6

183 8 1
                                    

Setelah menyadari perasaanku kepada Mark hyung, rasanya sulit menjalani hari-hari. Setiap kali mendengar namanya, melihat wajahnya aku tidak bisa tenang. Takut, gelisah dan antusias di waktu yang sama.

Apakah mencintai seseorang sesulit ini? Aku belum pernah merasakannya sebelumnya. Tapi daripada menyesalinya, aku ingin menikmati rasa yang baru pernah aku rasakan saat ini. Meskipun tentu saja berisiko, aku tidak ingin melupakannya.

Aku ingin terus dimanja dan dekat dengan Mark hyung, walaupun hanya sebagai adik, biar saja. Selama di Jilin, aku terus memikirkan ini dan akhirnya inilah keputusan yang aku ambil.

**

"Kamu datang, Injun-ah?" betapa degup jantungku tengah bertalu-talu saat ini mendengar suaranya, ia tampak senang sekali melihat kehadiranku di lokasi syuting MV untuk comeback NCT 127.

"Terima kasih Renjun, Jeno atas makanannya." Ucap Doyoung hyung yang langsung memeluk Jeno, adik kesayangannya. Aku ke lokasi tidak sendirian, memang bersama Jeno karena ia baru saja kembali dari rumah.

Kami membelikan makanan dan minuman untuk member dan semua staff. Mark hyung memelukku dari belakang ketika aku tengah mengobrol singkat dengan Taeil dan Jungwoo hyung.

"Ngomong-ngomong, dimana Haechan?" tanyaku, sejak aku tiba di lokasi belum melihatnya.

"Dia sedang di toilet. Mengapa menanyakannya?" apakah ini hanya perasaanku saja bahwa jawaban Mark hyung terdengar seperti tengah merajuk dan kesal.

"Hanya bertanya, tidak boleh?" balasku sambil tersenyum, ia mencubit pipiku gemas. Ya ampun, lama-lama aku akan semakin chubby kalau sering dicubit seperti ini oleh para member.

Mark hyung mengajakku duduk di sofa yang terletak di pojok ruangan, aku memberikannya jus semangka favoritnya, yang sekarang menjadi favoritku juga. Musim panas memang tidak bisa dipisahkan dengan semangka.

"Mengapa tidak langsung menemuiku setelah sampai di Korea?" tanyanya, aku tersenyum canggung.

"Maafkan aku, oke? Ku pikir Mark hyung sedang sangat sibuk dan butuh waktu untuk istirahat." Ia mencebik, "Dan tetap bisa makan bersama Haechan kemarin?" nada bicaranya terdengar menjengkelkan, namun memang benar itu hanya alasanku. Aku pun perlu waktu untuk memantapkan pilihanku.

"Jadi hyung sedang cemburu?" tanyaku sambil tertawa, senang bisa menggodanya. Ia menjadi salah tingkah.

"Ceritakan tentang liburanmu. Apakah menyenangkan bisa kembali ke China setelah sekian lama?" Ia membuka kembali obrolan.

"Menyenangkan. Pointnya, bukan karena bisa kembali ke China. Tapi aku bisa pulang hyung, ke rumah. Bertemu eomma dan appa, kakek nenek dan saudara-saudaraku." Jawabku, ia memandangku dengan antusias, senyum menghiasi wajah tampannya. Ia memang tampan sekali.

"Akhirnya. Pasti berat ya?"

"Aku sudah terbiasa sepertinya. Mungkin kalau hyung bertanya 5 tahun yang lalu, aku akan menjawabnya iya. Bahkan berat sekali."

Ia mengelus rambutku pelan, menyelipkan anak rambutku ke belakang. Dulu, aku biasa saja diperlakukan seperti ini, tapi saat ini aku takut sekali Mark hyung bisa mendengar degup jantungku saking kerasnya.

"Wajahmu merah." Ia tertawa, sialan!

Aku bangkit tepat saat Haechan masuk ke ruangan, ia tiba-tiba menarikku dalam pelukannya.

"Jadi makanan dan minuman itu dari Injunie? Uuu baiknyaa." Aku tertawa, Haechan sering sekali berbicara dengan nada mendayu-dayu, tanpa disadari ia sering beraegyo.

"Bukan cuma aku, tapi Jeno juga Chan." Balasku melepas pelukannya.

Mark hyung berlalu melewatiku dan Haechan, aku melihatnya berjalan menuju Jhonny hyung. Apa ia marah?

DENIALWhere stories live. Discover now