19. My New Family

Comincia dall'inizio
                                    

"Ih? Kuat gitu yah kupingnya kalian berdua?"

"Nah, kan sekarang formasi sudah lengkap," ujar Jati. "Lebih baik kita ke meja makan."

"Kamu suka gulai iga nggak?" Tanya Insan ke perempuan yang dirangkulnya ke kursi. "Ini ibu buatin spesial dari resep turun temurun loh."

"Iya. Boleh."

Selagi menuangkan sop ke mangkok, mata Rere tak sengaja melirik Indah yang tengah menyendokkan nasi di piring suaminya. Tenggorokan Rere mengering melihat Jati menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Diana dan Insan yang berebutan daun jeruk di sambal.

Obrolan di meja makan diawali dengan percakapan sederhana. Mulai dari tempat tinggal, kampus, jurusan kuliah yang Rere ambil, prospek pekerjaan, berlanjut ke awal mula pertemuan Rere-Insan. Hingga tiba-tiba, sebuah pertanyaan keluar dari mulut Jati.

"Papa kerja apa, Re?"

Posisi duduk Rere seketika menegang. Ujung bibir Rere yang semula datar langsung tertarik, membentuk senyum. Ia memaksakan cengiran lebarnya, menyembunyikan denyutan ngilu yang tiba-tiba hadir di dalam dadanya.

"Bankir juga, om," sahutnya kalem.

"Oh, bank apa tuh?"

Rere menarik piringnya, meski selera makannya sudah hilang. "Masih BUMN," jawabnya seraya meminggirkan tulang iga di piringnya.

Jati mengangguk samar. "Oalah. Sama dong kayak Insan?" Ia menjeda sejenak. "Bagian apa?"

"Branch manager."

"Wow. Hebat juga ya!" Kali ini Indah yang bersuara. "Kalau mama?"

"PNS, tapi lagi dinas di luar kota."

"Oalah berarti kamu di rumah sama papa ya?"

Hanya senyum simpul yang dapat Rere beri sebagai respon. Kemudian suasana berubah hening. Batinnya menjerit ingin pulang. Ia ingin pergi dari rumah ini sekarang juga. Tangannya memaksakan diri memotong bagian daging yang meliliti tulang iga, ditengah kegiatannya ia melirik Insan yang sibuk membahas game dengan Raka.

Rere menggigiti bagian dalam pipinya, perasaan cemas menguasai dirinya.

Ia khawatir jika orangtua Insan mengajukan pertanyaan yang lebih detail lagi tentang keluarganya. Ia khawatir jika ia gagal bertingkah normal. Ia khawatir jika harus berbohong lagi, meskipun ia tak dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Disuapan terakhirnya, Rere menunduk, memandangi kilauan piring yang menyala untuk menyembunyikan kegelisahannya. Tiba-tiba suara Diana menyadarkannya dari lamunan.

"Kak Re, ikut aku yuk ke kamar!"

"Ye ngapain?" Insan nampak protes.

"Kepo lo. Ini tuh namanya girls talk." Cibir Diana, ia lalu melirik Rere. "Ayo kak, ikut!"

Seketika rongga dada Rere terasa melonggar. Ia bertukar pandang dengan Insan yang tiba-tiba melototinya. Melihat itu, Rere hanya memasang raut bingung sambil mengedikkan bahu. Meski dalam hati, ia merasa lega diselamatkan oleh Diana.

"Eh nanti dulu dong, abisin dulu makannya!" Seru Indah.

"Ih? Udah abis tuh liat!" Balas Diana, menunjuk piring Rere dengan gerakan dagu. "Piring Kak Rere udah bersih!"

"Tapi punya lo kan belom!"

"Gue udah gak sanggup. Kenyang banget sumpah. Lagian udah deh. Ini tuh ultah gue, jadi gue bebas mau ngapain," Diana mengeluh pelan, ia lalu beranjak dan melirik Rere. "Udah ayo kak!"

"Hehe," Rere kembali cengengesan. "Aku naik ya semua, permisi."

Rere pun beranjak dari tempat dan mengikuti Diana berjalan menuju tangga, keempat orang yang masih duduk di meja makan hanya bertukar pandang sebelum melanjuti kegiatan mereka lagi.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 26, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Real TalkDove le storie prendono vita. Scoprilo ora