1. Happy Anniversary?

83 6 6
                                    

"Jangan cintai orang terlalu dalam
karena suatu saat ia akan pergi. Namun, hargailah waktu selagi masih bersama karena kenangan tak akan pernah bisa diulang."

Siena tersenyum lebar saat memandang pantulan dirinya di cermin yang tampak mempesona. Rambut ikal panjangnya digerai dan dihiasi bandana mutiara, bibir tipisnya terlihat menarik dalam balutan lipstik berwarna soft pink. Gaun biru muda selutut berbahan sutra yang dikenakannya semakin membuatnya tampak begitu sempurna.

Malam ini sangat spesial karena hubungannya dengan Billy, sang kekasih, genap berusia empat tahun dan lelaki itu mengajak Siena makan malam untuk merayakannya seperti yang sudah-sudah. Mata Siena berbinar dan ia tersenyum sekali lagi saat membayangkan malam romantis yang akan ia lewati.

"Mbak Na, maaf sudah ditunggu Mas Bil di ruang tamu." Seketika lamunan Siena buyar setelah mendengar suara asisten rumah tangganya dari luar kamar.

"Oh iya, Mbak, suruh dia tunggu sebentar, ya. Aku udah rapi, kok!" jawab Siena sambil masih menatap cermin dan merapikan rambut dan gaunnya. Sekali lagi Siena tersenyum puas lalu sedikit memperbaiki riasan wajah sebelum akhirnya melangkah keluar kamar dan menemui Billy yang sudah menunggu di ruang tamu.

"Hai sayang, maaf ya lama nunggu," ucap Siena sambil memandang sang kekasih yang malam ini terlihat semakin tampan dengan potongan rambut barunya.

Billy menyugar rambut dan tersenyum sambil merapikan kemeja biru muda yang dikenakannya. "Ya, nggak apa-apa. Udah biasa, kan?"

"Ih... kamu mah gitu!" ucap Siena manja. Tangannya berusaha mencubit pinggang Billy tapi tak berhasil karena Billy sudah sigap menghindar. Lelaki berpostur tinggi atletis itu kemudian merangkul Siena sambil mengecup rambutnya. Sontak saja hati Siena menghangat dan senyumnya mengembang seketika. Di matanya, Billy adalah lelaki terbaik yang selalu menerima dirinya dengan tulus. Ia ingin selalu bersama dan menghabiskan hari tua dengannya. Sekali lagi Siena memandang sang kekasih. Lelaki itu balik menatap tajam dirinya sehingga membuat Siena menjadi salah tingkah sendiri.

"Udah, yuk, berangkat!" ucap Siena memecah kecanggungan. Kedua tangannya meraih tangan Billy lalu berjalan beriringan menuju halaman rumah Siena yang luas. Di sana sudah terparkir Honda Jazz milik Billy yang siap membawanya menuju kafe favorit mereka.

Sepanjang perjalanan, Siena tampak ceria. Senyumnya selalu mengembang dan sesekali tertawa ketika menceritakan hal yang telah dilaluinya hari ini. Sementara itu, Billy tampak tenang mendengarkan sambil berkonsentrasi menyetir.

"Sayang, kok belok? Bukannya kafe Milenial masih lurus terus?" tanya Siena heran saat mobil yang ditumpanginya tiba-tiba belok ke arah kanan. Gadis itu khawatir kekasihnya lupa dan salah arah.

"Hmm, kita emang bukan mau ke Kafe Milenial, kok." Billy menjawab dengan sangat pelan sambil tetap berusaha fokus mengendarai mobil.

"Hah? Kok? Kenapa?" Siena menghadapkan tubuhnya ke arah Billy dengan kedua alis bertaut dan mata yang membulat. Selama tiga tahun ini mereka selau merayakan anniversary di Kafe Milenial karena di sana lah mereka pertama kali bertemu dan tempat itu menjadi amat bersejarah bagi mereka.

Billy terlihat menarik napas berat lalu mengembuskannya perlahan. "Nggak apa-apa kan kalau kali ini kita cari suasana baru?" Wajahnya menoleh sekilas ke arah Siena lalu kembali menatap jalanan.

Siena melipat tangan dan kembali menghadap ke depan dengan wajah yang mendadak muram. "Hmm, iya, sih, nggak apa-apa, tapi aku bingung aja, kok kamu nggak ngomong sebelumnya. Aneh!"

Di kondisi seperti ini biasanya Billy akan mengusap kepalanya sambil membujuknya untuk kembali tersenyum. Namun, kali ini lelaki itu tak bergeming. Matanya lurus ke depan dan wajahnya tampak tegang. Melihat itu, Siena semakin kesal dan mood-nya mendadak berantakan.

Kalau Cinta, Jangan Kode! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang