BAB 6

9.2K 651 23
                                    

Cahya P.O.V

Perjalanan kami hanya di temani dengan bunyi rintik hujan, cipratan air, dan hanya bersinarkan lampu sepeda motor dan cahaya bulan yang remang-remang. Karena, saat ini adalah waktunya bulan sabit bukan bulan penuh.

Beberapa orang kota masih menyempatkan dirinya untuk pergi ke supermarket. Buat apa sih sebenarnya?

Tak lama kemudian, kami sampai di rumah Dian, sudah gelap. Kulihat jam di Hp, sudah jam setengah sepuluh. Pasti mereka sudah memulainya.

Aku nggak boleh dekat dekat dengan rumah ini, nanti nyawaku yang terancam, cegahku dalam hati.

"Jon, kamu mau nggak ngopi bentar di cafe sebelah?"

"Oke, kalau itu maumu nggak apa apa kok, aku bisa antarkan" Jawab Jonny.

Khusus sekarang, kami nggak pakai helm, karena jarak dari rumah Dian dan cafe lumayan dekat.

Kami sudah sampai ke cafe itu.

"Jon, menurutmu apakah mereka akan selamat?" Tanyaku lalu meminum seteguk kopi panasku .

"Kamu harus yakin bahwa mereka selamat" Jawabnya dengan tegas. Sorot matanya yang dalam seakan bisa meyakinkanku kapan saja.

Aku nggak menjawab. Aku cuma bisa pasrah dan berharap agar teman-temanku selamat.

Ping!

Ada BBM dari Rianti.

Rianti: Cepat ke sini!

Aku nggak membalas.

"Jon, ayo pergi ke rumah Dian. Lagi ada masalah." Seruku lalu dia mengangguk dan membayar kopi kami berdua.

Aku segera berlari ke arah sepeda motor milik Jonny.

"Cahya...Cahyaaaaa" Seseorang telah berbisik di telingaku. Tadi ada siapa siapa. Namun, orang yang memakai baju putih itu?

Aku jadi takut sendiri. Aku merinding. Kemudian Jonny keluar dan aku langsung memeluknya erat. Itu hanya reflek karena aku takut.

"Ada apa Cah?"Tanya Jonny lalu dia balas memelukku.

Aku mengendurkan pelukan ini lalu memandang muka Jonny."Tadi aku lihat Dian dan dia berbisik kepadaku. Aku takut"

"Tenang dulu ya, masih ada aku" Kata Jonny menenangkanku .

Aku mengangguk lalu kami segera menuju rumah Dian. Sudah terang. Berarti permainan gila itu sudah berakhir.

Aku segera berlari memasuki rumah Dian. Nggak dikunci. Pasti mereka bersembunyi di kamar.

Oh ya, saat tadi di luar aku sempat mendengar jeritan yang sangat keras. Sepertinya jeritan itu milik Rianti.

Kembali ke topik kamar... Aku melihat Rianti sedang menunduk . "Rianti?" Dia tak kunjung mendongakkan kepala.

Tiba-tiba muncul pemandangan menyeramkan di depan mataku sekarang! Aku langsung lari menyeret Jonny. Dia tampak agak kaget, tetapi kemudian dia bisa mengikuti langkahku .

Saat kami sampai di sepeda motor milik Jonny, aku berkata "Jon, pulang sekarang. Aku akan menceritakan apa yang kulihat tadi di sekolah besok. Kumohon, mengertilah" Kataku ngos-ngosan.

Tanpa banyak bicara, dia mengangguk lalu naik ke sepeda motornya dan mengisyaratkan aku agar naik ke sepeda motornya. Padahal, bukan aku yang main Hitori, tetapi kenapa aku bisa takut kayak gini. Takut juga dengan pemandangan yang kulihat tadi. Jantungku masih berpacu cepat.

Aku melingkarkan tanganku di perut Jonny, karena aku takut. Mungkin karena ToD itu. Ah permainan itu!

Sekarang kami telah sampai di depan rumahku. "Thanks, besok pulang antar aku lagi ya, bisa nggak?"

"Ya bisa kok, night ya"

Aku hanya mengangguk lalu dia pergi. Aku hanya pasrah menunggu hari besok. Apakah mereka akan masuk?

Aku nggak tau.

Kini aku sudah ada di atas kasur sendiri. Aku menutup wajahmu dengan selimut lalu aku terlelap.

Esok pagi....

Aku sudah bersiap siap untuk mengawali sekolah pagi ini. Ya aku agak nggak siap sih. Ya, kalian kan tau sendiri alasannya.

Selama di perjalanan, aku hanya menutup mulut dan memandang dunia melalui jendela.

Aku pasrah. Aku nggak mau di teror.

Sesampainya di kelas, aku melihat kursi yang biasa diduduki oleh Dian dan Rianti kosong. Padahal, biasanya sebelum aku datang mereka lebih dulu datang ke sekolah untuk mengerjakan pr yang belum selesai.

Aku hanya bisa pasrah. Entah itu sudah pasrah yang keberapa kali kusebut di dalam hati.

Tak lama kemudian, Jonny datang dan menyahutku "Hei, murung terus aja"

"Aku lagi mikirin Dian sama Rianti
Jangan-jangan mereka hilang karena diculik oleh boneka itu!" Jawabku lirih.

"Jangan berpikir yang macam-macam dahulu, bisa aja kan mereka kecapaian setelah main Hitori" Kata Jonny menenangkanku.

"Iya sih, bisa juga ya" Jawabku pasrah.

---------

Maaf episode kali ini agak gaje , author juga minta maaf kalau typo bersebaran dan updatenya lama... Mohon pengertiannya

ToDWhere stories live. Discover now