Chapter 18: Dark Emblem Vs Magis Langit

14 5 13
                                    

Beberapa saat yang lalu....

    "Sebuah kuil Rion." 

    Lurecia menghentikan langkahnya saat di kejauhan, mereka melihat sebuah kuil dengan ukiran wujud ular di beberapa pilar yang menyangga kuil tersebut. 

    "Ada yang datang," bisik Rion Angel sambil mendekap mulut Lurecia. 

    Keduanya kemudian bersembunyi di tempat yang memungkinkan mereka dapat melihat dengan jelas siapa yang datang. 

    "Bukankah itu …, " desis Lurecia saat melihat sesosok gadis yang memakai pakaian model kimono berlengan lebar, dengan bawahan panjang berwarna merah dan bermotif bunga. 

***

    Caira berada di sebuah ruangan yang cukup lapang saat dirinya melewati pintu magis rune. Tidak akan ada yang menyangka, jika ruangan tempat segel suci berada begitu luas seperti ini. Sebuah lorong dengan tiang-tiang batu terbentang di hadapannya dan berjarak sekitar seratus meter dari tempat Caira berdiri,  terlihat sebuah pintu besar yang berukirkan seekor ular dengan warna hitam pekat.

    Perlahan, gadis itu melangkah menuju pintu tersebut, melewati lorong batu yang tidak begitu panjang, kemudian ia pun mendorong pintu di hadapannya.

    Caira mendapati dirinya kembali berada di sebuah  ruangan yang  luas. Kali ini dengan langit-langit yang cukup tinggi. Terdapat beberapa pilar-pilar batu yang dipenuhi akar tanaman rambat di ruangan itu. Di ujung ruangan terdapat sebuah altar yang dikelilingi tulisan rune yang melayang-layang.

    Caira bergegas mendekati altar tersebut. Namun, langkahnya terhenti saat menyadari ada sosok lain di dekat altar. Sosok yang mengenakan jubah biru yang di kenali Caira.

"Apa yang kau lakukan di tempat ini?" tanya gadis itu meningkatkan kewaspadaannya. 

    Caira tentu saja merasa keheranan melihat sosok Lancester ada di dalam ruangan segel berada, yang seharusnya tidak bisa di masuki orang lain dengan mudah.

    Sosok Lancester terdiam dan membuka tudung jubahnya. Ia pun menghadap ke arah Caira. Terlihat seorang pemuda dengan bekas luka bakar di wajah bagian kanan, menatap  Caira dengan tatapan dingin. Matanya yang berwarna hitam kelam seolah menunjukkan tidak ada kehidupan di dalamnya. Caira secara otomatis melangkah mundur saat dirinya merasakan aura yang kuat dari pemuda di hadapannya.

    Benarkah pemuda ini dalang dari penyerangan Sky Garden? batin Caira.

    "Siapa kau sebenarnya?" Sekali lagi gadis itu bertanya.

    "Kau tak perlu tahu siapa aku, karena kau takkan keluar lagi dari tempat ini," ujarnya dingin sambil merentangkan tangan kanannya ke samping. 

    Sebuah cahaya merah bersinar sesaat, bersamaan dengan munculnya sebuah sabit panjang di tangannya.

    Sedangkan, Caira telah menggegam erat tongkatnya. Bersiap menghadapi pemuda di hadapannya seorang diri. Saat ini ia hanya bisa mengandalkan kemampuan serta bantuan astralisnya. 

    Lancester dengan cepat melompat dan menerjang ke arah Caira, sambil memutar-mutar sabitnya. Caira berhasil menghindari serangan itu dengan melompat ke belakang. Namun, pemuda itu kembali menerjangnya dengan tebasan sabit yang memiliki jangkauan luas. Kali ini Caira menahan serangan itu dengan tongkatnya. Gadis itu terdorong beberapa meter ke belakang akibat serangan itu.

    Kuat sekali batinnya. Pantas saja Millia dan lainnya kewalahan saat bertarung dengannya.

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now