12

4.1K 871 74
                                    

Mata pria berbadan tinggi besar itu masih dengan awas memperhatikan pasangannya yang memegang obat di tangan kiri dan gelas di tangan kanan.

"Sampai kapan kau memegang obat mu? Ini sudah lebih dari setengah jam, Nona Kim".

Lisa melirik sebal,"aku akan minum obat tapi balikkan dulu badanmu".

Johnny senyum mengejek,"mau menipu ku? Kemarin saja obat mu kau buang ditoilet kan?".

"Tidak!".

"Kalau tidak, cepat minum obat mu sekarang. Apa perlu aku taruh dimulutku lalu kau telan dengan ludahku?".

Lisa reflek meletakkan obat dan gelasnya,"hih!!! Jijikk!!".

Johnny menghela napas panjang, dia juga bukan orang gila yang mau melakukan hal seperti itu.
"Kalau begitu cepat minum obat mu... kau tidak mau sembuh?".

Sebenarnya duduk permasalahan kali ini adalah asam lambung Lisa yang kambuh cukup parah. Yang kemungkinan karena wanita itu terlalu lelah.
Seblumnya Johnny pikir dia mens lagi, tapi bukankah masih belum waktunya?. Karena dia sudah hafal diluar kepala daripada Lisa fyi.

Jadi saat dia menemukan Lisa sudah lemas di sofa, pria itu panik.

"Kau sudah dua hari lemas kan..? Ini obat asam lambung tidak pahit sama sekali.. ayo minum.. please", rayu nya lagi.

Lisa menatap obat nya enggan, namun akhirnya dia dengan terpaksa meminum nya sekali teguk.

"HUKKH!!"

Johnny langsung merangkul dan mengelus punggung Lisa pelan agar tak muntah. Karena permasalahan Lisa saat minum obat itu dia bisa langsung muntah, tak peduli obat apapun itu.

Dan jika Johnny merangkul nya seperti ini, Lisa mau tak mau akan menahan rasa muntah nya dan elusan ringan di punggungnya akan membuatnya cepat rileks untuk menelan obat.

"Bagaimana? Masih mau muntah?".

Lisa menggeleng pelan, tapi wajahnya meringis seperti menelan sesuatu yang sangat pahit.

"Lain kali aku tak akan mengijinkanmu untuk begadang dan minum kopi..".

Wanita itu hanya mengangguk.

"Berhenti minum minuman manis juga...".

Lisa masih saja mengangguk.

"Juga.. jangan terlalu banyak pikiran...".

"……hmm".

"Oh God!!! Aku lebih suka kau mengomel dan menghina ku daripada diam mengangguk terus......!!!", Johnny malah memeluknya lagi lebih erat antara gemas dan frustasi.

.
.

Mark melihat kakaknya sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Lalu matanya mencari keberadaan Lisa yang tumben tidak datang pagi ini.

"Noona belum sembuh? Bukankah ini sudah 3 hari? Apa separah itu hyung? Apa perlu dirujuk kerumah sakit?", rentetan pertanyaan langsung keluar.

Johnny menaruh roti bakarnya,"sudah mendingan.. tapi aku suruh istirahat total. Pulang sekolah jangan main kemana mana, jaga kakakmu dirumah. Paham?".

"Eoh… Aku tahu", Mark mengangguk kemudian bertanya,"tapi hyung.. kenapa kau tidak cuti libur saja untuk menjaga noona?".

Johnny menghela nafas,"jika semudah itu mengambil cuti libur sudah dari kemarin aku dirumah.. pekerjaan dan urusan pribadi tidak bisa dicampur".

"Hehe..kupikir kau akan seperti di drama drama".

"Mereka itu pengangguran!", sahutnya cepat.

.

"Mau libur dua hari? Untuk apa?".

Sekretaris utama perusahaan yang Johnny tempati langsung bingung saat pria matang itu tiba tiba mengajukan surat permohonan libur tiba tiba.

Johnny bingung mau menjawab apa. Dia tadi dengan bodohnya mendapat ide seperti yang Mark ucapkan tadi pagi.

"Alasannya apa Manager Suh?".

"Ha?-oh!! Tidak...! Tidak jadi! Lupakan saja sekretaris Yoon".

Johnny langsung berbalik sampai sekretaris utama itu memanggilnya lagi.

"Manager Suh...!".

"Ya…?".

"Begini saja.. dua hari ini anda bisa pulang lebih awal saat sift kerja pertama. Bagaimana?".

Tentu saja Johnny langsung senang dan membungkuk,"terimakasih...!".

"Hahaha.. tidak masalah. Akan segera kulaporkan pada Direktur Park..".

Nasib baik ternyata memang milik Johnny hari ini.

Tapi memang semua bukan seperti di drama yang terlihat akan lancar. Buktinya..  Lisa sekarang melihat Johnny kembali lebih awal bibirnya malah mencebik.

"Hey, paman Suh..Kenapa jam segini sudah pulang?".

"Memang sudah waktunya pulang..", pria itu bahkan langsung masuk kamar Lisa untuk ganti baju.

Wanita itu menaikkan alisnya sebelah. Bahkan Mark saja belum pulang sekolah, tapi pria itu bilang dia sudah waktunya pulang kerja?.

"Kau bahkan tinggal membuka pintu depan untuk ganti baju.. kenapa repot repot kesini?", omelnya lagi.

"Sudah cerewet lagi... lambungmu sudah mendingan?", Johnny mengalihkan pembicaraan.

"Yang sakit kan lambungku..bukan mulutku".

Johnny tak menggubrisnya dan meletakkan kantong makanan yang sekalian dia beli tadi.

Pria itu bahkan tanpa segan langsung membuka kemeja nya dan mengambil hoodie di lemari baju Lisa. Dilihat dari ukurannya yang pas di badan nya, sepertinya itu memang miliknya.

"Oh ya? Bukankah kemarin kau bahkan malas membuka mulut", sahutnya kemudian.

Lisa tak peduli dan kembali berbaring,"Kemarin ya kemarin".

"Aku bawa makanan.. makan lah dulu ".

Lisa tak menjawab masih bergelung didalam selimutnya. Johnny melirik icepack di meja lalu mengambilnya.

"Buka selimutnya...".

"Johnny.. calm please, aku sudah tidak apa apa. Lagipula tadi aku sudah makan bubur..".

Johnny tak mau mendengar dan tetap membuka selimut,"sini duduk.. minum obat mu lagi dan makan".

"Kau mau aku overdosis?".

Tubuh Lisa ditarik pelan agar bangun,"Kalau begitu makan dulu.. sedikit saja tidak apa".

"Hmm", akhir nya wanita itu mengiyakan.

Tangan kanan Johnny mengambil kotak berisi makanan yang dibawanya tadi kemudian menyerahkan sendok agar Lisa cepat memakannya.

"Angkat kaosmu..".

Lisa mengernyit,"untuk apa? Aku sedang sakit ya.. jangan memperkosa ku".

"Tck! siapa yang bernafsu jika wajahmu sekarang mirip zombie. Cepat angkat".

Lisa terkekeh dan mengangkat kaos nya menampilkan perut datarnya.
Johnny mengompres perlahan dengan icepack tadi di bagian perut kiri Lisa.

"Apa begini cukup membantu...?",tanya nya.

Wanita yang sekarang mengunyah makanan itu tertawa pelan,"ke kiri sedikit...".

"Di sini...?", tangan Johnny mengikuti intruksi.

"Mm... benar disitu. Lambungku rasanya panas.. kalau kau mengompres nya seperti itu jadi terasa nyaman..".

Johnny semakin duduk mendekat di belakang punggung Lisa. Tangan kanannya melingkar sekalian menahan icepack agar tidak jatuh. Kepalanya bersandar pada bahu sempit pasangannya.

"Cepat sembuh ya...",gumamnya.

"Iyaa..".

.
.

.
.

******

Love ThemOù les histoires vivent. Découvrez maintenant