Pan's 5

215 49 0
                                    

"Hello Devin."

"Berhentilah tersenyum. Bantu aku turun Al," rengek Devin.

"Tapi kamu cocok di sana." Aku terkikik.

"Oh, ayolah. Aku sudah mual di sini." Wajah Devin memelas.

Aku memutar bola mataku dan memotong tali. Devin jatuh tanpa aba-aba.

"Pendaratan yang bagus." Aku menyeringai. Devin mulai berdiri sambil mengusap tangannya.

"Harusnya beri aba-aba, kawan," protes Devin.

"Sama-sama."

"Ya baiklah, terima kasih. Terserah." Devin berjalan mengambil tudungnya yang terjatuh.

"De-" Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Henry memotongku.

"Hei Al. Apakah talinya berhasil?"Aku memelototi Henry dan menoleh ke arah Devin.

"Jadi, kalian curang?"

"No, Devin. Let me explain, I'm just-"

"Just what? Bermain curang agar aku bisa mengabulkan permintaanmu?" Devin melangkah pergi dan aku mulai mengejarnya.

....

Beberapa saat yang lalu

Henry tiba-tiba merasa excited. Aku bertanya kenapa dia seperti itu, dia hanya bercerita telah berhasil menemukan ide.

Dia meminta pendapatku untuk meletakkan jebakannya di mana. Dan aku menyarankan pohon padanya. Jujur aku tidak tau di mana letak pastinya Henry meletakkan tali jebakan itu.

Tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin pergi sarapan. Lalu diberi tugas untuk mengambil getah dreamshade.

Setelahnya, Devin mengajakku bermain tapi dia berlari duluan. Kini aku harus menjadi pencarinya atau mungkin pengejarnya. Ah sudahlah.

....

Aku mencari Devin yang sudah tidak terlihat dari pandanganku sampai ke tempat yang belum pernah aku kunjungi.

"Untuk apa aku curang, aku tidak ingin dia melakukan sesuatu untukku." Aku mencibir, frustrasi.

Aku terus berjalan dan melihat buah berry. Aku mulai memetik beberapa sampai aku mendengar anak panah.

Aku mendongak ke atas dan melihat jaring jatuh ke arahku. Aku berlari untuk menghindari, tapi aku tidak berhasil. Kakiku masih tersangkut di jaring.

Beberapa orang keluar dari persembunyiannya dan menodongkan senjata padaku. Aku menatap mereka tajam.

"Wow, kau benar Hook. Dia benar-benar perempuan," ucap orang yang pernah kulihat bersama Hook.

Pov Author

Hook tersenyum pada Pangeran Charming.

"Who are you?" tanya Emma pada Alza.

"Can't you see? She's lost girl, Emma," ucap Regina.

"Maksudku, kenapa Pan repot-repot memiliki lost girl? Bahkan aku baru tau jika ada lost girl." Emma menatap Alza, bingung.

Alza menendang jaring sampai ke ujung dan kakinya sudah terlepas dari jaring, kemudian berdiri.

"Cuz, I'm lost." Alza menjawab.

"Kamu tidak lost nak. Kamu pasti punya keluarga," ucap Mary Margaret.

"Ya, itu pasti. Apa Pan menculikmu?" tanya Emma.

Alza menggeleng. Ia menatap Regina yang menawarkan cokelat padanya.

"What?"

"Cokelat. Kau pasti suka." Regina tersenyum.

"Jika kamu pikir cokelat akan membuatku membantu kalian, itu sia-sia." Alza berkata sinis.

"Kita bisa berkerja sama, nak. Aku juga akan membawamu pulang," ucap Emma.

"Pulang? No. Aku sudah di rumah. Neverland is my home!" tegas Alza.

"Dengar, ini bukan rumah. Ini adalah penjara bagimu." Regina mulai terlihat emosi.

"Ya, dia benar. Kenapa kau lebih memilih tinggal bersama monster?" Emma mengernyit. Alza menaikkan satu alisnya.

"Monster? Pan bukan monster. Dia melindungiku," jelas Alza.

"Melindungi? Jelas sekali dia monster. Lihat, dia melukai wajahmu." Emma menunjuk ke arah bekas luka di wajah Alza.

"Oh, Pan tidak melakukannya. Tapi Henry." Alza menyeringai.

Regina mengapit leher Alza dan mendorongnya ke pohon.

"Aku sudah tidak tahan dengan ini!" Regina mengangkat tangannya ke atas.

"Regina, stop!"

"Kita punya cara lain."

"Apa? Dia tidak akan membantu kita. Kita harus melakukannya." Regina menoleh ke arah Emma dan Mary Margaret.

Hook menangguk pada Regina. Regina mulai mengarahkan tangannya ke arah dada kiri Alza. Dan memasukkan tangannya, mengeluarkan jantungnya.

Regina terkejut dengan keadaan jantung Alza. Yang sebagian bewarna hitam dan sebagian merah.

Alza terengah-engah, merasa lemah.

"Baik, ini yang kamu lakukan. Kamu akan kembali ke perkemahan lalu memberi Henry cermin ini. Kemudian setelah urusan kami selesai, kamu bisa kembali untuk mendapatkan jantungmu kembali." Regina menjelaskan dan memberi Alza sebuah cermin.

Alza mengangguk dan kembali ke perkemahan Pan.

....

Pov Alza

Aku sampai ke perkemahan dan melihat sekitar. Lost boys sedang mempersiapkan makan malam dan api unggun. Aku melihat Henry berbicara dengan Devin.

Devin. Ya, aku hampir lupa dengannya.

Kakiku membawaku ke Henry. Devin menyadari kehadiranku dan memeriksaku. Jujur dia terlihat cemas.

"Kau baik-baik saja?" Devin memegang tanganku.

"Yeah." Devin bernapas lega dan tersenyum.

"Aku ingin bicara denganmu Henry."

"Tentang apa?"

Aku mengisyaratkannya untuk mengikutiku. Setelah merasa aman, aku berhenti dan menghadap ke arah Henry.

"Ada apa?"

"Keluargamu ada di sini, Henry." Aku memulai.

Henry terlihat terkejut dan bingung.

"Dengar. Jika kamu ingin membalasku, karena membuatmu dan Devin bertengkar ak-" Belum selesai Henry berbicara, aku memotongnya.

"Bukan itu, Henry. Keluargamu benar-benar ada di sini, di Neverland. Mereka mencarimu."

Aku mengeluarkan cermin yang diberikan Regina lalu memberikannya pada Henry.

Henry terkejut saat melihat Regina, Mary Margaret, dan Emma di dalam cermin itu. Mereka mulai berbicara, aku memilih menunggu sambil berjaga.

Setelah selesai, Henry melemparkan cermin itu dan berjalan ke arahku.

"Kau benar, Al. Terima kasih dan maaf soal Devin. Aku sudah memberi tau dia yang sebenarnya." Henry memelukku. Aku membalasnya dan mendengar suara Regina dipikiranku.

Kerja bagus nak. Sekarang kembali dan dapatkan jantungmu kembali.

Aku bergegas ingin meninggalkan perkemahan. Tapi seseorang menghentikan langkahku.

"Kau pikir kau mau kemana?" tegur Pan di belakangku. Aku berbalik dan berusaha bersikap setenang mungkin.

"Mengambil berry yang tertinggal," ucapku santai.

Pan menatap mataku, curiga. Aku menahan napas.

"You alright?" Pan mendekat dan aku semakin panik. Tatapannya mengintimidasi.

Delusi, Peter PanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt