00 | Selamanya pergi

Start from the beginning
                                    

Kim Doyoung
as
Arshi Anggakara (Arshi)

Kim DoyoungasArshi Anggakara (Arshi)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Cuma kamu yang kini Abang punya. Jadi, berjuang untuk sembuh, Dek. Temenin Abang sampai Abang tua nanti. Abang gak mau kehilangan lagi.❞


Yeji Itzy
as
Sakala Ayu Senja (Kala)

Yeji ItzyasSakala Ayu Senja (Kala)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laksa, ayo kita berteman.❞

Na Jaemin
as
Mahanta Nandana (Hanta)

Na Jaemin asMahanta Nandana (Hanta)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Hidup lo itu, menyedihkan.❞


Winwin
as
Javis Biantara (Bian)

❝Hanya seorang pengecut yang berani menindas orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Hanya seorang pengecut yang berani menindas orang lain.❞

-----------------------


     -2010

     Suasananya begitu haru. Mereka yang berdatangan—lengkap dengan pakaian hitam, sesekali mengusap surai Anak lelaki yang terduduk dengan pandangan kosong di sudut ruangan— memberikannya ucapan bela sungkawa.

     Sepasang suami istri, lengkap dengan dua anak lelaki yang konon tampak harmonis itu kini telah menutup mata untuk selama-lamanya. Kecelakaan lalu lintas berhasil merenggut mereka—meninggalkan dua anak lelaki yang begitu belia.

     "Kamu yang sabar, Arshi."

     "Doakan kedua orang tuamu di sana, Nak."

     "Ibu ikut berduka."

     Begitulah kalimat-kalimat yang keluar dari mulut para pelayat yang datang. Sedangkan Anak lelaki itu, yang tadi sempat di panggil 'Arshi' hanya terdiam—bahkan menjawab pun enggan.

     Dunianya seakan berhenti saat itu juga.

     Tangis pecah kembali ia dengar. Arshi hanya menatap tanpa ekspresi pada sepasang suami istri yang sedang berjongkok di hadapan tubuh kedua orang tuanya dengan tersedu-sedu. Mereka adalah salah satu keluarganya yang masih tersisa.

     Arshi tak begitu dekat, tapi kedua orang tuanya sempat mengatakan di detik terakhir sebelum mereka menghembuskan napas-jika ia dan adiknya harus tinggal bersama Paman dan Budhe.

     "Kek, kenapa Bunda sama Ayah pergi ninggalin Arshi sama Adek?"

     Mulut Arshi terbuka untuk yang pertama kali, setelah beberapa menit berlalu ia habiskan hanya terdiam-sembari menatap tubuh kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa.

     Lelaki paruh baya itu membawa Arshi ke dalam pelukannya, satu tetes air mata jatuh. "Ini sudah takdir. Tuhan lebih sayang Bunda dan Ayahmu."

     "Berarti, Bunda sama Ayah gak sayang kita?" tanyanya dengan gumaman lirih.

     "Bunda dan Ayahmu menyayangi kalian melebihi hidup mereka sendiri." sang kakek terus mengusap surai hitam cucunya. "Begitupula Tuhan, yang masih mengijinkan kalian untuk hidup lebih lama di dunia ini."

     "Tapi, Adek?"

     Seseorang berlarian dengan tergesa-gesa, sesekali menunduk memberi hormat pada beberapa pelayat yang datang. Hingga sampailah orang itu hadapan lelaki paruh baya yang sedang memeluk Arshi.

     Napas orang itu tersendat-sendat, peluhnya pun nampak bercucuran.

     "Pak! Mas Laksa kritis!"

     Deg

     Arshi yang mendengar hal itu, sontak menatap orang di hadapannya dengan mata bergetar. Berita itu bukanlah berita yang baik, melainkan berita buruk yang kembali menghancurkan hatinya sekaligus dunianya.

     "Kita kerumah sakit sekarang," ujar lelaki paruh baya itu sontak melepas pelukannya pada Arshi.

     Arshi menahan lengan sang kakek, menatapnya dalam dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

     "Kek, Arshi mau lihat Adek."

     Lama sang kakek menatap Arshi, hingga pada akhirnya kepalanya pun mengangguk. Sebelum itu, ia berbicara pada anak keduanya yang sedari tadi terduduk lesu—jika ia akan kembali sebelum pemakaman di mulai.

     Lalu ia membawa Arshi pergi menuju rumah sakit.

     Wajah wanita itu seketika berubah, sembari mendekap sang anak. Kedua matanya menatap tajam mereka yang sudah melengos pergi.

     Kenapa kalian berdua tidak ikut mati bersama kedua orang tua kalian? Menyusahkan saja.




Hai aku revisi book ini dulu ya.
untuk yang nunggu kelanjutannya
mohon bersabar hehe. Dan untuk tokoh aku ganti
jadi Lee Jeno NCT.
Semoga kalian suka dan
masih setia nungguin laksa.
see you guys

Laksa Dan LukanyaWhere stories live. Discover now