PROLOGUE

17 3 0
                                    

Ketika menstruasi datang, segala macam hal mengerikan menghantam sekujur tubuh seorang perempuan yang dikenal atas nama Aria Renjana. Panggil dia Renjana atau Ana, jangan Ari!

Posisinya sekarang ada di sebuah rumah bercat biru, sendirian menahan sakit di pinggangnya sementara mata fokus menatap layar komputer dengan tangan menari di atas keyboard dan hati-hati dalam menggunakan mouse ketika mengklik tool dan edit layer. Dia bukan pengabdi deadline tapi terpaksa mengejarnya. Kalau saja tadi tidak terjadi pemadaman listrik secara mendadak, pasti tugasnya sudah selesai 2 jam lalu.

"Loh, kok gagal ngirim?" Renjana panik, mengklik serahkan tugas bekali-kali tetap gagal.

"Oalah tolol, wi-finya belum tersambung!" Tepat di 20 detik terakhir tugasnya baru berhasil dikirim.

"Aw!" Perempuan dengan kaus putih kebesaran itu merintih ketika sakit di pinggangnya merambat ke perut.

"Mana obatnya, nih?" Tadi dia ke indomaret, membeli semua barang di rumah yang sudah habis termasuk persediaan pembalut dan obat nyeri. Tetapi, yang dia temukan justru beberapa pop mie, kotak rokok, permen karet, dan parahnya lagi ada benda yang dulu ia kira permen karena ada rasanya.

....kondom.

"Hih, gila banget! Punya siapa gue bawa, nih?"

"Buset dah, jangan-jangan ketuker lagi?"

Renjana ingat pertemuan dengan seorang laki-laki yang dia tidak tahu siapa namanya, tetapi dia yakin orang itu berasal dari kampus yang sama.

Tadi, selesai membayar semua belanjaan, Renjana tidak langsung pulang. Dia menyeduh pop mie dan makan di sana. Lalu, laki-laki itu muncul, sama-sama menyeduh pop mie kemudian duduk di sebelah Renjana. Mereka sempat bertemu pandang, Renjana tersenyum, tetapi senyumannya cuma dianggap angin lalu. Sialan.

Tidak ada yang tertarik untuk saling bicara, Renjana pikir laki-laki itu tidak mengenalnya. Tak lama, laki-laki itu menghabiskan pop mienya lebih dulu, beranjak sambil membawa kantong belanjaan tanpa berkata apa-apa.

"Sombong amat, bilang duluan, ya! gitu, kek!" gerutu Renjana, entah didengar atau tidak.

Saat itu kantong belanjaan mereka tertukar dan Renjana baru menyadarinya sekarang. Lututnya seketika merosot, membuatnya terduduk di bawah meja tak berdaya.

"Capek banget cobaan gak habis-habis."

"Dah lah, pengen jadi sapi."

Tetapi, bukan Renjana namanya kalau rela nyawanya diambil sekarang cuma gara-gara sakit perut datang bulan. Alhasil, dia menghubungi teman masa kecilnya, menanyakan seseorang yang dia yakini temannya itu pasti tahu.

Hapiiiissss

P
P
P
HAPISSSSSSS

HAFIZ
H-A-F-I-Z
HAFIZZZZZZ

HAPISSSSSS
HELPPP

_-
Ape?
Ha?

Itu, cowok yang tinggi rambut item suka pake hoodie mint itu siapa?
Dia biasa barengan sama lo deh seingat gue

Temen gue banyak ariii
Rambut item pake hoodie mint lo kata satu doang?

Aduh yang biasa bareng sama lo itu lohhh
Gue pernah liat dia di acara pameran buku di kampus kita bulan lalu deh?
Astaga gue gak tau siapa siapa nama temen loo, ingetnya muka mereka doang😭😭😭

Ohh dante? andante nabastala? Anak sastra indonesia fakultas humaniora
Knapa?

PLIS GUE PERLU KONTAKNYAAAA

Renjana Nabastala | Na JaeminWhere stories live. Discover now