EMPATPULUH TUJUH

292K 31.8K 4.8K
                                    

Karena hari ini ada kuis, Zara terpaksa harus masuk kuliah. Tadinya ia ingin bolos sehari saja untuk menemani Abyan dirumah sakit, tapi ternyata Dosen nya mengatakan bahwa hari ini ada kuis dadakan.

"Buset, kuis apa kuis ini," keluh teman kelasan Zara.

Zara tersenyum senang ketika melihat soal kuis tersebut, "easy."

Mereka semua sibuk mengerjakan kuis, tentu dengan Dosen yang terus berjalan kesana kemari memantau para mahasiswa.

Dengan fokus, Zara mengerjakan kuisnya. Ia sudah menjawab 40 dari 50 soal, padahal masih tersisa waktu satu setengah jam.

Dosen mengatakan jika mereka sudah selesai mengerjakan, mereka diperbolehkan pulang. Tentu saja hal tersebut membuat Zara bersemangat, ia mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh agar bisa cepat pulang.

Pulang kerumah sakit, maksudnya.

Saat waktu masih tersisa satu jam, Zara beranjak dari kursinya. Suara pergeseran kursi membuat semua mahasiswa yang berada di kelas ini menoleh.

Mereka tak heran ketika Zara mengerjakan soal lebih cepat, tetapi yang mereka herankan mengapa sangat cepat? Bahkan masih ada sisa waktu satu jam.

"Sudah, Pak."

Dengan ragu, Dosen tersebut mengambil kertas jawaban Zara. Mengamatinya dengan seksama.

"Jika Bapak tidak yakin, dan jawaban saya banyak yang salah, Bapak boleh meminta saya mengerjakan ulang 2 kali lipat."

Dosen tersebut menggeleng, "tidak, saya yakin dengan jawaban kamu."

"Kamu boleh pulang."

Zara tersenyum senang, ia mengangguk pada Dosennya, "terima kasih, Pak."

Setelah itu Zara kembali menuju kursinya, mengambil tas nya dan beranjak keluar kelas, menghiraukan tatapan teman-teman sekelasnya.

Saat di koridor, Zara memesan taksi online, sebenarnya Abyan sudah menghimbau Zara jika kelas telah selesai, kabari dirinya agar Abyan meminta tolong pada Farid atau Pian untuk menjemput Zara, tetapi Zara tak mau, alhasil ia memesan taksi online saja.

Mengingat kejadian kemarin, Zara tak memikirkan bagaimana dengan Irsyad, Hans dan Marina sekarang, Zara sudah tak peduli dengan tiga manusia itu.

Taksi datang, Zara segera menaikinya. Sesampai dirumah sakit, Zara memilih untuk melaksanakan shalat dzuhur di mushola rumah sakit terlebih dahulu sebelum menuju ruang inap Abyan.

Zara membuka pintu kamar inap Abyan dengan perlahan, ia melihat Abyan yang tengah memencet-mencet layar iPad nya.

"Assalamualaikum ayanggg.."

"Waalaikumussalam, loh udah pulang? Naik apa?"

Zara mengangguk, ia mendekati Abyan dan mengecup tangan Abyan, "istri kamu kan gak usah diragukan lagi kepintarannya, naik taksi."

Abyan terkekeh, ia mengusap pipi Zara, "udah shalat dan makan belum?"

"Udah kok tadi di mushola sini, kalau makan belum, aku mau makan bareng suami."

"Yaudah aku pesen online ya, kamu mau makan apa?"

"Apa ya? Ayam geprek aja deh."

"Jangan yang pedes-pedes, Zar."

Zar mengerucutkan bibirnya, "ih, tadi nanya, sekarang gak ngebolehin. Tau gitu mah gak usah nanya!"

"Iya-iya, ayam geprek level 0 ya," ucap Abyan.

"Itu mah bukan ayam geprek, tapi ayam pukul!" Kesal Zara.

Abyan tertawa, istrinya ini semakin hari semakin sensitif saja, mudah sekali terbawa perasaan dan emosi.

A dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang