Extra Chapter 2

312 43 3
                                    

Devin Pov

Aku telah menyelesaikan tugasku yaitu melumuri sejata dengan dreamshade. Kemudian membereskan semuanya.

Sekarang akulah yang bertanggung jawab selama Pan dan Felix pergi. Aku tidak tau pasti mengapa Felix pergi menyusul Pan. Tapi aku tidak begitu peduli. Kapan lagi aku bisa bebas dan menjadi pemimpin walaupun hanya sementara? Akan aku menikmatinya.

"Hei Nibs. Apa ada tanda-tanda Pan kembali?"

"Belum. Tapi aku rasa Felix yang akan sampai duluan," jawab Nibs.

"Kurasa Pan."

"Felix!"

"Pan!"

"Felix!"

"Baiklah, mari bertaruh," tawarku.

"Baik. Jika Felix sampai duluan, kau harus mengajak Alza berkencan," balas Nibs dengan santai. Aku sedikit melebarkan mataku.

"Dan jika Pan sampai duluan. Kau harus memberikan jatah dagingmu selama seminggu padaku. Bagaimana?" Aku tersenyum miring.

"Sepakat."

•••

Aku melebarkan mataku ketika melihat kehadiran Felix. Nibs yang ada di sebelahku pun tertawa puas.

"Baiklah, bersiaplah untuk kencan kawan." Nibs mengejek.

Aku tidak menghiraukannya dan masih melotot ke arah Felix.

"Setakut itu ya, Devin? Santai, aku bisa menjaga Pan. Dia tidak akan melihat kalian berkencan."

"Bukan itu, idiot. Look!" Aku mengarahkan kepala Nibs ke arah Felix. Dan Nibs sama terkejutnya denganku.

Kami langsung berlari ke arah Felix.

"Felix, ini Alza kenapa? Kenapa bisa pingsan?" tanya Nibs, panik.

"Please deh, Felix. Punya mulut kan? Jawab dong," lanjut Nibs.

Aku membekap mulut Nibs. Aku menatap Alza yang berada di pelukan Felix. Alza sangat pucat dan..... Terlihat sekarat.

Bukan.

Dia bahkan sudah terlihat mati. Aku membeku lalu melihat ke arah Felix. Felix mengangguk sebagai jawaban.

Aku menggeleng dan refleks melangkah mundur.

"Nggak! Nggak mungkin," ucapku tidak percaya.

Felix mulai menangis. Aku bahkan tidak pernah melihatnya menangis. Tanpa ku sadari, mataku mulai mengeluarkan air mata. Nibs yang berada di sebelahku juga terlihat sedih.

"Jadi, lo nggak bisa kencan sama Alza dong, Dev," ucap Nibs.

•••

Pan sudah tiba di perkemahan beberapa menit yang lalu dan langsung meminta kami untuk berkumpul. Pan bilang dia akan mengawetkan tubuh Alza dan menyimpannya di tempat yang aman.

Aku menyetujui hal itu, dibandingkan kami harus membakar tubuh Alza menjadi abu.

Sebenarnya aku masih tidak mengerti bagaimana Alza bisa meninggal. Felix tidak ingin berbicara dengan siapapun. Dan itu artinya aku harus bertanya pada Pan langsung.

Aku juga sedikit bingung mengapa Pan tidak dapat menyelamatkan Alza. Seharusnya jika Pan bersama Alza, Alza pasti aman bersamanya.

Karena rasa penasaranku yang tinggi, aku pun berjalan ke rumah pohon Pan.

Aku melihat Pan bersandar di pintu lemarinya. Aku berjalan mendekatinya dan duduk di depannya.

"Aku tau kau juga sedih, Pan. Tapi aku hanya ingin memastikan. Bagaimana dia bisa meninggal?" Aku memulai percakapan.

Delusi, Peter PanWhere stories live. Discover now