Tujuh

2.6K 334 8
                                    

Kelas kewirausahaan baru saja berakhir. Begitu dosen keluar dari ruangan, para mahasiswanya segera berhamburan seperti kuda liar. Sebagian memencar entah ke mana. Sementara sebagian lagi, melanjutkan diskusi kelompok di sepanjang sisi koridor.

Selain dari kuis, UTS, dan UAS, penilaian matkul kewirausahaan ditentukan juga berdasarkan tugas praktek. Para mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil beranggotakan tiga orang. Setengah semester di awal membuat business plan. Setengah semester sisanya digunakan untuk berjualan yang diakhiri dengan menyetor laporan.

Naya yang sekelompok dengan Adel dan Seno mengajukan produk overnight oatmeal in jar versi ekonomis. Pemilihan tersebut dilakukan setelah melakukan riset kecil-kecilan. Tujuh puluh persen dari responden mengaku tidak sempat sarapan (terutama jika ada kuliah pagi). Jadi rencananya, mereka akan menawarkan alternatif sarapan sehat tapi tetap ramah di kantong. Bukankah zaman sekarang semua yang berlabel health, nature, atau organic biasanya lebih dilirik?

"Hadeehh, kemarenan strategi pemasaran kan udah fix. Sekarang pas setor rencana anggaran, yang atas malah diacak-acak lagi. Kalo gini kapan beresnya coba?" keluh Adel sambil memelototi lembaran demi lembaran yang dihiasi corat-coret pulpen merah.

Naya yang duduk di sebelahnya langsung meringis. "Sorry. Ini pasti gara-gara file revisi terakhir yang kehapus sama gue itu ya."

"Enggak lah, kan kita ngerjain ulang dari file back up yang di google drive," hibur Adel.

Seno--si ketua MSS--langsung terkekeh geli. "BTW, gimana ceritanya sih sampe kehapus segala? Waktu gue lagi jajan seblak itu ya?"

"Biasalah, Wak. Anggota tubuh gue kan suka bertindak gak sesuai otak. Lagi klak-klak-klik-klik tiba-tiba milih delete terus yes." Naya meringis lagi. Kali ini sambil menggaruk tengkuk.

"Untung banget dah ada back up. Kalo sampe enggak, abis lo Nay sama Mamah Adel," kelakar Seno, memancing delikan judes dari sang pemilik nama.

"Warbyasa ya sahabat, semester lima ini dosennya ajaib semua. Akuntansi biaya cuma mau nerima tugas yang ditulis tangan, kewirausahaan hobinya print-coret-print-coret." Adel menghembuskan napas panjang.

"Tapi tugas kewirausahaan kita sekarang ini masih mending loh." Seno menyanggah dengan raut super meyakinkan. "Angkatan atas-atas tuh disuruh bikin tiga ratus ide bisnis per orang. Bayangin!" tandasnya sengaja memberi efek dramatis.

Adel melongo. Naya mengerang.

"Mencret gak tuh tiga ratus? Sampe saking pusingnya, ada yang ngide bikin kolor anti selip sama toilet beroda!" tambah Seno dengan mimik serius tetapi malah terkesan lawak. Apabila tidak ada anggota lain, si ketua MSS ini memang sering stand up comedy.

"Gak sekalian ngide bikin tali beha anti kendor?" ceplos Naya disertai kikikan geli.

"Heh! Ada si Senorita ini! Maen ngomongin kutang aja lo, Konay!" Adel menggeplak dengan kertas revisian.

Setelah itu ketiganya kompak tergelak. Seno bahkan terpingkal-pingkal paling kencang hingga nyaris terjungkal. Wibawanya langsung anjlok. Beberapa anak sampai mencuri lirik karena ketua hima mereka seperti kesurupan.

"Eh! Wait! Wait!" Setelah tawa mereka mulai surut, Adel yang duduk di tengah-tengah tiba-tiba merentangkan kedua tangan. "Kok gue gak kepikiran buat titip produk kita di Semesta ya. Bos gue kan kating kita tuh, harusnya dukung lah ya."

RelationSweet? [✓]Where stories live. Discover now