Masa Kelabu

13.9K 384 20
                                    

Di atas foto Asep menurut imajinasiku

          Raka masih suka menyuruh pembantunya membeli martabak ataupun gorengan dari bapak Asep tapi ia sendiri tidak pernah mampir. Asep mengetahuinya karena ia kerap menemani bapaknya berdagang di depan ketika ia merasa bosan di dalam kamarnya. Ia sendiri pernah melihat Raka sewaktu mengunjungi Bagus. Raka lebih tua tiga tahun dari Bagus dan bertubuh tinggi kurus, tetapi memiliki wajah tampan dan dingin. Ketika Asep menyapanya ia hanya menganggukkan kepalanya. Bagus menyuruh Asep untuk bersikap cuek dan bilang bahwa kakaknya memang begitu orangnya tapi sebenarnya sih baik sekali.

         Asep terus kuliah sambil bekerja melewatkan hari-harinya. Sering ia merasa kangen lalu pergi ke warnet, mengirim email yang panjang kepada Bagus. Mereka masih terus berhubungan lewat email sampai bulan Juni ketika email dari Bagus semakin jarang menghampirinya. Bagus terus mengatakan sibuk bahkan bilang bahwa ia tidak akan pulang bulan Desember melainkan mau berlibur ke Korea Selatan bersama temannya.

Entah mengapa Asep merasa hatinya gundah  tetapi ia tidak berani menuduh bahwa Bagus tidak setia. Ia sendiri sering digodai oleh teman kuliahnya Sandi, anak Makasar yang tampan dan berkulit bersih. Selain Sandi, Andrew yang menjadi supervisornya juga sangat baik di tempat kerjanya. Hal ini membuat beberapa rekan kerjanya meledek bahwa si bule jatuh hati kepadanya.

        Dibanding dengan Andrew, Asep lebih sering pergi bersama Sandi ke toko buku atau kadang makan malam keluar. Sandi kos tidak jauh dari kampus mereka dan sering mengantar Asep pulang ke rumahnya. Pernah Sandi pengen nginap di rumah Asep tetapi Asep menolak dengan alasan ranjangnya kecil dan rumahnya butut. Sandi tidak mau memaksa tetapi memeluk dan menjewer telinga Asep ketika ia beranjak pulang. Di penghujung bulan November ketika Asep baru saja menyelesaikan ujiannya, badai kehidupan datang menerpanya.

        Asep baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya ketika kakak tirinya meninggalkan pesan di ponselnya bahwa bapaknya kecelakaan dan emak di opname di rumah sakit, pingsan!! Ketika Asep sampai di rumah sakit, kedua orang tuanya meninggal hampir secara bersamaan. Emak kena serangan jantung sedangkan bapak meninggal karena luka parah yang dideritanya. Kakak tirinya mengatur pemakaman dan semua biaya yang dibutuhkan. Setelah selesai pemakaman, kakak tirinya bertanya mengenai rencana kehidupan Asep. Asep berkeras ingin melanjutkan studinya yang tinggal setahun dan tetap menjaga warung kecilnya. Pembantunya bisa membantu kehidupan sehari-harinya. Kakak tirinya menghela nafas dan setuju sambil mengusap rambut adiknya dengan perlahan.

           Sebelum pergi, kakak tirinya meninggalkan amplop berisi 10 juta rupiah. Asep kaget melihat uang sebanyak itu. Kakak tirinya menghela nafas lagi dan berkata bahwa mungkin ini terakhir kali ia membantu Asep karena ia akan pindah ke Amerika menyusul anak-anaknya yang sudah pindah ke sana. Asep menangis dan mencium kedua tangan kakaknya. Beberapa minggu kemudian surat kabar memberitakan bahwa kakak tirinya buron sebagai koruptor membobol uang negara. Miris hati Asep mendengar semua ini, tetapi ia selalu bersyukur atas kebaikan kakak tirinya kepada ia dan keluarganya.

             Asep membagi-bagikan pakain bekas emak dan bapaknya kepada tetangga-tetangganya yang mau, kemudian mencari pembantu untuk menjaga warung kecilnya. Unang yang menjagai gorengan dan martabak setiap malam setuju untuk menjaga warung kecil milik Asep sekarang. Sebagian besar baju-baju bekas bapak dan emak diberikan kepada Unang.

            Sebulan kemudian sewaktu pulang dari kuliah, Asep mendapatkan email dari Bagus yang mengatakan putus hubungan dengannya karena ia sudah memiliki pasangan baru, seorang gadis Korea. Asep menangis, pahit rasanya seolah-olah belum cukup ia didera oleh berbagai kemalangan yang harus dihadapinya. Bertubi-tubi ia mendapatkan kepahitan dalam waktu berdekatan. Ia merasa beruntung bahwa Sandi sering menemani dan menghiburnya. Keesokan harinya ia menerima pesan di ponselnya dari Raka, kakak Bagus. Bingung hatinya, apa yang dimaui Raka? Ia setuju untuk menanti Raka dirumahnya besok sore.

           Raka datang dengan celana jeans dan t-shirt berjalan kaki dari rumahnya. Ia mengucapkan bela sungkawa atas kematian kedua orang tua Asep dan minta maaf datang terlambat. Setelah berbicara beberapa saat, Raka bertanya kalau Asep mau menjual rumah yang ditinggalinya? Asep terkejut mendengar pertanyaan Raka. Raka menjelaskan bahwa ia berminat untuk membeli rumah dan tanah yang dihuni oleh Asep. Asep tidak tau harus apa yang harus dikatakannya dan dengan terbata-bata ia menjawab bahwa ia cuma punya rumah ini kalau dijual tidak tau mau tinggal di mana?

         Raka menawarkan dua pilihan. Pertama membeli rumah Asep dan membayar tunai atau mentransfer uangnya ke rekening bank Asep. Untuk pilihan kedua, Asep memberikan tanah dan rumah yang ada kepada Raka untuk dibangun dan Raka tidak membayar apa-apa kepada Asep tetapi memberikan satu unit apartemen baginya setelah rampung dan berjanji Asep tidak akan membayar sepeserpun untuk biaya maintenance setiap bulannya. Asep berjanji akan memikirkan hal ini. Raka memberikannya waktu seminggu untuk berpikir.

Bagus & AsepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang