Chapter 2: Memulai Perjalanan

113 59 231
                                    

Alcholander 800

Sesosok berjubah hitam dengan tudung yang menutupi kepala, tampak mematung di atas sebuah tebing. Mata tajamnya yang tersembunyi di balik tudung, menatap reruntuhan di bawahnya. Angin yang berhembus agak kencang, menyingkap tudung sosok itu dan menampilkan seraut wajah tampan dengan alis tebal, mata hijau zamrud, dan rambut pendek berwarna keperakan.

"Apa kau yakin, Rion?" tanya seseorang dari arah belakang, yang ternyata seorang gadis, dengan paras cantik, dan rambut cokelat yang diekor kuda.

Tanpa menjawab, pemuda bernama Rion Angel itu mengerling sesaat ke arah suara, lalu mengangguk. Matanya yang sehijau zamrud tetap menatap lekat reruntuhan pulau Edgar, seolah mampu menembus puing dan semak-semak yang begitu lebat menutupi pulau itu.

"Dari sekian banyak tempat di Alcholyte, kau menjatuhkan pilihan pertama di Edgar untuk mencari petunjuk tentang ayahmu." Gadis yang bernama Lurecia kembali berujar sambil mengibaskan rambutnya.

"Mencari dari titik awal merupakan salah satu cara paling mudah," sahut Rion singkat, "Ibuku sering bermimpi didatangi singa hitam dan seekor serigala perak. Itu berlangsung berkali-kali dan bisa menjadi petunjuk yang penting," sambungnya.

"Mimpi? Lalu apa hubungannya dengan kedatangan kita ke sini?" heran gadis itu.

Rion menatap Lurecia tepat di matanya. "Sangat berhubungan, sebab simbol keluarga Sorelis adalah singa hitam," pungkasnya.

"Kurasa di sekitar tempat ini sudah dihuni beberapa jenis monster." Seketika Lurecia mengalihkan topik pembicaraan, menutupi rasa gugup akibat tatapan pemuda di hadapannya.

"Dari mana kau dapat benda itu Lurecia?" Rion menaikkan sepasang alis tebalnya.

Pemuda itu menunjukkan ketertarikan, saat mengamati sebuah benda menyerupai ponsel yang ada di tangan gadis di hadapannya.

"Aura sensor," jawab gadis itu singkat. "Fulla membuatkannya untukku beberapa hari yang lalu, saat kuceritakan kau akan memulai sebuah perjalanan mencari ayahmu ke Edgar."

Aura adalah sebutan untuk menggambarkan energi yang di pancarkan oleh makhluk hidup. Sesuatu yang menyerupai ki, chi, atau pun cakra. Dengan aura sensor, seseorang dapat melihat dan mengetahui posisi seseorang atau pun makhluk hidup lain yang ada dalam jangkauan alat tersebut. Semakin baik alatnya, semakin jauh dan luas pula jangkauannya. Namun, pada beberapa orang khususnya para kesatria dan para petarung, kemampuan mendeteksi aura menjadi suatu keharusan dan merupakan kemampuan paling dasar.

"Apa katanya?" tanya Rion sekilas.

"Semoga beruntung," pungkas Lurecia kalem.

Rion hanya tertawa pelan mendengar jawaban yang dilontarkan Lurecia.

"Ke mana tujuan kita?" tanya gadis itu.

"Mansion keluarga Sorelis," jawab Rion mantap.

Sementara, Lurecia tanpa bertanya mengecek lewat aura sensor mencari lokasi yang di maksud.

"Lokasinya tepat di tengah pulau Rion. Tapi .... "

"Tapi apa?"

Lurecia menyerahkan aura sensor miliknya. Rion mengamati sambil mengerutkan kening.

"Apa artinya ini, Lurecia?" Saat ia melihat banyak titik merah di area yang dilingkari pada alat sensor itu.

"Tempat itu sudah menjadi tempat konsentrasi para monster," jelas Lurecia.

Bukan tanpa alasan Lurecia merasa cemas. Setelah perang usai, tidak ada seorang pun yang menjelajahi pulau Edgar, sehingga informasi tentang pulau tersebut sangat minim.

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisWhere stories live. Discover now