19. Akhir Tak Bahagia

1.7K 170 9
                                    

Terhitung sudah 3 hari berlalu dan sampai saat ini Chenle tidak pernah melihat Jisung datang lagi.

Chenle akui ini semua adalah salahnya, salah karena ia melupakan sosok Jisung di kehidupannya. Malam itu keenam sahabatnya datang dengan diary milik Chenle yang tertinggal di rumah Beomgyu. Awalnya Chenle begitu takut dengan kedatangan keenam sahabatnya, namun mau tidak mau semua berakhir dengan sesi kejujuran. Chenle tau pada akhirnya akan begini, ia harus jujur dengan keenam sahabatnya karena Chenle sendiri tidak pernah tau kapan ia akan pulang.

Chenle merasa bersyukur mempunyai enam orang sahabat yang baik dan pengertian. Mereka bilang tujuan mereka datang selain menjenguk Chenle adalah mengembalikan diary miliknya. Chenle fikir dengan kembalinya diary tersebut maka ia akan merasa lebih tenang, namun nyatanya tidak.

Malam itu Chenle menangisi dirinya dalam hening. Ketahuilah menangis tanpa suara itu jauh lebih menyakitkan. Chenle merasa sangat berdosa kepada Jisung, bagaimana bisa ia seringan tangan itu? Meski papanya sudah berulang kali mengatakan bahwa tidak apa - apa Jisung pasti mengerti tapi tentu saja tidak. Jisung sudah pergi, terlalu kecewa dengan dirinya mungkin?

Ya anggap saja begitu. Jisungnya kini telah pergi karena kebodohannya. Chenle tersenyum miris, bagaimana kalau nanti ia lupa dengan semuanya? Memikirkannya saja sudah membuat hati Chenle teriris. Ini terlalu menyakitkan Tuhan...

Chenle merasa begitu hampa tanpa kehadiran Jisung selama tiga hari ini, sudah di katakan bahwa Jisung adalah dunia Chenle jadi bagaimana caranya Chenle hidup tanpa Jisung seperti sekarang?

Chenle memaksa Mark untuk melihat bintang di taman rumah sakit alasannya sih ingin melihat bintang di langit. Jadi di sini lah mereka sekarang, tepat di bawah bintang - bintang yang berjejer indah.

Chenle kemudian menatap ke arah bintang di langit. Entah mengapa saat menatap bintang Chenle jadi teringat dengan sosok Jisung. Indah dan terang persis seperti mata yang sering Chenle pandang. Mata itu yang berhasil meluluhkan tembok besar yang telah Chenle buat selama bertahun - tahun.

Setelah membaca diary tersebut samar - samar Chenle sedikit mengingat hal indah yang pernah mereka habiskan. Bagi Chenle, Jisung adalah pahlawan sebenarnya. Kalau bukan karena Jisung mungkin ia sudah mati bunuh diri di dalam kamar. Jisung selalu menjadi penolong di saat Chenle telah menyerah pada hidupnya, bukan sekali namun kesekian kalinya.

Diam - diam Chenle bertanya pada langit, mengapa harus Jisung yang ia lupa? Mengapa seluruh memori indah yang ia miliki perlahan - lahan habis di rengut oleh semesta? Chenle punya banyak kenangan buruk yang bisa di ambil, tapi kenapa harus yang indah?

Chenle tau papa dan daddy-nya adalah orang yang baik, sangat baik. Tapi terkadang ia merasa ada ketakutan begitu melihat orang tuanya. Kalau diingat Chenle memang memiliki banyak kenangan buruk dari orang tuanya bukan? Meski Chenle sudah berusaha berdamai namun trauma yang ia dapatkan sulit untuk di tepis. Berbeda dengan Jisung, Chenle tidak pernah memiliki kenangan buruk tentang Jisung. Orang itu sangat baik dan Chenle mengakui hal tersebut. Maka dari banyaknya insan di dunia Chenle dengan lantang mengatakan bahwa ia akan memilih Jisung untuk menghabiskan waktu - waktu indahnya.

Tapi sepertinya segala impian itu harus ia kubur dalam - dalam mulai saat ini. Jisungnya telah pergi, lalu Chenle sekarang harus bagaimana? Apa ia harus pergi juga?

Chenle sedih, sangat sedih ia khawatir dengan luka di kepala Jisung. Namun di balik itu Chenle juga khawatir dengan perasaan Jisung, kalaupun nanti Jisung kembali akankah perasaan milik Jisung akan tetap sama pada dirinya? Chenle yakin Jisung pasti sudah kecewa besar, maaf Jisung sepertinya Chenle telah gagal menjadi orang baik untuk Jisung.

"Daddy" panggil Chenle.

"Iya kenapa sayang? Mau daddy ambilkan jaket?" tanya Mark perhatian.

Chenle menggeleng pelan, "gak mau."

Lee Chenle - Chenji/JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang