lalu aku ceritain, waktu mau nemenin mamih ketemu temennya. Terus temen mamih itu ajak anaknya juga dan anak nya itu temen kecil aku di Sydney"jelas Adara

"Inget gak?"

Tanpa memikirkannya lebih dulu Adrez cepat menjawab yakin "Enggak!"

"Masa lupa sih?"tanya Adara

"Emang gak tau"tegasnya

"Itu yang—"

"GAK TAU, GAK PEDULI!" Mungkin Adrez rada ingat cuma rasa kesal dan rasa cemburu yang mendominan membuatnya menolak keras pernyataan apapun itu.

Apa all juga lupa Marlon? Kalo lupa back to part 12 hihi:)

"Kok malah marah-marah sih?"heran Adara

"Kamu ngeselin. Siapa suruh deket-deket sama cowok lain"ketus Adrez

"Aku gak deket sama dia tadi cuma gak sengaja ketemu terus ngobrol sebentar"terang Adara "Masa gitu doang marah sih? Marlon kan temen aku"

Adrez memicingkan matanya. Itu bukan jawaban yang ingin di dengarnya "Tetep aja aku gak suka, mana aku liat lagi dia pegang tangan kamu tadi"sentaknya.

"Gak sengaja, sayang. Itu tadi ke pegang, dia nya reflek"

"Gak suka pokoknya!"Ngambek Adrez layaknya anak kecil dengan bibir yang di kerucutkan, tangannya bersedikap dada.

Adara menghembuskan napas pasrah "Yaudah iya aku minta maaf"

"Kenapa buang napas ke gitu?! Gak ikhlas minta maaf nyahh!"tudung Adrez

"Enggak sayang aku ikhlas banget minta maaf nya"ujar Adara "Maaf ya kalo aku salah. Gak lagi aku biarin dia pegang tangan aku! Tadi dia cuma mau minta nomer aku doang"perjelas Adara agar atmosfer kembali membaik.

Tapi dugaannya salah besar. Kalimat terakhir yang di ucapkan nya malah memperpanjang urusan "Apa tadi kamu bilang?!"sentak Adrez

"Dia minta nomer kamu. Terus kamu kasih gitu?!"gerutunya

Adara menganguk jujur. Mengetahui hal itu Adrez bergeming di tempat dengan pandangan yang lurus ke depan. Laki-laki itu mendadak diam.

"Kok diem. Marah?"tanya Adara

Tidak ada jawaban.

"Kenapa sih sayang?"tanyanya lagi lembut "Sayang marah??"

Adrez diam seribu bahasa.

Adara menarik napas dalam-dalam. Selalu seperti itu jika dalam mode ngambek atau cemburu. Adrez memang sulit di bujuk jika sudah benar-benar pasrah, Adara memilih ikut diam dan membiarkan suaminya itu dengan kekesalan di hatinya.

Cukup lama mereka terdiam. Adara jenuh juga, ia melirik pada suaminya yang kini masih duduk dalam diam.

"Apa liat-liat aku!"cetus Adrez dalam mode senggol bacok.

Adara mendengus "Jalanin mobil nya"titahnya

Adrez menyilangkan tangannya di dada "Gak mau!"

"Yaudah terserah" Adara tidak menghiraukan Adrez yang tengah merajuk padanya. Ia malah memilih bermain handphone di tangannya "Sampai malem aja kita di sini. Gak papa kok!"ujarnya tanpa mengalihkan matanya.

A Life After The MarriageWhere stories live. Discover now