DUA

172 10 0
                                    

"Va, gue dengar Laura ngegangguin lo ya tadi?" Tanya Deva yang baru saja mendudukkan dirinya di samping Diva sambil memberikan sandwich dan susu yang baru dibelinya di kantin tadi.

Diva mengangkat kepalanya dari buku yang dibacanya, lalu menggelengkan kepalanya tanda menyangkal info yang baru saja Deva tanyakan. "Tidak, Laura tidak menggangguku. Dia hanya kesal dengan aku karena aku menabrak dan menumpahkan minumanku kebajunya tadi pagi." Jelas Diva pada Deva agar kembarnya itu tidak mengkhawatirkannya.

Deva menganggukkan kepalanya kecil tanda mengerti. Meski begitu Diva tau kalau Deva tidak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan. Diva yakin kalau Deva dan Divo akan menemui Laura, untuk mencari tau apakah Laura benar-benar mengganggunya atau tidak. Seringnya Diva menjadi bahan bully sejak dia duduk dibangku TK, membuat Deva dan Divo begitu protektif kepada Diva.

"Terus gimana ama kelas lo. Lo nyaman?" Tanya Deva lagi.

Diva menghirup udara disekitarannya dengan lamat, lalu menghembuskannya dengan kuat. "Awalnya tidak ada yang mau satu bangku denganku karena bangku aku posisinya tepat berada di depan guru, tapi kemudian Raina datang dan menawarkan diri untuk menjadi sebangkuku." Kata Diva sambil tersenyum lebar.

Lagi-lagi Deva mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dan kemudian berkata, "Lalu dimana Raina-Raina itu sekarang?"

"Dia sedang menemui seseorang katanya," jawab Diva masih tersenyum, menunjukkan betapa senangnya dia menemukan teman baru. "Bagimana denganmu dan Divo? Oh iya dimana Divo?" Kali ini Diva yang bertanya beruntut pada Deva saat dia sadar kalau Divo sedari tadi belum muncul diantara mereka.

Deva berdiri dari posisinya, lalu menjawab Diva sembari mengajak Diva ke suatu tempat. "Dia dan Nathan sedang ada di kantin. Kita temuin dia disana yuk."

"Nathan?!?" Tanya Diva yang entah kenapa tiba-tiba tertarik dengan sebuah nama yang disebut Deva.

"Ya Nathan. Orang yang nolong elo tadi pagi." Jawab Deva lagi.

Mendengar penjelasan Deva soal Nathan, membuat Diva penasaran dan tertarik dengan sosok Nathan. Tadi pagi dia tidak bisa melihat bagaimana sosok Nathan karena dia dikerubungi oleh Laura dan teman-temannya. Selain itu, kepalanya yang selalu menunduk tadi, membuat dia semakin tidak bisa melihat Nathan. Anehkah kalau Diva bilang kalau dia tertarik dengan sosok Nathan itu? Kenyataan tentang Nathan adalah orang pertama yang mau menolong dia, selain dari kembarnya, membuat Diva tertarik pada Nathan dan ingin mengenalnya.

***

Diva jatuh cinta pada Nathan. Itulah yang Diva yakini saat tadi dia bertemu Nathan untuk kedua kalinya tadi di kantin sekolah. Terdengar bodoh dan tidak masuk akal memang karena bagaimana mungkin hanya dengan bantuan dan pertemuan dua kali, seseorang bisa jatuh cinta. Tapi itulah yang Diva rasakan dan Diva tidak memungkirinya.

Sebenarnya kalau orang mengenal Nathan secara langsung, orang-orang itu juga akan berpikir kalau wajar seorang perempuan bisa langsung jatuh cinta pada Nathan. Dengan darah campuran Jerman Indonesia yang dimilikinya, membuat Nathan memiliki paras yang sangat tampan. Jangan tanyakan soal otaknya karena Nathan itu merupakan saingan Deva dan Divo dalam memperebutkan posisi 1 di sekolah mereka. Lalu soal kekayaan, Diva dengar Nathan adalah pewaris dari Formosa Group, salah satu grop terbesar dan berpengaruh di Indonesia karena menaungi beberapa rumah sakit di Indonesia dan Asia.

Bagi banyak perempuan mungkin ketampanan, kepintaran dan kekayaan Nathan itulah yang membuat mereka tertarik. Tapi tidak dengan Diva karena apa yang membuat Diva jatuh cinta pada sosok Nathan adalah sifat baik dan peduli Nathan. Sebutlah Diva kegeeran atau besar kepala karena dipikiran Diva, saat Nathan menghentikan Laura untuk membullynya di hari pertama mereka bertemu, Nathan memang berniat membantunya. Meski cara membantu Nathan itu terlihat tidak seperti membantu dimata orang lain.

DIVAWhere stories live. Discover now