Terlalu banyak berharap, hingga sakitnya juga keterlaluan
"Mawar, Kak Marvin, kok enggak bales chat aku ya. Padahal dia lagi online?" Tanya Melati pada sahabatnya yang sedang tiduran dan memainkan handphone sambil senyum-senyum sendiri.
Melati sedang menginap di rumah sahabat satu-satunya yaitu Mawar. Karena orang tuanya sedang berada diluar kota.
"Loh, Masa, sih? Tapi, ini dia balas chat aku, kok, Mel," jawabnya santai sambil terus berbalas pesan dengan Marvin.
"Emangnya kalian bahas apa?" Iirihnya.
"Soal pelajaran di sekolah aja. Enggak macem-macem. Eh, bentar, ya Mel aku mau ke toilet dulu."
Melati melihat handphone Mawar, setelah Mawar masuk ke dalam kamar mandi. Bukan tidak percaya pada sahabatnya, tetapi wajar bukan, jika dia memiliki rasa curiga.
Dia heran, kenapa Marvin hanya membalas pesannya pada Mawar. Sedangkan dirinya sebagai pacar Marvin tidak mendapatkan balasan.
Air matanya luruh begitu saja saat membaca pesan Mawar dan Marvin. Ini memang bukan untuk pertama kalinya Melati membaca pesan mereka yang terbilang cukup romantis, tetapi kenapa rasanya masih begitu sakit.
Melati dengan buru-buru menyimpan handphone dan menghapus air matanya saat mendengar pintu terbuka.
"Hey, kenapa Mel, kayak habis nangis?" Tanya Mawar yang baru saja keluar Dea kamar mandi dengan penuh perhatian.
"Enggak, ini, tadi lihat story yang sedih. Jadi ikutan sedih, deh." Melati tersenyum paksa membuat Mawar percaya.
"Ih, kirain kenapa. Bikin khawatir aja."
Mawar membulatkan matanya saat menyadari kalau dirinya ke kamar mandi tanpa membawa handphone.
"Eum... Mel. Ka-kamu enggak mainin handphone aku kan, barusan?" Terdengar dari nadanya, Mawar seperti ragu untuk menanyakan hal itu.
"Enggak. Aku enggak mungkin mainin atau ambil sesuatu tanpa ijin dari pemiliknya."
Mawar menghela napas lega, tetapi Jawaban Melati membuat Mawar tersindir. Namun, mau bagiamana lagi. Jujur saja, Mawar memang mulai merasakan nyaman dekat dengan Marvin.
"Aku ke kamar aku dulu, mau tidur duluan." Dengan wajah masam Mawar meninggalkan Melati yang sedang fokus memainkan handphonenya di kamar tamu.
Melati setiap menginap tidak pernah tidur Berdua dengan Mawar. Pernah suatu hari Melati memaksa untuk tidur satu kamar dengan Mawar. Tentu saja sahabatnya menolak mentah-mentah.
...
"Lupa bawa baju tidur segala, ish."
Mau tidak mau Melati harus meminjamnya ke Mawar.
Melati mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu saat tak sengaja mendengar Mawar sedang berbicara dengan seseorang.
"Cantik jangan begadang, ya."
Deg
Suara itu.
Hati Melati mencelos mendengar suara pacarnya. Berbeda saat berbicara dengan dirinya, Marvin pasti akan cuek atau ketus, tetapi kenapa pada Mawar berbeda lagi. Bahkan Marvin sampai menyebut Mawar 'cantik' sedangkan kepada dirinya belum pernah sekalipun dia memujinya.
...
Langkahnya membawa dia ke taman dekat rumahnya. Sekuat apapun Melati, dia tidak mungkin untuk terus berada di rumah sahabatnya itu.
Dia mencoba menelpon Marvin, siapa tahu kali ini diangkat. Dan hasilnya nihil. Panggilan sedang sibuk. Melati sudah tahu Pacarnya pasti sedang sibuk telepon dengan sahabatnya.
Rasanya kenapa sakit? Melati mencoba untuk mengerti keadaan dan rasanya semakin sakit baginya. Ini semua salahnya yang terlalu berharap lebih atas hubungannya yang tiap harinya Semaki semu.
"KESSEEELL," jerit Melati.
Melati berharap dengan berteriak dan menjerit akan mengurangi rasa sesak di hatinya, tetapi tak sedikitpun sesak itu berkurang yang ada rasa itu semakin bertambah.
"Masih sakit...." Isaknya.
Isakanya masih kuat, dia melihat handphonenya saat notif masuk dan ternyata itu adalah pesan dari pacarnya, Marvin.
"Maaf, gue baru selesai ngerjain tugas"
"AAARRGGH." Melati membanting handphonenya tepat mengenai batu hingga benda pipih itu retak.
"Kamu baru selesai ngebahagiain Mawar... aku tahu...." Isaknya begitu lirih.
Tanpa Melati sadari ada seseorang memperhatikannya dari kejauhan.
...
"Bekal aja deh makananya," ucapnya lesu dan memasukan kotak nasi itu ke kantongnya.
Melati berangkat sekolah naik bus. Sebenarnya dia mempunyai motor pemberian orang tuanya, tetapi dia terlalu malas untuk belajar memakai motor. Selain malas tentu saja karena tidak ada orang yang mengajarinya. Orang tuanya terlalu sibuk bekerja.
Melati duduk didekat jendela. Sedang asyik-asyiknya melihat pemandangan perjalanan, dia melihat pasangan yang memakai seragam seperti dirinya menaiki motor sambil bercanda gurau.
Sepertinya si cowok membuat lelucon karena perempuan yang diboncengnya tertawa. Hal sederhana yang membuat mereka bahagia.
Tanpa sadar Melati juga ikut tertawa kecil. Sepertinya dia menertawakan nasibnya yang tak seberuntung pasangan itu. Memangnya kapan Marvin pernah menjemputnya? Tidak pernah sekalipun.
"Kapan aku bisa gitu sama kamu Kak Marvin?" Gumamnya lirih.
"Ish, cengeng!" gerutunya karena pipinya tiba-tiba saja basah dan menghapusnya kasar.
...
"Hai, Mel."
"Hai, udah makan belum? Kalau belum ini bareng aja sama aku." Kebetulan Melati sedang memakan bekalnya di kantin.
"Udah, sih. Tapi mau nyobain, nasi goreng buatan kamu, Mel?"
"Aaa...." Mawar menerima suapan dari Melati.
Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hari kemarin. Katakan saja Melati bodoh karena terlalu baik pada sahabatnya. Dia hanyal tidak ingin memperjuang masalah yang ujungnya akan semakin rumit.
"Gimana, enak enggak?"
"Eum... Enak. Buat aku aja, ya." Mawar mengambil nasi goreng dan melahapnya dengan lahap membuat Melati menganga melihatnya.
Sudahlah relakan saja nasi gorengnya. Padahal Melati baru memakanya dua sendok. Untung sahabat.
...
Marvin baru saja sampai diparkiran bersama tiga temanya. Zion, Alvin dan Max.
Keempat pemuda yang paling tampan dan menonjol di sekolah ini. Ada yang dingin melebihi kulkas, ada yang banyak bacot, dan ada juga yang punya tapi enggak tahu diri. Siapa dia? Marvin-lah jawabannya.
"Kalian duluan aja. Gue mau nyamperin pacar dulu," kata Marvin membuat Zion dan Alvin tertawa lepas.
"Ngapain kalian ketawa bangsat?" Ketus Marvin.
"Pacar apa pacar?" cibir Zeon.
"Pacar atau sahabatnya pacar?" timpal Alvin.
"Bacot lo!" Wajah Marvin sudah masam mendengar bacotan dari dua temanya ini.
"Pacar atau boneka lo?" celetuk si dingin, Max dan pergi begitu saja.
Wajah Marvin semakin bertambah masam mendengarnya. Sedangkan Zeon dan Alvin sudah tertawa ngakak.
Jumat, 26 Nov 2021
Vote and komen❤️
Follow:
Ig:@rohimah9232
YOU ARE READING
Empty [END]
Teen FictionSetelah insiden yang menyeramkan itu, dia menghilang bak ditelan bumi. Berawal dari kisah liku persahabatan dan tentang perasaan. Seperti biasanya Masalah seorang remaja. Melati memiliki pacar yang ternyata saling mencintai dengan sahabatnya sendiri...
![Empty [END]](https://img.wattpad.com/cover/292583245-64-k759850.jpg)