Prolog

1.3K 317 95
                                    

Rumah yang akan kutempati bersama orang tua beserta ketiga saudaraku itu bukanlah rumah baru. Luas tanah dan bangunannya lebih dari cukup bagi kami berenam, dan ada sebatang sungai kecil di samping kanan pekarangan. Setelah berkali-kali pindah dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya, akhirnya kami mampu membeli sebuah rumah di daerah pusat kota.

Aku dan adik laki-lakiku bukan anak indigo, namun sejak kecil kami dapat melihat atau merasakan keberadaan makhluk-makhluk asing di sekitar kami. Saking seringnya berpapasan dengan 'mereka', kami berdua terbiasa bersikap cuek-cuek saja.

Semua bangunan, baru maupun lama, punya 'penghuni' yang sudah ada di sana, jauh sebelum kita tiba. Itu fakta. Sebagian dapat hidup berdampingan dengan kita tanpa ada interaksi apa-apa. Sebagian lagi, kalau boleh kukatakan, well, cukup meresahkan.

Di rumah sewa yang sebelumnya, aku pernah 'dihantam' sampai nyaris terjerembap, hanya karena terlambat menyalakan lampu pekarangan. Begitu kutekan saklar, 'pesta besar' di loteng kontan buyar. Sedang di tempat sebelumnya lagi, aku pernah dibuat menangis semalaman tanpa henti dengan alasan yang tak kumengerti, dalam suara yang tak kukenali. Pasalnya, kala itu aku tidak sedang bersedih, juga tidak sedang bermimpi. Dan lagi, suaraku sendiri tidak setinggi ini.

Malam berikutnya kudengar isakan serupa datang dari gudang. Rupanya, asalnya dari sosok perempuan tanpa kaki yang berdiri dekat rak barang.

Jujur, pindah rumah itu benar-benar melelahkan. Apalagi kalau barang-barang kalian semua tidak muat dalam satu-dua truk. Tapi rezeki harus disyukuri, dan aku tidak ingin orang tuaku terbebani.

Maka, meskipun aku dan adikku tahu dengan pasti bahwa rumah kali ini telah lebih dulu ditinggali lumayan banyak 'penghuni', tetap saja serempak kami langkahkan kaki menuju ruang tamu yang lengang dan berdebu sembari bertanya-tanya dalam hati, makhluk seperti apa nanti yang akan menyambut kami.

Maka, meskipun aku dan adikku tahu dengan pasti bahwa rumah kali ini telah lebih dulu ditinggali lumayan banyak 'penghuni', tetap saja serempak kami langkahkan kaki menuju ruang tamu yang lengang dan berdebu sembari bertanya-tanya dalam hati, makh...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


* * *

Pak Joko - Sudah Terbit (Pak Djoko)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang