- 11 -

16 7 8
                                    


"Kakkkk."

"Hem? Butuh apa dek?" Bian mengalihkan pandangan dari handphone ke arah adiknya.

  Hari ini hari libur, tentunya Cia dan Bian tidak berangkat sekolah. Bian juga memilih tidak menghadiri seluruh acara sekolahnya karna ingin menjaga Cia, sedangkan mama dan papanya sedang ada acara reuni di luar kota.

"Kakkk." Entah sudah keberapa kalinya Cia memanggil-manggil Bian tak jelas.

"Iya princessku, kenapa sayang?" jawab Bian tetap lembut.

"Nggak papa sih, Cia cuman badmood, sakit perut! Ternyata alasan Cia kemarin moodnya berubah-ubah yah karna mau dapat! Dasar tamu tak diundang, seharusnya ngasih kabar dulu lewat chat! Iish iish menyebalkan!"

   Bian hanya tersenyum mendengarkan celoteh tak henti dari Cia yang terus berulang, stok kesabaran Bian benar-benar sangat banyak, hanya terkhusus untuk sang adik tercinta.

"Kakkk Bian!"

"Iya sayang? Mau jalan-jalan?" tanya Bian berinisiatif.

"Tidak! Maunya rebahan saja, perut Cia sakit tau kak!" ketus Cia berguling-guling di sofa ruang tamu keluarga, sedangkan Bian tengah mengerjakan laporan kerja osisnya.

"Yaudah rebahan aja," ucap Bian pasrah.

"Kakkk." Bian menarik napas, dirinya benar-benar sedang di uji dengan sikap manja dan random Ciara ketika sedang datang bulan.

"Cia, Bian."

"Hadir, sedang di ruang tamu kakak," jawab Cia pada Bima.

"Ahahah lagi nikmatin liburan yah kalian, have fun, kakak mau keluar. Tolong jagain rumah yah, Bian jagain Cia." Bian mengangguk lalu menyalimi kakaknya diikuti Cia.

"Kakak Bima pulangnya malam?"

"Nggak kok sayang, paling cuman sampe sore. Mau dibeliin sesuatu?" Cia mengangguk gembira.

"Mau apa?" Bima mengelus rambut Cia penuh sayang.

"Cia mau permen!"

"No!" tegas Bima dan Bian kompak.

"Ciaa mau permen!"

"No!"

"Tapi permen manis tau, kayak Cia."

"Kebanyakan makan permen bikin mati, Lo mau mati?"

"Eh nggak! yaudah Cia ndak makan permen lagi, tapi Cia mau gigit permen hehe."

  Bima dan Bian pasrah geleng-geleng kepala, mereka benar-benar di buat kewalahan dengan tingkah Cia.

"Yah yah yah, kakak Bima yah, Cia mau permen," mohon Cia mengeluarkan puppy eyes, jurus mematikan yang membuat Bian dan Bima sama sekali tak bisa menolak keinginannya.

"Hufht oke," jawab Bima pasrah, Cia bersorak kegirangan mendapati keinginnya terkabulkan.

   Bima pergi meninggalkan kedua adiknya setelah menyetujui permintaan Cia.

"Cia, almamater kemarin udah dicuci?" tanya Bian mengingat.

"Oh iyyah sudah dong. Tapi itu almamater siapa yah kak? Ndak ada namanya juga," jawab Cia sekaligus menambahkan pertanyaan.

"Loh Cia nggak tau?" Cia menggelengkan kepalanya.

"Terus kok bisa dapat almet itu?"

"Oish kakak nih, kan Cia sudah bilang, pas Cia bangun almetnya udah ada aja," jelas Cia kesal, entah sudah berapa kali dirinya menjelaskan tentang benda yang tiba-tiba ada.

CIARA | EFEMERAL SERIES IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang