"Lebih baik mandi air hangat saja. Papa hidupin dulu pengaturan airnya" imbuh sang Papa sebelum beliau beranjak menuju kamar mandi di dalam kamar si gadis.

Zara mengusap wajahnya. Merasakan basah berlebih ditelapak tangannya karena keringat. Ia menunduk, teringat tiap kejadian tak asing dalam mimpinya barusan.

Sangat terlihat nyata seperti akulah mengalami hal itu. Sungguh aneh. Sebelumnya aku tidak pernah bermimpi buruk.

"Apapun mimpi buruknya. Mama mau kamu melupakannya langsung. Ingat! Mimpi buruk tidak baik untuk selalu diingat"

Suara Mama mengalihkan pandangan Zara yang semulanya menunduk memikirkan sesuatu.

Ya sudahlah. Lagipula itu hanya mimpi asing. Harusnya aku baca doa sebelum tidur.

Zara tersenyum dan senyum itu dibalas senyuman hangat dari Mama.

Tidak lama untuk mengatur suhu air, Papa pun keluar dari kamar mandi "Princess, airnya sudah Papa atur. Lima menit lagi bergegaslah mandi"

"Terima kasih, Pa"

Orangtua Zara pun beranjak keluar kamar setelah meninggalkan kecupan sayang di dahinya. Ia menghela setelahnya. Mengumpulkan energi positif untuk melupakan perihal itu. Ya, Zara harus kembali kesedia kala sebab ia harus bersekolah hari ini. Ia tidak mungkin datang ke sekolah dengan wajah yang masih pucat pasih kan?

Ting, ting, ting,

Bunyian halus dari kamar mandi sontak membuat Zara mengalihkan pandangannya ke kamar mandi. Ah, mungkin air hangat yang disiapkan Papa tadi sudah siap. Ternyata tidak membutuhkan waktu lama untuk menjadikan air dingin ke air hangat. Ia pun bergegas mengambil sebuah towel pink dari dalam lemari putih lalu melangkah masuk ke kamar mandi.

Namun langkahnya terhenti sebelum benar-benar melewati pintu masuk kamar mandi. Pandangannya menyapu ke segala arah seperti sedang mencari sesuatu. Dan sesuatu itu sama sekali tidak terlihat di mata cantiknya. Lantas, Zara pun mengurungkan niat mandinya untuk sebentar saja sampai ia menemukan sesuatu itu.

"Ke mana perginya" gumam Zara.

Kaki jenjangnya yang mulus terlihat karena menggunakan celana pendek itu melangkah. Menyusuri tiap titik di kamar luasnya.

Di bawah ranjang, di atas maupun bawah sofa, walking closet, tidak juga ia temukan. Bahkan ia mencarinya di balkon juga tidak ada. Hanya angin dan embun pagi menyapa si gadis.

"Kemana perginya, Joe" ucap Zara bingung setelah ia kembali masuk dari balkon.

Ia menggigit kuku jari jempolnya "Dia tidak mungkin bisa keluar dari kamar, kan?" pikir Zara seraya melihat pintu akses keluar masuk kamarnya.

Jelas-jelas tadi malam si hantu tampan masih berbincang ria dengannya. Juga tidak meninggalkan ruangan ini bersama-sama malam tadi. Apa mungkin dia bisa keluar dari kamar ini sendiri tanpanya? Jika benar seperti dugaannya itu. Ya baguslah. Ada kemajuan bagi si gadis untuk membantu Joe.

Ah, lebih baik aku mandi dulu. Kemudian mencari Joe di bawah.

Seusai mandi dan mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah, Zara melanjutkan pencariannya. Namun sosok itu tidak terlihat dimanapun. Hampir seperempat menit Zara menelusuri setiap sudut rumahnya hingga orangtuanya bingung melihat tingkah Zara seperti mencari, kehilangan sesuatu.

Jantung Zara seakan bergemuruh. Pikiran-pikiran negatif melayang di kepala cantiknya. Jika Joe berhasil kembali ke tubuh aslinya, tentu Zara akan sangat merasa lega dan senang. Tetapi jika sebaliknya, jika roh Joe benar-benar lenyap, gadis itu tidak bisa berpikir harus berbuat apa. Yang ada, hanya rasa sesak tak nyaman ia rasakan tatkala memikirkan kemungkinan itu terjadi.

My Hantu TampanWhere stories live. Discover now