Teluh1

554 22 4
                                    

Sudah tiga tahun, Asep tinggal bersama Bagus sebagai partner dan sekretaris pribadi Bagus. Jadi irit kata Bagus sehingga tidak usah lagi menggaji pegawai. Asep menjewer telinga Bagus.

"Dasar bos pelit" ejek Asep.

"Bos atau miswa?" ledek Bagus..

"Dua-duanya" kata Asep tersipu-sipu sambil mengerling nakal.

Pagi itu ketika mereka tiba di kantor, sewaktu Asep hendak menyerahkan berkas-berkas yang telah diperiksanya...tiba-tiba ponsel Bagus berdering...

"Gus, bapak di rumah sakit, struk!" begitu kata Raka singkat dan kemudian memutuskan sambungan telpon.

Bagus jadi ibuk tak keruan, otaknya tak lagi mampu berpikir dan Asep cepat tanggap akan keadaan partnernya itu.

Oleh karena itu Asep langsung mengambil alih suasana; Asep membriefing manager kantor kalau mereka harus ke rumah sakit.

Setelah itu mereka berdua bergegas menuju rumah sakit Pertamina di mana bapaknya Bagus dirawat. 

Ketika hendak membuka pintu mobil di sebelah kanan, Asep menyentuh tangan Bagus.

"Gus, biar aku yang nyetir, kamu duduk aja yang manis ya?" kata Asep lembut dan tanpa menjawab Bagus hanya menggumam gaje lalu melangkah seperti robot ke bagian kiri mobil.

Jadilah Asep yang mengendarai mobil hari itu padahal biasanya Bagus jarang sekali memberikannya kesempatan sambil bergurau...

"Suami yang harus nyetir mobil...isteriku duduk aja yang manis" begitu kata Bagus setiap kali sehingga nyaris saja Bagus korban geplakan atau gebukan pelan di punggungnya.

Ada rasa hangat di hati Asep mendengar gurauan Bagus.

Hati  Asep selalu terasa manis setiap Bagus ada di sisinya.

"Aku beneran jadi addicted sama Bagus" begitu kata hati Asep.

Tanpa terasa Asep tersenyum mengingat semua kebiasaan Bagus setiap hari dan sekarang giliran dialah yang mengendarai mobil...

"Kali ini beneran kita berdua nyadar bahwa kita ini adalah partner dalam hidup...partner bukan hanya di ranjang" begitu pikir Asep sambil memutar kuncil mobil.

Asep berusaha fokus untuk mengendarai mobil meskipun hatinya ikut resah karena ia dapat merasakan galaunya hati Bagus.

Mobil yang dikendarai Asep mulai melaju ke arah rumah sakit tempat mertuanya dirawat...

Ingat kata mertua langsung saja Asep mengeluh dalam hatinya.

"Mertua...duh mertua... tetapi kami belum diakui" begitu keluh Asep di dalam hati sesaat, tetapi hatinya hangat mengingat cinta Bagus kepadanya selama ini.

Ketika lampu merah, Asep menengok Bagus yang sedang memejamkan matanya dan Asep tidak mau mengganggu suaminya itu.

Asep selalu membiarkan Bagus ketika lelaki itu tidak mau diganggu dan memberikan dukungan kepada suaminya dengan tindakan tanpa banyak cakap.

Ini adalah salah satu karakter Asep yang disukai Bagus...

"Kamu ini orangnya asik, gak cerewet...tau kapan buka mulut, kapan tutup mulut!!" begitu kata Bagus beberapa kali...

Asep hanya ganda tersenyum setiap kali mendengar celoteh Bagus...

Tak terasa sampai juga akhirnya mobil yang mereka kendarai di rumah sakit. 

Bagus jalan duluan, langkahnya tergesa-gesa dan Asep mengekorinya dari belakang sampai akhirnya tiba juga mereka di depan kamar tempat bapaknya Bagus dirawat.

Bagus & AsepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang