11 : Rindu Kalian

1.9K 208 24
                                    

"Lele? Sudah bangun hum? Kemari sini."

Chenle mengerjap - ngerjapkan matanya sembari menatap bingung ke arah kedua orang di depannya. Merasa bingung dengan situasi yang terjadi memikirkannya saja membuat Chenle pusing.

Bagaimana bisa daddy dan papanya duduk berpangkuan mesra sembari menonton televisi bersama? Kapan mereka berbaikan astaga Chenle merasa harus bersyukur entah apa yang membuat mereka berbaikan.

"Chenle tidak merindukan daddy dan papa? Jahat sekali..."

"Ahh tidak begitu ih! Chenle baru bangun tidur tau, daddy tidak lihat mata Chenle penuh kotoran huh? Sebentar" jawab chenle sembari berlari ke arah kamar mandi berniat untuk menyuci wajahnya hingga terlihat cantik uhm maksudnya tampan yaa sangat tampan hehe.

Setelah mencuci wajahnya hingga bersih, Chenle bergegas menuju ke arah daddy dan papanya yang kini terlihat masih duduk bersantai bersama, oh coba kita lihat sangat mesra bukan?

"Sejak kapan daddy pulang? Uh seingat Chenle daddy tidak pernah pulang" tanya Chenle keheranan.

"Papa juga kenapa dari kemarin menghindari Chenle? maaf ya kalau Chenle ada salah dengan papa."

Haechan dan Mark hanya bisa terkekeh gemas melihat putra tunggalnya yang saat ini terlihat sangat menggemaskan, Haechan menepuk - nepuk atas pahanya menandakan agar Chenle duduk di pangkuan sang papa.

Chenle yang mengerti langsung mendaratkan kedua bongkahan empuknya ke atas paha mulus milik Haechan. Dengan lembut dan hangat Haechan memeluk tubuh mungil milik anaknya disusul Mark yang saat ini tengah memeluk kedua bayi besarnya ah keluarga yang menggemaskan.

"Lele rindu dengan daddy dan papa, Lele ingin sekali seperti dulu, Lele ingin memutar waktu, Lele takut sangat sangat takut" ucap Chenle sembari menenggelamkan kepalanya di dada Haechan tak lupa terdengar isakan kecil yang lolos dari bibir mungil Chenle.

Mark mengusap dengan lembut surai halus milik Chenle tak lupa dengan kecupan kecupan hangat yang ia tinggalkan dipucuk kepala Chenle berharap sang empu lebih tenang dan tidak menangis lagi, rasanya Mark sangat tidak tega.

Haechan mengeratkan pelukannya pada Chenle sembari menepuk - nepuk pelan punggung sang anak, perlahan tapi pasti tangis Chenle sedikit mereda, hatinya mulai menghangat kala ia merasa kedua orang tuanya mulai memperhatikan Chenle lagi.

Chenle bukan mainan yang bisa dibuang kapan saja, bukan juga patung yang kehadirannya pun tak pernah di anggap. Setidaknya untuk saat ini kehadiran Chenle mulai diterima lagi oleh kedua orang tuanya, tentu saja Chenle sangat senang mengingat saat dulu hanya perlakuan buruklah yang selalu ia dapatkan.

"Papa dan daddy jangan tinggalkan Chenle ya?" kata Chenle dengan menunduk sembari memainkan ujung baju milik Haechan.

"Papa dan daddy akan selalu bersama Chenle okey? Tidak perlu ada yang Chenle takutkan lagi" jawab Mark lembut.

Chenle menggelengkan kepalanya ribut, merasa tidak setuju dengan perkataan Mark.

"Tidak! Justru Lele yang akan menjaga papa dan daddy selalu, kalau papa dan daddy rindu Lele ingat Lele selalu bersama kalian kan."

Haechan tersenyum manis mendengar jawaban dari Chenle, ia sedikit tersentuh mendengarkannya.

"Anak papa sudah besar ya? Papa dan daddy akan selalu menyayangi Chenle sampai kapan pun, itu yang harus Chenle ingat terus ya?"

"Lele selalu ingat, papa dan daddy orang yang baik seperti Jijie dan paman Jeno dan Jaemin, Lele akan selalu mengingatnya."

"Sekarang Lele istirahat dulu ya pa, dadd? Lele mengantuk lagi! tapi Lele takut untuk tidur" jelas Chenle tak lupa dengan mengerucutkan bibir mungilnya.

Lee Chenle - Chenji/JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang