10

130 8 0
                                    

Katanya, dampak kesepian sama bahayanya dengan mengonsumsi rokok 15 batang dalam sehari. Tapi untuk orang-orang yang mudah merasa sepi sepertiku, menyibukkan diri tidak pernah cukup untuk menjadi solusi. Bahkan ketika hari-hari ku lewatkan dengan berlatih, bertemu dengan teman-teman, mengunjungi Yangyang dan bermain dengan Leon, Bella dan juga Louis, tetap saja perasaan hampa dan kosong selalu saja muncul.

Mengelola pikiran untuk selalu melihat hal positif juga terkadang sulit untuk dilakukan ketika berbagai masalah di kepala terlalu rumit untuk diuraikan. Sekarang, aku duduk di kursi ruang makan di rumah Chenle. Aku berniat menginap malam ini dan kita berencana untuk menonton film bersama.

Oh iya, rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Haechan dan Mark hyung selain untuk urusan pekerjaan. Ku dengar Mark hyung sudah resmi berkencan dengan teman satu SMAnya dulu, yang kebetulan juga salah satu member girl group. Haechan juga, diam-diam ia telah menjalin hubungan dengan salah satu member girl group terkenal. Jeno sedang dekat dengan salah satu teman perempuan sesama agensi. Sedangkan Jaemin? Ia juga memiliki banyak teman perempuan. Namun sepertinya ia masih betah menjomblo.

Aku? Entahlah. Aku merasa takut bahkan hanya sekedar berteman dengan teman perempuan. Takut canggung, takut membuat mereka tidak nyaman dan perasaan-perasaan khawatir lainnya. Mirisnya, aku masih saja menyimpan cinta untuk seseorang. Namun, realita kadang memang rasanya lebih pahit daripada teh hijau yang sering ku minum, ya? Ia jelas-jelas straight.

Di waktu senggang, mereka lebih sering bertemu dengan pasangan masing-masing. Tentu saja. kalau aku jadi mereka, aku pun akan melakukan hal yang sama. Namun, sekarang dorm terasa lebih sepi, hanya aku dan Jisung yang masih sering menghabiskan waktu bersama di sana.

"Renjun, beberapa waktu kemarin aku bermain basket dengan Mark hyung. Kau tau? Ia sekalinya jatuh cinta bisa semenjijikkan itu ya. Ia terus saja membicarakan tentang kekasihnya." Ucap Chenle saat kami sedang menunggu film di mulai. Chenle memang sering memanggilku tanpa embel-embel hyung saat kita hanya berdua seperti saat ini.

Kami memilih tontonan yang Chenle pilih. Aku yang memang hobi menonton film, akhir-akhir ini menjadi kurang mood entah mengapa. Seketika seperti ada perasaan tidak nyaman ketika aku mendengar Chenle berkata sepert itu.

Pernah diperlakukan Mark hyung dengan begitu baik membuatku semakin iri dengan kekasihnya dan itu sungguh salah. Aku tidak ingin menjadi antagonis dalam cerita orang lain.

"Benarkah? Bukannya kita semua tau Mark hyung memang tipe lelaki romantis? Harusnya kita tidak terlalu kaget, Chenle." Balasku dengan kekehan ringan.

"Tetap saja, sangat aneh mendengar salah satu dari kita memiliki kekasih. Apa menurutmu akhu harus mulai punya kekasih juga?" Lanjutnya, tawaku mengudara dengan anggukan mantap.

"Ah, tapi aku berubah pikiran. Tidak boleh. Nanti saja. Kau dan Jisung masih bayi. Belum boleh cinta-cintaan. Oke?" Chenle menatapku sinis karena kesal ku panggil bayi.

Acara menonton film bersama Chenle tidak buruk sama sekali. Ini jelas distraksi yang bagus agar aku tidak selalu memikirkan laki-laki yang sudah menjadi kekasih orang. Laki-laki yang jelas hanya mau menjadi kakakku, bukan kekasihku.

Sepanjang film, aku hanya lebih banyak diam dan melamun. Untung saja Chenle tidak menyadarinya. Entahlah, meskipun merelakan terlihat mudah, namun sebenarnya tidak begitu. Apalagi kami bekerja dalam satu grup dan sering berinteraksi. Sulit rasanya perasaan ini hilang begitu saja.


DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang