Chapter 28: Lunar Meteora

2 0 0
                                    

Lurecia tak bisa menggerakkan sekujur tubuhnya yang terasa nyeri dan ngilu. Serangan Mandala dalam wujud Ancient-nya benar-benar membuat Lurecia dan Altair menjadi bulan-bulanan pria bawahan Abel Forsetti itu.

Dengan sisa magisnya, gadis itu menyalurkan penyembuhan ke bagian tubuhnya yang terluka. Di depannya, Altair masih berdiri meskipun darah menetes dari tubuhnya yang dipenuhi luka akibat serangan sepasang trisula milik Mandala.

"Minumlah ini, akan mengembalikan aura serta menyembuhkan lukamu," kata Lurecia menjejalkan sebotol cairan berwarna ungu ke tangan Altair.

"Kau masih bisa berdiri? Berhentilah menentangku atau kau akan mati!" bentak Mandala seraya mengarahkan trisula kembar miliknya.

"Kau tidak tahu kemampuanku seperti apa, Mandala. Tutup mulutmu dan sadarlah! Kau tengah dimanfaatkan!" teriak Lurecia lantang.

Mandala terbahak seraya memegangi kepalanya. "Manusia sepertimu, apa yang bisa kau lakukan untuk menghadapi kekuatan Dewa?" sombong pria itu.

Dari samping, Altair kembali menerjang. Kali ini ia menggunakan sabit berantainya untuk melakukan pertarungan udara. Mandala menghindar dengan mulus setiap serangan Altair dan kembali mengempaskan tubuh bawahan Lucas Green itu ke daratan.

"Cukup bermain-main. Kali ini kupastikan kalian lenyap dari dunia ini. Kembalilah ke Esper!" Mandala mengangkat kedua tangannya, langit yang semula cerah tiba-tiba diselimuti awan pekat yang berputar diiringi sambaran-sambaran petir merah.

Altair menatap nanar ke arah Mandala. Pria itu tak bisa bergerak lagi akibat luka yang ia dapatkan. Lurecia tampak mematung. Rambutnya kini tergerai bebas, tangannya mengepal kuat. Gadis itu memegang tongkat magisi sejajar di hadapannya.

"Stellarius Magicae!"

Sebuah lingkaran sihir tercipta di bawah kaki gadis itu. Lingkaran sihir bersimbol bintang dan rune yang rumit itu kian membesar. Mandala kini telah memanggil sebuah meteor raksasa dari balik awan yang berputar. Angin berembus kencang diiringi tekanan gravitasi yang cukup kuat.

Di bagian lain perbukitan yang mengarah ke Vandescar Palace, Lucas dan lainnya menoleh ke arah belakang. Mereka bisa merasakan tekanan aura yang sangat kuat dari tempat Lurecia menghadapi Mandala.

"Apa mereka akan baik-baik saja?" Cliff terlihat begitu khawatir. Terlebih mereka bisa melihat batu meteor berukuran besar muncul membelah langit Vandescar.

"Sebaiknya khawatirkan dirimu saja!" Sebuah suara mengagetkan mereka dan serentak menoleh ke asal suara.

Sosok Freiya yang diikuti sepasang Golem, berjalan dengan gemulai ke arah mereka. Rantai hitam miliknya melayang di samping tubuh seksi wanita itu.

***

"Matilah kalian!" Mandala menarik meteor semakin mendekat. Tekanan kekuatan serangan itu terasa sangat kuat, hingga membuat retakan pada tanah dan pepohonan mulai tercabut dari akarnya.

Lurecia masih tetap bertahan pada posisinya, karena teknik yang ia gunakan untuk menghadapi Mandala belum sepenuhnya bisa digunakan. Altair yang rencananya mengulur waktu, gagal dan kini terkapar tak bisa berbuat apa pun.

"Skutum Glacies!"

Tubuh Lurecia dikelilingi perisai es yang cukup tebal, sehingga sengatan panas dari serangan Mandala dapat ia minimalisir dan bisa kembali berkonsentrasi pada pengumpulan aura untuk memaksimalkan serangan terkuat miliknya. Gadis itu sedikit bingung dengan kemunculan perisai es tersebut, sebelum sosok Jade dan Martel muncul di sebelahnya.

"Kami akan memberikan sedikit waktu untukmu. Pastikan kau bisa mengalahkannya." Jade menyungingkan senyuman pada Lurecia.

Gadis itu bertambah heran karena ia sama sekali tidak mengenal kedua gadis yang membantunya saat ini. Namun, ia tak mau memikirkan itu. Saat ini ia harus fokus dengan kekuatan magis terkuatnya. Lurecia hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan Jade. Bersamaan dengan itu, keduanya menghilang dan mulai menyerang Mandala dari dua arah. Serangan tersebut tidak diprediksi oleh Mandala, sehingga ia sedikit terkejut dengan kehadiran Jade dan Martel. Akibatnya, serangan meteor pria itu melambat dan tekanannya berkurang, membuat Lurecia lebih leluasa mengumpulkan aura.

Kekuatan Ancient Vallian memang luar biasa. Jade dan Martel dalam waktu yang singkat berhasil dilumpuhkan oleh Mandala. Kedua gadis itu tersungkur di tanah meskipun sisa-sisa perlawanan keduanya membuat areal perbukitan itu porak poranda.

Mandala melesat lebih tinggi seraya mengarahkan meteor yang ia panggil. Lurecia mengangkat tongkatnya dan seluruh area perbukitan dilingkupi kegelapan total. Semua orang terdiam dan menghentikan apa pun yang sedang mereka lakukan. Bahkan, Leonidas menatap kejadiam langka itu dari balkon Palace.

"Ini, kekuatan magis Lurecia." Fulla menampakkan raut wajah khawatir.

Sementara, Leonidas menyunggingkan senyuman yang penuh arti saat merasakan aliran aura yang ia rasakan bersamaan dengan menggelapnya wilayah Vandescar.

***

Rion dan Caira berada di sebuah tempat yang gelap gulita. Keduanya tak bisa melihat apa pun, kecuali kegelapan mutlak. Jemari mereka saling bertautan, meyakinkan mereka masih tetap bersama. Beberapa saat kemudian, kegelapan mulai memudar secara perlahan digantikan oleh cahaya terang yang menyilaukan. Saat keduanya bisa menyesuaikan pengelihatan, mereka melihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Sebuah areal padang pasir dengan sejumlah piramid yang tersebar di beberapa titik.

Keduanya memutuskan untuk pergi ke sebuah piramid dengan ukuran lebih besar dari piramid lainnya. Rion mencegah Caira melangkah lebih jauh saat pemuda itu menyadari ada sosok berjubah putih berdiri di pintu masuk piramid.

"Kalian datang juga." Suara sosok itu menggema akibat topeng tanpa ekspresi yang ia kenakan.

"Kau adalah ketua organisasi Zodiac," tebak Rion cepat.

Pria bertopeng itu terkekeh. "Ingatanmu masih kuat, Rion."

Rion terkejut dengan ucapan pria itu yang mengetahui namanya.

"Siapa kau sebenarnya?" Caira membuka suara.

"Belum waktunya, Caira. Belum saatnya kalian mengetahui semuanya. Ikuti saja alur yang ada. Pada akhirnya, kalian akan mengetahuinya." Bersamaan dengan itu, sosok lain dengan sayap transparan serta sebuah lingkaran di atas kepala layaknya malaikat, muncul di samping sosok bertopeng.

"Kita pergi, Ketua."

"Baik, Fallen," jawab sosok bertopeng, "sebelumnya kita berikan sedikit hadiah pada mereka berdua."

Pria bersayap transparan berlutut sambil menempelkan telapak tangannya ke tanah. Sebuah lingkaran sihir disertai seekor singa bersayap dan memiliki sebuah tanduk di kepalanya muncul.

"Hadiah dari Ketua kami. Nikmati makan malammu, Alegrè!" Sosok bersayap dan pria bertopeng itu pun menghilang seketika.

Tinggallah Rion dan Caira yang tengah dihadapkan pada sosok singa setinggi dua meter itu. Aumannya menggetarkan sisi-sisi dinding piramid.

"Saatnya mencoba kekuatan barumu, Caira." Rion mencabut pedang dari punggungnya.

"Maksudmu, kekuatan baru kita," koreksi gadis itu seraya mengibaskan tangannya.

Sebuah kipas besar berwarna hijau telah muncul di genggaman gadis itu. Keduanya bersiaga, saat singa bernama Alegrè itu mulai melesat ke arah mereka.

Berkat roh Arc Angelus dan bantuan latihan di Dunia Astralis, Caira kini mpu memakai senjata para Astralis tanpa harus memanggil mereka.

Keduanya melompat ke arah yang berlawanan, saat Alegrè menerjang. Makhluk itu cukup tangguh. Begitu mangsanya menghindar, Alegrè mengibaskan ekor berdurinya ke arah Caira. Gadis itu dengan cepat membuka lebr kipas di tangannya sehingga serangan Alegrè berhasil ia tepis.

"Tonitrua Draco!" Rion melepaskan serangan petir berbentuk naga yang siap memangsa Alegrè.

Bersambung

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now