ketiga

675 156 20
                                    


Adalah sebuah kewajaran jika Anin mengatakan dalam hati bahwa hari ini adalah hari yang mengubah segalanya. Dengan buku ditangannya, gadis itu mencoba mengetuk pintu kelas 11 IPA 3 yang tertutup. Wajar saja, bel masuk sudah berbunyi tiga menit lalu saat Anin masih di tangga menuju kelas mereka. Mendesah pelan, ia berpikir bagaimana cara agar bisa mengetuk pintu tanpa menurunkan buku yang jumlahnya puluhan itu.

Ia menatap ke lantai, berpikir keras bagaimana caranya hingga pandangannya bertemu dengan sepatu converse high berwarna hitam —tepat satu jengkal dari sepatunya saat ini yang lantas membuat gadis itu perlahan mendongakkan kepala dan berakhir bertemu pandang dengan si pemilik sepatu.

Di depannya, muncul Sekala. Iya, Sekala Anugrah Samudra. Laki-laki yang selama ini hanya bisa Anin lihat dari jauh.

Anin membeku sepersekian detik kemudian. Matanya akan terus bersitatap jika saja orang di depannya ini tidak menjentikkan jari di depan gadis itu.

“Emm..... Ada keperluan apa, ya?” adalah kata sapaan yang pertama disampaikan oleh Sekala, masih dengan tatapan bertanya —nyaris datar karena cowok itu tampak tidak begitu tertarik dengan keberadaan Anin disana.

“Hah? Oh hmm... Ini, buku.”

“Ok..., Bukunya kenapa?”

“Pak Surya, dia nyuruh gue nganterin buku ini ke kelas 11 IPA 3.” sementara Anin masih belum percaya apa yang terjadi, orang di depannya lantas mengangguk mengerti lalu mengambil buku itu dari tangannya.

Detik itu, Anin merasa bermimpi. Bukan hanya karena Sekala-lah yang secara kebetulan keluar dari kelas, tapi saat netra miliknya dan Sekala bertemu, saat tangan Sekala bersentuhan dengan lengannya, Anin merasa sedang bermimpi. Ingin menepuk pipinya sekeras mungkin agar terbangun tapi dia sadar, ini terlalu nyata untuk jadi mimpi belaka.

Maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan, sesaat sebelum Sekala masuk ke kelas untuk membawa buku tersebut, Anin memanggil namanya. Untuk pertama kali setelah selama satu tahun lebih menjadi pengagum rahasia cowok itu.

“Kala,” Sekala membalikkan badan, masih dengan wajah datarnya, laki-laki itu mengernyit saat melihat Anin merogoh kantong sakunya.

“Kenapa?”

Dengan senyuman secerah matahari, Anin memberikan lolipop dari Pak Surya tersebut kepada Sekala.

“Buat...., gue?” Anin mengangguk, lantas meletakkannya diatas tumpukan LKS karena tangan Sekala tidak bisa mengambilnya.

“Dari Pak Surya. Gue dikasih dua, satunya buat lo.”

Sekala mengangguk kikuk lantas mengucapkan terimakasih, sebelum benar benar pergi, Anin juga menyampaikan bahwa Pak Surya masuknya akan telat seperti yang dipesankan oleh guru penjasnya itu. Maka Sekala mengangguk lantas mengucapkan terimakasih pada Anin karena sudah membawakan LKS miliki anggota kelasnya dan memberitahu soal informasi tersebut.

“Sama-sama.”

Sekala mengangguk, “Lo kayanya ke kelas cepetan. Bel masuk udah dari tadi.”

Anin langsung menepuk dahinya, “Ih iya! Gue lupa! Makasih banget, gue duluan ya!”

“Ok,”

“Anin,” Sekala menoleh karena ia masih bisa mendengar suara gadis itu, diujung sana Anin menunjuk dirinya sendiri lalu berucap, “Anin, nama gue Anin. Seneng bisa ngomong sama lo!”

Sekala hanya menggeleng lalu membawa buku LKS tersebut masuk.

“Eh? Lo perasaan buang sampah kenapa masuknya bawa LKS dah?”

“Pak Surya nitip ini ke anak kelas mana gue juga gatau, yang jelas katanya Pak Surya telat masuk soalnya pergi sebentar ada urusan.”

Semua yang di kelas ber 'oh' ria. Lantas satu persatu mengambil LKS sesuai nama masing-masing.

chasing you ─sunghoon.Where stories live. Discover now