Aura

34 3 1
                                    

POV

Apakah kamu bisa melihat bahwa manusia memiliki aura? Tidak? Ya, karena manusia bukan makhluk blasteran. kalau kamu tidak bisa melihat aura itu artinya kamu memang manusia. Bukan blasteran seperti aku. Tanpa disadari manusia memiliki aura biru sebagai pertanda bahwa dirinya baik, dan aura merah sebagai pertanda bahwa....ya, mereka buruk.

Apa sekarang kamu bertanya tentang aura yang kumiliki? Auraku bukan biru atau merah. Kamu tahu warna yang paling dominan di alam semesta ini? Tidak tahu? Yah....Cosmic Latte. Warna itu yang paling banyak ditemukan di alam semesta. Dan warna itu juga yang menjadi auraku, karena aku special. Blasteran manusia dan....Aku juga tidak tahu apa.

Karena itu, aku memulai petualanganku, yang sejujurnya kalau boleh memilih, aku ingin tinggal di rumah saja dengan Ayah dan Ibu. Namun, kalau kalian sudah dewasa dan tahu jika Ayah dan Ibu yang selama ini tinggal bersama kalian adalah bukan orang tua asli kalian, apakah kalian juga akan sama sepertiku? memulai petualangan ini untuk mencari siapa sebenarnya orang tua kandungku, dan mengapa aku blasteran. Dan mengapa aku selalu melihat monster monster mengerikan?

SMA FAMKE

"Merunduk!!" Teriakan itu membuatku spontan menoleh ke arah di mana seseorang...tidak!! Bukan orang!! Memang orang, tapi dia seperti kerasukan!!!

"Apa itu tadi? Auranya merah!!!" Teriakku dari jauh pada cowok tertolol di sekolah (Meskipun itu hanya menurutku. Karena bagi semua warga penghuni sekolah, dia adalah cowok cool yang tampan)

"Memangnya aku peramal!!!" Dia marah-marah.

"Kejar!"

Dia mengganguk mendengar instruksiku, baru kali ini cowok tolol ini menurut.

Kami berdua berlari ke arah lapangan sepak bola di sebelah gedung kesenian. Anak-anak yang berada di dalam gedung kesenian menoleh kearah kami yang berada tepat di tengah lapangan sepak bola.

"Sepertinya dia mulai menggila?"

"Kau bisa lihat auranya?!?!?!?" Aku baru sadar dan kaget si cowok tolol ini bisa melihat aura manusia dan seekor monster di dalamnya.

"Memangnya aku buta?!"

"Ambil auranya!!"

"Kenapa harus aku? Biarkan saja sampai mereda!"

"Sudah tolol, ternyata kau juga bodoh ya, Park Chanyeol kaparat!!!!"

"Aku seniormu!!"

"Memangnya sekarang hal penting kau seniorku atau bukan??" Sambil berlari ke arah orang yang kerasukan monster itu, aku melepas ikat pinggangku untuk kugunakan meredam amarah monster itu.

Aku berusaha melompat tinggi untuk mencapai kepala orang atau mungkin dia sudah menyatu dengan monster yang merasukinya karena auranya sama-sama merah. Percobaan pertama gagal, aku malah melompat terlalu tinggi.

"Sudah kubilang biarkan saja sampai mereda sendiri!"

"Kau terlalu banyak bicara ya, Chanyeol Seonbaenim!!"

Percobaan keduaku berhasil, aku mencekik lehernya. "Dia wanita, tapi kuat, apa monsternya laki-laki? Wah dasar menyusahkan saja kau." Aku menyeringai ke arah Chanyeol Seonbae, memberi isyarat bahwa aku berhasil, bahwa aku hebat bisa menghentikan orang yang kerasukan monster ini.

Tapi sepertinya, semesta tidak merestui diriku mengejek Chanyeol Seonbae, tangan orang itu menghantam perutku, aku terlontar agak jauh hingga ketepi lapangan dan bahuku terbentur tiang gawang.

"Sial, dia kuat."

Chanyeol Seonbae, tanpa kusadari dia mengeluarkan bola-bola api dari tangannya, "Waw, itu cukup luar biasa." Tentunya aku merasa kaget, selain dia adalah blasteran juga yang bisa melihat aura manusia dan monster, dia juga memiliki kekuatan Api. Auranya merah, tapi itu bukan aura merah yang dimiliki manusia jahat, aura merah yang dimiliki Chanyeol Seonbaenim bersinar.

DHYMUSNOMIAWhere stories live. Discover now