Chapter 19: Kehancuran Althena

9 5 11
                                    

Bola energi tersebut melesat ke arah Caira. Tekanannya begitu kuat, hingga kedua Astralis miliknya tidak mampu bergerak sedikit pun.

"Serpens Inferos!"

Sebuah suara tiba-tiba menggema di ruangan itu. Bola energi yang tengah melesat ke arah Caira, seketika berhenti di udara, seolah terhalang oleh perisai tak kasat mata.

"Tak'kan kubiarkan kau menyentuh masterku dengan kekuatan iblismu itu."

Dari lingkaran magis yang ada di atas langit-langit ruangan, muncullah sosok wanita berpakaian serba hitam dengan sebuah bola kristal yang melayang di sampingnya.

"Speculum Tenebris!"

Bola energi yang sebelumnya tertahan di udara, seketika berbalik arah menyerang Lancester. Pemuda itu tak bisa menghindari serangannya sendiri, karena tekanan bola energi yang begitu kuat. Tubuhnya terhantam dengan telak dan mencelat ke arah dinding yang merupakan pintu masuk ke ruangan altar, hingga membuat rune yang melindungi pintu tersebut hancur dan otomatis membuka pintu keluar dari ruangan tersebut.

Lancester terpental keluar ruangan tempat segel suci berada. Tubuhnya dipenuhi luka bakar yang membuatnya tidak bisa bangkit lagi. Kondisinya bisa lebih parah, jika saja kemampuan emblemnya tidak pulih, tepat sebelum serangan terhebatnya berbalik menghantam dirinya, karena dipantulkan Astralis Suci Achidia.

Lucas dan lainnya segera bangkit dan bersiaga, setelah pemuda itu mendarat dengan keras pada lantai kuil.

"Lebih baik Anda tenang, Tuan Aldebaran," pungkas Lucas Green ketika melihat Aldebaran mencoba mendekati pemuda itu. Scorpion Tail-nya menempel di leher pemimpin Althena itu.

"Kau sadar akan tindakanmu ini, Tuan Lucas?" ujar Aldebaran dengan sikap tenang, sementara para pendeta berdiri dengan tatapan kaget dan heran.

"Aku sadar sekali dan aku punya bukti tentang kejahatanmu pada kami, utusan dari Kuil Asgar. Sebagai seorang pemimpin, kau pasti tahu betul bagaimana dan hukuman apa yang akan menantimu." Lucas meninggalkan gaya bicara formalnya.

Aldebaran tersenyum, masih dengan sikap tenangnya. " Aku tak mengerti apa maksudmu, Tuan Lucas."

"Kau bisa melakukannya, Millia?" tanya Lucas memberi isyarat untuk memeriksa Lancester yang tergeletak tidak berdaya.

Millia berjongkok dan memeriksa tubuh pemuda itu. "Dia masih bernapas. Kurasa dia kehilangan seluruh auranya." Millia nampak keheranan dengan kondisi Lancester.

"Apa yang terjadi di dalam sana sebetulnya?" tanya Cliff sambil mendekati pintu ruangan yang sudah berlubang besar.

Sesaat Cliff nampak mematung, sebelum akhirnya ia melangkah mundur dengan teratur seolah melihat sesuatu yang menakutkan dari pintu ruangan tersebut.

Beberapa saat kemudian, mereka yang ada di luar ruangan merasakan sebuah aura yang sangat kuat dari balik pintu yang telah hancur. Saking kuatnya, para pendeta dan Aldebaran sampai terjatuh tidak mampu berdiri. Sesosok tubuh wanita muncul dari dalam ruangan. Rambutnya tergelung tinggi dengan hiasan bulu merak berwarna hitam. Wajahnya sedikit pucat dengan dagu yang lancip. Iris matanya berwarna hitam pekat. Tubuhnya yang tinggi semampai dibalut gaun panjang dengan warna yang sama pekatnya. Di sekeliling tubuhnya terpancar aura hitam yang terlihat tipis, tapi mampu memberikan tekanan yang luar biasa.

"Ternyata seperti ini kekuatan Astralis Suci," ujar Cliff yang tubuhnya mulai berkeringat dingin, meskipun ia masih mampu berdiri. Sama halnya dengan Millia. Gadis itu masih bertahan di tempatnya walau wajahnya bermandikan keringat. Sementara, Lucas terlihat lebih tenang. Meskipun mendampingi Caira selama mendapatkan Sylph dan Dragonite, Lucas dan Millia belum pernah merasakan aura membunuh Astralis yang sekuat dan mendominasi seperti ini.

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang