Part 11 - First Love

72 61 83
                                    

Hari Minggu adalah hari yang selalu dinantikan oleh semua orang. Baik dikalangan orang tua maupun muda-mudi sangat menantikan hari weekend, alasannya hanya sekedar untuk berkumpul dengan keluarga, rebahan seharian ataupun hanya bersantai di rumah.

Berbeda dengan gadis itu, hari Minggu ini dia akan menghabiskan hari liburnya dengan pergi bersama seorang lelaki yang akhir-akhir ini membuatnya tersenyum dan membuat hatinya berdebar tak karuan.

Hari ini terlihat sangat cerah, awan biru muda terlihat jelas di langit dan pancaran sinar mentari yang bersinar terang seakan-akan menggambarkan suasana hati seorang gadis yang sedang dimabuk asmara.

"Bun, ada yang bisa Lala bantu?" tanya Bella.

"Sini sayang, bantu bunda ambil piring sama mangkuk aja."

"Oke siap."

"Btw, tumben banget kamu pagi-pagi udah bangun, biasanya kalo di rumah bangunnya siang." ujar bundanya.

"Ehehe, anu bun Lala nanti mau pergi sama Garyn, boleh kan?" tanya Bella.

"Cieee ada yang mau ngedate nih." ledek Yuli.

"Eh engga bun, ini cuma pergi main doang kok," elak Bella sambil tersenyum.

"Oke, kamu boleh pergi kok sayang, lagi pun besok kita udah pulang lagi ke Semarang jadi manfaatin waktu di sini dengan sebaik mungkin." ujarnya.

"Aaaaa makasih bunda, bunda memang orang yang paling pengertian banget deh," sanjung Bella sambil memeluk bundanya yang tengah menghidangkan makanan ke dalam mangkuk.

Setelah acara peluk-pelukan, kini keduanya saling fokus dengan menata hidangan yang dibuatnya ke atas meja makan. Tak lupa Bella membuat susu hangat untuk dirinya, untuk bunda dan neneknya.

Bella berinsiatif untuk membangunkan neneknya yang sedari tadi belum keluar dari kamarnya. Dia dengan riang berjalan menyusuri lorong-lorong ruangan yang ada di rumah, hingga sampailah di depan pintu kamar neneknya. Bella lantas mengetuk pintu itu dan langsung dibukakan oleh neneknya.

"Nek, ayo kita sarapan dulu." ajak Bella.

"Ayo," jawab nenek sambil mengikuti langkah Bella.

                 °°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°

Tak terasa jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Bella sudah siap dengan style kasualnya. Celana kulot berwarna cream kesukaannya dipadupadankan dengan kemeja hitam membuat dirinya terlihat lebih cantik dari biasanya.

Garyn sudah berada di depan rumah neneknya Bella, lantas dia mengetuk pintu rumah itu dengan senyum yang merekah. Tak lupa dia membawa martabak di tangan kanannya untuk diberikan pada bundanya Bella.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." jawabnya serentak.

"Eh udah mau berangkat ya?" tanya Yuli.

"Iya Tan, Garyn sama Lala pamit ya." ujarnya.

"Oke hati-hati di jalan."

Suasana di dalam mobil seketika menjadi sunyi. Mobil itu berjalan menyusuri jalanan yang di kanan kirinya terdapat pepohonan menjulang tinggi, jalanan terasa sepi memang tapi suasananya sangat menyejukkan hati.

"Gar, kamu mau ngajak aku ke mana?"

"Rahasia, nanti juga kamu pasti tau tempatnya, dijamin nanti kamu bakalan happy kalo lihat pemandangan di sana." Garyn berkata dengan senyuman manisnya.

"Hemm okedeh."

Tak terasa kini mereka sudah sampai pada tempat yang Garyn janjikan. Sebelumnya Garyn menutup mata Bella dengan kedua tangannya.

"Eh ini kenapa ada acara tutup mata?" tanya Bella.

"Biar tambah surprise La." ucap Garyn

Bella hanya menurut saja, dirinya dituntun menuju rumah pohon yang menghadap langsung ke danau. Ketika Garyn membuka tangannya yang menutupi kedua mata Bella, seketika Bella terkejut dengan keadaan sekitarnya.

Hal yang pertama kali dia lihat adalah danau dengan air yang berwarna biru ditambah banyaknya pepohonan yang membuat suasana di sini semakin sejuk dan indah.

"Kamu inget La? Dulu waktu SMP kita selalu mampir ke sini sebelum pulang." Garyn mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Tentu saja aku ingat Gar, tapi kondisi di sini udah banyak berubah ya." timpal Bella.

"Iya La, pepohonan di sini semakin rimbun hampir tak terawat."

Keduanya menjelajahi rumah pohon yang dulu mereka buat bersama, rasanya mereka seperti mengulang kejadian dulu yang membuat hatinya menghangat.

Nostalgia masa kecil rasanya memang sangat menyenangkan. Mengulang, mengingat dan melakukan hal yang sama seperti dulu rasanya ingin kembali ke dimensi waktu.

Garyn mengajak Bella untuk menaiki rumah pohon itu, di sana ada sebuah gitar. Dia mengambil dan memetik beberapa senar gitar.

Petikan gitar terdengar di telinga gadis itu, alunan nada-nada yang berasal dari gitar itu sangat lembut didengar membuat siapapun yang mendengarnya akan terpanah. Lelaki itu memetiknya dengan penuh penghayatan.

           
              🎶Ungu - Dirimu Satu🎶

I will always love you kekasihku
Dalam hidupku hanya dirimu satu
I will always need you cintaku
Selamanya takkan pernah terganti
Ku mau menjadi yang terakhir untukmu
Ku mau menjadi mimpi indahmu

Cintai aku dengan hatimu
Seperti aku mencintaimu
Sayangi aku dengan kasihmu
Seperti aku menyayangimu
I will be the last for you
And you will be the last for me

Bella hanya tersenyum dan mengikuti alunan lagu itu karena dirinya memang mengetahui lagu itu. Ralat lebih tepatnya dia sangat menyukai lagu yang sedang dinyanyikan oleh lelaki yang ada di sampingnya.

Lirik demi lirik yang terucap dari bibir lelaki itu membuat hatinya semakin terenyuh. Hatinya sedikit menghangat tatkala mendengar lirik lagu yang memiliki makna sangat mendalam.

Bella tak kuasa mendengar lagu itu, air mata yang sedari tadi dia bendung kini tumpah begitu saja dari kedua kelopak matanya. Jujur saja dia sangat menyayangi lelaki yang kini tengah bersamanya. Dia sangat takut kehilangannya, takut tiba-tiba saja dia dan dirinya dipisahkan oleh sebuah dinding yang membuatnya tak bisa menjalin kasih untuk selamanya.

"La, jujur dari kita masih kecil aku udah sayang banget sama kamu, entah itu rasa sayang seperti apa yang jelas rasa itu sampai sekarang masih utuh, tak akan ada satu orang pun yang dapat menyentuh perasaanku. Dulu memang aku menganggap kamu sebagai adik ku sendiri, tapi setelah kita dewasa aku berpikir ingin menjadikanmu sebagai ibu dari anak-anakku." ucap Garyn.

Bella masih terdiam, tak menyangka kejadian ini akan berjalan begitu cepatnya. Hatinya tak karuan, dia ingin berkata tapi mulutnya seakan membisu.

"La." panggil Garyn.

"Iya Gar?"

Garyn menatap manik mata lentik itu dengan senyum yang merekah.

"Be my girlfriend, i will always be there in your every step, i will always protect you, and i hope our love lasts till we get married." ucap Garyn sambil menatap Bella.

Garyn mengatakan kalimat itu dengan tatapan tulus, tangannya menggenggam tangan Bella dan memberikan sebuket Bunga yang di dalamnya terdapat banyak coklat. Dia berharap Bella juga mempunyai rasa yang sama dengannya.

"Jujur aku juga sayang banget sama kamu Gar, aku mau jadi kekasihmu." Bella meraih tangan itu dan membalas kegengamanya tak kalah erat.

Keduanya saling berpelukan, melepaskan semua rasa yang ada di kedua hatinya. Rasanya tak ingin menyudahi pelukan yang terasa nyaman di tubuhnya. Rasanya ingin menghentikan waktu sejenak agar hari ini tak kunjung usai.

                   °°°❄︎°°°❄︎°°°❄︎°°°

Hai haii💅
Gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya :)

Jangan lupa tinggalin jejak yaa
Vote & komennya sabilah kawan :)

My Husband Is Rude [On Going]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz