1. White Wine yang Bersaksi

69 11 12
                                    

Angin malam yang membawa aroma lembut dari parfum violet menarik perhatian para penikmat udara segar di bawah rembulan malam ini. Beberapa orang menarik atensinya pada sumber dari bebauan tersebut. Tae-sik yang sudah terbiasa dengan aroma tersebut tak terlalu memerhatikan reaksi orang-orang yang demikian. Ia hanya memfokuskan pandangan pada flute glass kosong yang sedari tadi ia putar berlawanan dengan arah jarum jam.

"Red or white, Sir?" tanya seorang wanita yang tak lain adalah pembawa aroma violet di sekitar rooftop ini.

"Aku serahkan pilihanku pada, Noona." Dengan nada bicara dan ekspresi yang lembut, Tae-sik menjawab demikian. Sembari mengangkat gelas dengan jari telunjuk dan ibu jari yang menjepit bagian leher. "Tapi aku ingin kembali ke kamar, bisakah noona membawakannya ke sana?"

Elnaz tersenyum hangat mendengar permintaan tersebut. "Apapun akan aku lakukan untuk, Tuan."

Tae-sik pun membalasnya dengan senyum tipis. Lantas ia beranjak dari tempat duduk dan menyerahkan gelasnya pada Elnaz. "Wanna play with me? Just--"

"Aku tidak suka dengan mode Kim Tae-sik," sela Elnaz dengan sedikit tatapan aneh dan senyum curiga yang membuat Tae-sik membalas dengan tawa ringan.

Jujur Elnaz memang kurang suka jika Tae-sik bersikap lebih santai, atau mungkin lebih dewasa(?) Padahal usianya terpaut cukup jauh di bawah Elnaz. Tapi kalau untuk urusan cinta memang Tae-sik lebih berpengalaman, walau dirinya jarang berkencan dengan wanita diluaran sana, tapi setidaknya pernah.

Elnaz mengaku bahwa aura Tae-sik memang sangat gampang menarik perhatian para wanita yang berparas lumayan. Tapi entah kenapa ia merasa kalau Tae-sik ini hanya bersikap genit pada dirinya saja, tidak pada wanita lain. Hal ini membuat dirinya was-was bila suatu saat ia terjatuh ke dalam pesona dari tuannya itu.

"Dan aku juga tidak suka dengan mode Ryu Elnaz yang satu ini," balas Tae-sik atas kalimat Elnaz sebelumnya. Elnaz hanya menggelengkan kepalanya secara perlahan. Lalu membiarkan tuan mudanya itu pergi meninggalkan rooftop tanpa menawarkan ajakan lain.

TOK TOK TOK

Tanpa menunggu ketukan untuk yang kedua kali, Tae-sik membukakan pintu dan mempersilakan wanita kesayangannya itu masuk. "Noona, hanya membawa ini saja?" tanyanya setelah menyorot botol wine di tangan Elnaz dengan tatapan sedikit penasaran.

"Butuh yang lain, Tuan?"

Tae-sik mulai memasang wajah genitnya sembari meletakkan jari telunjuk di bawah bibirnya. "Mm.. Sepertinya aku hanya butuh noona untuk menghabiskan satu botol ini, di gelas yang sama." Dan kalimat yang keluar dari bibir tebalnya itu sesuai dengan dugaan Elnaz. Karena Tae-sik memang sudah terbiasa menggodanya dengan cara seperti itu.

"Kau mungkin akan membutuhkan lebih dari satu." Setelah mendengar kalimat tersebut, mereka berdua saling melempar senyum. Kemudian Elnaz melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Tae-sik. Dan tak lupa mengunci pintunya kembali.

"Apakah noona mau menemaniku malam ini?" Maksudnya adalah, Tae-sik ingin mengajak Elnaz untuk menginap di kamarnya. Entah memang hanya untuk menemani atau untuk tujuan lain.

Sebenanya Elnaz ingin menolak karena ia memikirkan tentang omongan orang-orang nantinya. Seorang pria dan wanita menginap di satu kamar hotel yang sama, padahal mereka bukan pasutri yang baru saja menikah. Walau semua pegawai di hotel tersebut tahu bahwa Tae-sik dan Elnaz hanyalah sebatas rekan kerja. Tapi tetap saja Elnaz memikiran hal senegatif itu jika benar-benar harus menginap bersama Tae-sik. Dan Elnaz juga tahu bahwa Tae-sik adalah pria yang baik, walau dia rajin sekali menggoda. Dirinya percaya bahwa pria yang lebih muda darinya itu tidak akan melakukan hal buruk yang akan menimbulkan isu dimana-mana. Tapi kali ini Elnaz hanya ingin menjaga kehormatannya saja, sekaligus kehormatan Tae-sik sebagai atasannya.

Cerita dari Echante [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora