Nyaris satu jam lamanya ia berdiri di depan dan sidang selesai. Dosen penguji menyatakan Melani lulus dan hatinya lega luar biasa.

"Terima kasih, Bapak, Ibu." Air matanya menetes penuh haru. Melani mengusap wajahnya cepat, lalu kembali tersenyum dan menjabat tangan para dosen itu.

Saat ia menjabat tangan Haidar, tatapan mereka bertemu selama beberapa saat dan Melani menangkap ada kehilangan pada sorot pria itu. Melani tak yakin apa yang membuat mata Haidar tampak sendu dan jabat tangan mereka lebih lama dari yang seharusnya.

"Terima kasih, Pak Haidar." Melani berucap tulus dengan wajah bahagia.

Haidar mengangguk, tersenyum, lalu menarik tangannya dan membereskan segala berkas dan buku yang ada di meja pria itu. "Segera selesaikan revisi, paling lambat satu minggu. Catatan dari dosen penguji tidak banyak dan saya rasa bisa selesai dalam beberapa hari."

Melani hanya mengangguk patuh saat Haidar tersenyum dan pamit. Para dosen itu keluar ruang sidang, meninggalkan Melani yang harus membereskan perlengkapan presentasinya tadi.

Saat semua sudah selesai dirapikan, Melani bersiap pulang. Rasanya melelahkan tapi melegakan. Ia melangkah santai, cenderung lunglai. Ada rasa kehilangan yang perlahan merambati batinnya, tetapi ia tak tahu itu apa.

Melani tersentak saat ia keluar ruang sidang dan mendapati Dicky berteriak bersama Andina. "Congratulation, Sarjana!" Pria itu memberikan buket bunga dan boneka beruang.

"Selamat!!" Andina memeluk Melani, dilanjut Laksmi yang mengambil tas Melani dan mengangsurkan botol susu almond rasa coklat."Biar hati lo tenang setelah peperangan panjang," lanjut Andina dengan gestur meminta Melani meninumnya.

Melani yang masih terkejut, tersenyum bahagia. Ia Membuka tutup botol susu almond, lalu meneguknya. Dicky mengambil gambar Melani dengan kameranya yang membuat Melani mengernyit penuh tanya setelah beberapa kali jepret.

"Lo ngapain moto gue, Nyet?"

"Konten, lah, Mbak. Yang ini minta cepat diposting, karena mau bikin promo buy three get one, untuk yang like postingan kita ini." Laksmi menjelaskan dengan santai.

Melani membelalak dengan wajah tak percaya. "Dengan konsep gue pake baju gini dan riasan amburadul habis dihajar dosen penguji?"

"Justru itu eksklusifnya." Dicky menyimpan kameranya ke dalam tas. "Susu almond dia, diminum langsung sama Melani setelah sidang skripsi yang melelahkan."

"Habis ini kita balik ke apartemen lo, lo mandi dan dandan rapi dengan weardrobe kasual rumahan, foto nonton Tv sambil minum itu lagi. Sama vidio lo siap-siap revisi skripsi sambil minum susu almond itu." Andina menjelaskan dengan santai sambil tersenyum profesional.

Melani menganga dengan wajah tak habis pikir. "Gue amazing sama kalian yang jadiin apapun hidup gue buat konten ngiklan."

"Karena itu sumber kehidupan kita, Mel." Dicky menepuk pundak Melani, lalu merengkuh dan mengajak Melani melangkah meninggalkan ruang sidang. "Jadi, mau party apa kita?"

"Makan pecel lele aja. Senyum Pantura kirim sepuluh porsi produk nasi kotakan mereka. Sayang kalau gak dihabiskan. Sambalnya enak." Laksmi bersuara sambil mengangkat semua berang-barang Melani.

Beberapa jarak dari mereka, di koridor arah parkiran, Haidar mematung dengan senyum sendu yang terukir tipis. Pria itu menatap Melani yang dirangkul oleh pria tampan dan muda. Gadis itu bersama dunianya yang berbeda jauh dengan milik Haidar. Waktu mereka kurang dari satu bulan dan Haidar harus bersiap merelakan hatinya patah.

"Mas Haidar!" Tiwi berjalan cepat menghampiri Haidar. Perempuan itu tersenyum seraya mencangklong tas kerjanya. "Kita jalan bareng, kan? Mas Haidar bawa mobilnya, kan?"

Haidar mengangguk. "Kalau cocok sama harganya, aku langsung lepas mobil ini, Mbak Tiwi."

Tiwi mengacungkan ibu jari. "Oke, Mas. Semoga sepupuku cocok sama mobil Mas Haidar."

Mereka berjalan menuju mobil Haidar yang terparkir cukup jauh dari mobil milik Melani.

****** 

****** 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
LovetivationWhere stories live. Discover now