BAB 2

17.7K 1K 42
                                    

Cahya P.OV

Aku berlari menuju ke kantin. Hanya demi perutku yang akan menyusun sebuah lagu.

Kantin.....

"Hai Cah, ayo duduk di sebelahku!" ajak Dian. Siapa itu yang duduk di depannya? Mungkin itu teman dari kelas sebelah! Ya ampun. Udah kerasa mistisnya, aku yang agak takut segera menjawab.

"Baiklah!" teriakku setelah membeli makan dari tante kantin. Mengapa aku teriak? Karena keadaan di sini memang benar-benar ramai. Suaranya Dian aja sayup-sayup kudengar.

Dengan segera aku berjalan ke arah mereka. Mereka memilih meja di pojokan. Mungkin agar pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan kepada Jennytidak ketahuan oleh anak lain.

"Hei aku harus duduk di mana?" tanyaku sambil melihat mereka. Sial! Mereka mengacangiku. Langsung saja aku duduk di sebelah Rianti.

Aku mendengar pembicaraan mereka. Ya percakapan antara Rianti, Jenny, dan Dian. "Kita akan memerlukan berbagai alat, aku punya alatnya. Kalian bisa pakai punyaku. Besok malam saja kalian memulainya. Nanti siang akan kuberikan dua lembar kertas, Rianti satu dan Dian satu, yang berisi berbagai aturan yang harus kalian taati. Ingat selalu peraturan itu!"jelas Jenny panjang lebar lalu dia pergi meninggalkan kami bertiga.

"Sudahlah, kalian mau memulainya beneran? Jangan ya, atau aku nggak akan mau main ToD lagi sama kalian!" ucapku sambil menatap kedua temanku. Tentunya setelah aku menelan makananku. Aku serius, aku nggak akan main ToD lagi untuk selamanya. Keren ya!

"Baiklah kalau itu maumu, kamu nggak usah main ToD, kami akan tetap bermain , harusnya juga mengerti kami. Kami juga akan mengerti kau. Tapi kau kalah perolehan suara." kata Dian. Iya aku ah aku ada ide! Dan itu akan membuat mereka bungkam.

"Jonny tidak menyetujui kan?" tanyaku, akhirnya aku menang untuk berpendapat kali ini. Tapi sepertinya kata-kataku barusan belum mebuat mereka bungkam. Mereka malah membalas lagi dengan kata-kata yang tak bisa kucegah untuk kali ini.

"Dia menetujui kok, dan bila kau tidak membolehkan kami bermain, kami akan berhenti untuk menjadi teman dekat kami. Bagaimana?" kalimat itu membungkam mulutku. Mereka mengancam. Namun permainan itu lebih mengancam, ya mengancam jiwa.

"Baiklah kalian boleh bermain tetapi dengan satu syarat," kataku. Ya aku harus memberi syarat. Ini demi keamanan mereka. Demi keamanan nyawa mereka. Sebagai sahabat yang baik, aku harus mengingatkannya.

"Baiklah, apa syarat yang akan kamu berikan? Kami bisa mematuhinya. Untuk satu syarat ini. Asalkan kami boleh bermain," kata Dian sambil melihatku lalu menatap Rianti. Terukir senyum kecil di bibirnya.

"Ingat, kalian harus mematuhi peraturan agar kalian bisa selamat. Ingat itu!"jelasku dengan tegas. Madsudku supaya mereka berdua selalu mengingatnya. Aku pernah membaca beberapa artikel tentang petak umpet Hitori Kakurenbo. Aku pernah penasaran namun aku masih punya akal sehat. Bukan berarti sahabatku tak punya akal sehat lo ya...

"Pasti Cahya yang cantik sedunia!"Jawab Rianti ceria dan itu membuat hatiku lega. Aku tau di kelas, ada seorang anak yang di sukainya yaitu Anton. Menurutku sih, Anton biasa-biasa saja. Hanya saja, dia pandai bergaul dan pandai berolahraga.

"Yuk kembali ke kelas guys!"Seruku lalu beranjak dari kursi. Aduh aku tidak tau harus berkata apa lagi kepada kedua temanku.

Kelas....................

Aku berjalan mendahului temanku kedua temanku dan kembali duduk di kursiku. Sepucuk surat ada di atas mejaku. Kubaca...

Kau tau, aku juga khawatir akan kedua temanmu. Sebelum aku ikut main ToD, aku melihat ada dua orang anak menatap ke arah kita berempat. Dan tatapannya sangat aneh. Kalau perlu, simpan surat ini. Jangan kau beritau siapa-siapa.

Tertanda Jonny

Aku memang memerlukannya lalu aku memasukannya ke dalam tas ranselku. Aku melihat ke arah Jonny. Dia memandang sekitarnya. Dan tatapan kami bertamu eh maksudnya bertemu.

Kulihat ada BBM masuk, dari Jonny. Ini anak lagi kesambet apa, biasanya ga pernah ngomong tuh sama aku. Ya udah biarin aja. Langsung aja aku cek isinya.

Jonny :

Kamu sudah membacanya kan? Aku akan ikut sama kamu. Buat menjaga teman kamu. Asal kamu tau, permainan itu sangatlah berbahaya.

Cahya

Aku juga tau, tapi mereka kalau dibilangi nggak pernah nurut.

Jonny

Hahaha.. Nanti pulang ketemuan di kafe yuk

"Tuh kan kesambet apa lagi dia?" kataku dalam hati. Nggak biasanya dia kayak gini...

Cahya

Oke, tapi anterin aku pulang ya, bye!

Jonny

Oke, kalau gitu minuman di kafe kamu yang bayar ya, bye

Asli kena jebak deh aku! Ya ampun, bisa-bisanya dia bercanda. Padahal, dia anak terdingin yang pernah kutemui. Kalian tidak salah dengar.

Cahya

Eh jangan gitu dong!

Jonny

Bercanda aja lo, ya udah nanti di sangka gue punya gebetan. Megang HP terus. Ya udah bye cecans.

Tiba-tiba jantungku berdegup. Ya ampun. Aku memasukkan kembali HPku ke dalam kantong rokku.

Pulang sekolah.........

"Kami udah dapet peraturannya, kami akan mulai besok di rumah Dian. Jenny tidak akan ikut besok. Acaranya dimulai pada jam sembilan malam" kata Rianti.

Aku udah bilang mama kok, kalau aku akan ke rumah teman malam-malam. Untungnya, dibolehin.

"Oke, maaf aku harus ke cafe. Ada keperluan. Jangan lupa, ingat-ngat terus tu peraturan ya guys. Bye!" seruku sambil melambaikan tangan pada mereka berdua dan mereka balas melambai.

------------------------

Gimana? Kok sepi banget guys? Nggak suka ceritanya ya :-(. Komentarnya dong guys sama di vote juga ya.. Thanks :)

ToDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang