Selama ia merawat Sizhui, baru kali ini puteranya tak mendengarnya seperti ini. Sizhui adalah anak yang baik dan penurut, namun sekarang,

Wei Wuxian menatap tajam pada Wangji yang enggan beranjak dari tempatnya, ekspresinya seolah menuduh Wangji telah melakukan hal yang aneh-aneh pada putera kesayangannya.

Namun Wangji hanya menanggapinya dengan santai, ia mengambil Sizhui dari pelukan sang mama untuk ia gendong dan seketika tangis bocah itu berhenti, hanya tersisa segukan kecil disertai wajah gembulnya yang memerah dan basah.

"Ssttt, jangan menangis lagi, mama tidak marah padamu." Ujar Wangji menenangkan.

Ia membelai kepalanya dengan penuh kelembutan, menghapus air mata dan ingus yang meleleh dari hidung si bocah tanpa rasa jijik sedikitpun.

"Papa ikut pulang sama Yuan."

"A Yuan!"

"Huwaaaaaa!!!"

Bocah itu semakin menangis kencang.

Wei Wuxian sudah tidak tau lagi harus berbuat apa, ditambah kehadiran Wangji disampingnya semakin membuat perasaannya kacau.

Ia sudah lelah dengan situasi ini, dengan Sizhui yang rewel malah semakin menambah kesetresannya.

"Kau ingin papa? Baiklah, pulang saja dengan papa. Mama akan pulang sendiri."

Lalu berbalik pergi meninggalkan Wangji yang kewalahan dengan amukan Sizhui, ia menatap punggung Wei Wuxian yang terlihat gemetar.

Apa ia menangis?

Hati Wangji semakin terasa ngilu.

Lagi-lagi ia menyakiti orang yang oaling ia cintai.

"Sayang, ssstt jangan menangis."

"Tapi hiks  mama bentak-bentak Yuan, Yuan benci mama~" bocah itu menyurukan kepalanya kedada Wangji.

"Yuan tidak boleh begitu, mama sangat sayang pada A Yuan. A Yuan adalah anak paling berharga untuk mama."

Tangan kekarnya menepuk-nepuk punggung sempit itu, memberi pengertian akan sikap Wei Wuxian yang agak sedikit keterlaluan.

Namun Wangji mengerti, bahwa amukan itu tidak ditujukan pada putera mereka, melainkan padanya.

Wangji tau seberapa muak kekasihnya melihat kehadirannya.

Akan tetapi, Wangji tetap tak ingin menyerah. Ia akan tetap mengejar Wei Wuxian bagaimanapun caranya.

"Tapi, Yuan hanya ingin punya papa seperti teman-teman lainnya. Mereka bilang Yuan anak yang nakal makanya tidak punya papa. Yuan juga mendengar mama teman-teman Yuan yang selalu membicarakan mama yang tidak punya suami. Papa, suami itu apa?" Curhatnya diakhiri dengan pertanyaan polos.

Itu membuat emosi Wangji campur aduk, antara sedih, marah, dan ingin tertawa oleh pertanyaan puteranha itu.

"Suami itu pendamping mama." Jelasnya singkat, ia tak tau harus menjelaskan dengan cara apa pada bocah sekecil Sizhui.

"Tapi mama tidak punya pasangan, papa mau tidak jadi pasangan mama?"

.
.

Wei Wuxian mondar mandir dengan gelisah.

Ia merasa bersalah pada puteranya karena telah membentaknya dua kali. Ditambah dengan tega dirinya meninggalkan bocah itu bersama pa-

Dengan Lan Wangji.

Ia cemas, bagaimana jika Wangji membawa pergi puteranya dan menjauhkannya darinya?

Chateau de WangxianHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin