8

144 7 0
                                    

Di akhir tahun seperti ini, jadwal Dream masih tidak begitu padat, hanya acara musik untuk menyambut tahun baru, pemotretan beberapa majalah dan konten untuk youtube Dream.

Apa resolusi untuk tahun baru? Aku tidak tau. Aku hanya berharap dunia kembali membaik dan orang-orang yang aku sayangi selalu sehat. Tidak ada keinginan khusus, aku ingin menjadi lebih baik dan menjadi Renjun dengam versi baru.

Sejak kejadian malam sebelum natal itu, aku hampir tidak pernah berkunjung ke dorm 127. Aku tidak berniat menghindari Mark hyung, tidak sama sekali. Aku hanya ingin lebih membatasi diriku sndiri agar tidak terlalu mencintainya. Karena dengan bertemu, aku takut tidak bisa menahan diri dan perasaan ini semakin meledak-ledak. Aku lebih sering bermain dengan Yangyang atau dengan anak Dream yg lain.

Pernah beberapa minggu yang lalu, Haechan bertanya kenapa aku jarang bermain ke sana, aku bingung menjawabnya. Aku hanya membalas dengan lelucon seperti biasa. Mulai saat itu, di beberapa kesempatan aku menyempatkan datang ke dorm 127, namun hanya lantai 5. Hanya untuk bertemu Haechan.

Mark hyung sama sekali tidak pernah mengirim pesan apapun selepas malam itu. Tapi menurutku itu adalah sinyal bahwa ia baik-baik saja dengan keputusan itu. Keputusannya.

Jaemin tidak menuntut jawaban apapun saat ia bertanya apa yang terjadi denganku  malam itu. Ia hanya terus membuatku tersenyum dan tertawa dengan tingkah randomnya yang kadang sangat ajaib itu.

Di waktu luangku, selain menggambar, aku senang berada di kamar hanya untuk bersantai, melihat konten-konten di channel youtube nct 127. Aku merindukannya, sangat-sangat rindu. Tapi bingung menyampaikannya. Aku juga tidak berani menceritakannya pada siapapun.

Di konten-konten itu, ia tertawa, ia bersenang-senang. Aku juga turut bahagia melihatnya dikelilingi orang yang menyayanginya. Meskipun sepanjang menonton konten-konten itu, selain tertawa aku juga meneteskan airmata. Mark hyung, cinta pertamaku yang juga patah hati terbesarku.

Terakhir bertemu dengannya adalah di ruang latihan, saat itu kami akan tampil bertujuh di konser akhir tahun yang diadakan beberapa stasiun televisi. Ia menyapa seperti biasa, skinship seperti biasa. Namun sejujurnya aku ingin memberi batasan. Karena dengan sikapnya yang seperti biasa itu, aku akan semakin sulit melupakannya. Sedangkan ia baik-baik saja.

"Injun-ah, kamu sakit?" Tanya Jeno saat kami selesai latihan, kami duduk di sofa ruang latihan itu sambil beristirahat. Aku tengah menyendarken kepalaku di sandaran sofa sambil memejamkan mata.

"Aku baik-baik saja, Jeno." Jawabku masih dengan mata tertutup. Rasanya sangat nyaman, tiduran setelah lelah berlatih.

"Benarkah? Kamu pucat." Sahut Jaemin, aku masih diam. Terlalu lelah menanggapi mereka. Lebih tepatnya aku tidak ingin ini dibesar-besarkan mengingat ada Mark hyung di ruangan ini. Menghirup udara yang sama denganku. Aku takut.

Memang beberapa hari aku kurang tidur, setiap malam meskipun sudah memejamkan mata, pikiranku mengelana entah kemana. Pola tidurku sangat-sangat kacau beberapa minggu ini.

Haechan lantas mengambil duduk di sebelahku, dan memijit pelipisku lembut.

"Injunie lelah, hm?" Haechan mode soft benar-benar membuatku kalah.

Aku membuka mata dan tertawa pelan.

"Terima kasih Haechan, tapi benar aku baik-baik saja." Aku mencoba meyakinkan ketiganya.

Chenle dan Jisung sedang turun membeli minuman, saat itu hanya ada kami berlima di sofa dan para manager hyung di sudut yang lebih jauh dari kami.

Mark hyung diam tak bergeming, ia sibuk memainkan ponselnya. Aku diam-diam menatapnya sendu. Hyung, mengapa mencintaimu harus sesakit ini?

Hari-hari berlalu begitu cepat, banyak kegiatan yang kami lakukan dan kami semakin sibuk. Pernahkan ku beri tahu bahwa aku berlangganan bubble Mark hyung? Sudah sejak lama sebenarnya. Ketika ia mengirimkan pesan-pesan itu, aku merasa bahagia sekali, seperti pesan-pesan itu disampaikan khusus untukku. Manusia memang senang sekali menyakiti dirinya sendjri bukan? Dan aku termasuk satu dari manusia-manusia itu. Aku tidak berhenti berlangganan sampai saat ini, entah mengapa aku masih ingin mengetahui kabarnya dan apa yang ia lakukan.

Namun, realita kembali menyakitiku ketika aku mendengar kabar bahwa Mark hyung sedang dekat dengan salah seorang teman SMAnya. Memang berita kedekatan member dengan seorang wanita akan cepat menyebar di kalangan kami sendiri. Meskipun belum resmi berkencan, rasanya itu sudah seperti batu besar yang di lemparkan tepat di atas kepalaku. Rasanya sakit sekali.

Musim semi datang, di pertengahan bulan Maret itu aku sengaja mampir ke dorm 127 bersama Chenle dan Daegal. Kami baru saja makan malam berdua di luar. Aku sengaja ingin bertemu Mark hyung. Ingin meminta maaf sekali lagi, entah mengapa rasanya belum lega. Setelah beberapa bulan mencoba memberi batasan, itu malah membuatku semakin sulit melupakannya. Aku semakin merindukannya apabila berminggu2 tidak bertemu dan mendengar kabarnya.

"Selamat malam, hyung." sapaku pada Jungwoo hyung dan Jaehyun hyung yang aku temui di lantai 10. Mereka balik menyapaku dan aku langsung membuka kamar Mark hyung saat dirinya tengah tiduran dengan bermain ponsel.

"Injun, sejak kapan datang?" Tanyanya, bangkit dari tempat tidur. Senyum tipis mengembang di wajahnya.
"Baru saja hyung, apakah aku mengganggu?" Tanyaku, tidak enak apabila mengganggu istirahatnya. Ia kemudian menggelengkan kepalanya
"Aku bersama Chenle dan Daegal. Mereka sedang di lantai 5." Lanjutku kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur empuk tersebut.

Ku lihat Mark hyung tersenyum tipis dan duduk di kursi gamingnya.
" Aku senang kamu datang." Katanya, aku turut tersenyum. Suaranya terdengar tulus dan itu benar-benar membuatku lega.
"Syukurlah, ku pikir Mark hyung membenciku." Jawabku jujur.
"Hei? Mana mungkin, kamu adik kesayanganku, Injun. Maafkan hyung yang membuatmu berpikir seperti itu." Jawabnya, ia terlihat sangat serius. Aku tersenyum.
"Aku juga minta maaf hyung, dan terima kasih."

Semuanya selesai dan jelas malam ini. Aku ingin menjalani hari-hariku dengan tenang. Meskipun perasaan ini masih disini, masih aku rasakan. Setidaknya biar aku simpan sendirian. Karena orang yang aku cintai sekarang telah menemukan perempuan yang ia cintai.

DENIALWhere stories live. Discover now