2

322 10 0
                                    

Dorm tampak sepi. Jisung bermain dengan ponselnya ketika aku membuka pintu kamar. Daegal masih di dalam pet carrier yang ku bawa.

"Oh hyung sudah datang? Kenapa lama sekali?" tanya Jisung, duduk dari posisinya yang awalnya rebahan.

"Mark hyung memintaku menemaninya sampai ia tidur tadi." kataku, ku keluarkan daegal dari pet carrier. Anjing kecil itu langsung berlarian di sekitar kamar.

"Ck, memangnya hyung baby sitter?" Jisung mencoba menangkap daegal yang begitu aktif itu.

Aku tidak menjawab. Memilih segera ke kamar mandi karena tubuhku begitu lengket rasanya.

"Oh, daegal akan tidur di sini. Chenle tadi mengirim pesan kalau ia tidak bisa mampir ke dorm menjemput daegal." Kataku membawa sepasang kaki ini meninggalkan kamar.

Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, seperti biasa dapur adalah tujuanku. Jisung masih asik bermain game. Sepertinya ia tengah battle bersama Jeno namun Jeno berada di kamarnya sendiri. Daegal sudah tidur dengan posisi tengkurap. Jaemin? Entahlah. Pintu kamarnya tertutup.

Aku melihat sekilas isi kulkas. Sepertinya makan tteobokki bukan pilihan yang buruk. Aku tidak bisa tidur kalau perutku kosong seperti ini.

"Mark hyung membuatmu pulang selarut ini?" suara Jaemin menyapaku ketika aku tengah menuangkan tteobokki ke atas piring.

"Jaemin kamu mau juga?" aku balas bertanya yang dijawabi dengan gelengan.

"Aku sudah selesai makan dan mengambil camilan Jeno tadi." Lanjutnya duduk di kursi depanku.

Aku menyantap tteobokki dengan pelan. Sesekali mengobrol dengan Jaemin. Ia hanya duduk memperhatikan.

"Ingin teh hangat Jaemin?" aku menawarkan. Kali ini aku ingin teh hijau dengan es batu yang banyak. Tteobokki yang kubuat cukup pedas jadi ingin minuman yang dingin.

"Tidak, aku ingin minum soda yang ada di kulkas saja." Katanya yang langsung segera ku ambilkan dari dalam kulkas.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyaku, Jaemin terlihat gelisah. Atau mungkin hanya perasaanku saja.

"Entahlah. Aku hanya susah tidur. Sudah ku coba untuk mengedit foto-foto di komputer tapi malah tidak fokus."

"Mau deep talk setelah aku selesai makan?" tawarku. Sepertinya akan ada hal yang ingin ia bicarakan.

Jadwal besok pagi pukul 8 sedangkan sekarang belum jam 12, masih ada waktu sebelum kami menjemput mimpi.

Lampu kamar dimatikan, aku sudah berbaring di atas kasur Jaemin sedangkan ia berbaring di sisi kananku. Selimut kami tarik sampai batas perut. Cahaya kamar hanya bersumber dari lampu tidur kecil yang Jaemin letakkan di meja samping komputernya. Sesaat kami sama-sama diam. Hanya terdengar suara nafas kami berdua.

"Ada apa Jaemin?" aku tidak tahan dengan suasana ini, jadi aku mulai bertanya. Paham betul Jaemin bukan tipe yang tiba-tiba mulai bercerita kalau tidak ditanyai lebih dulu.

Jaemin memelukku dari samping, kepalanya ia letakkan di ceruk leherku. Sebenarnya aku tidak suka dipeluk-peluk. Hanya tidak biasa saja, aneh rasanya. Namun tidak tega melihat Jaemin yang mungkin memang butuh pelukan, sehingga ku usap punggungnya dengan gerakan pelan agar ia lebih rileks.

"Injun, pernahkah kamu menyukai seseorang?" tanyanya. Ekspresi terkejut tampak jelas diwajahku. Ia masih di posisi yang sama.

"Aku bahkan tidak mengetahui suka yang kamu maksud, Jaemin. Kalau yang kamu maksud menyukai dalam artian romance, sepertinya aku belum pernah merasakannya. Bukankah kita selalu disibukkan dengan pekerjaan kita Jaem? Tidak ada waktu untukku memikirkan hal-hal seperti itu." Jelasku, ia memandang wajahku dari samping, elusan di punggungnya masih ku lakukan.

DENIALWhere stories live. Discover now