14. Dysania

84 8 0
                                    

Hemi terbangun dengan napas memburu, ia bahkan sampai terbatuk-batuk ketika pasokan oksigen kembali memenuhi rongga pernapasan. Gadis itu bahkan tidak ingat apa yang terjadi semalam, sekujur tubuhnya terpantau nyeri dengan beberapa lebam yang terpampang jelas nyatanya. Ini buruk—pikirnya—semua akan baik-baik saja ketika menghampiri seorang pria yang memiliki kehidupan rumah tangga di ujung tanduk, hampir dirasa tidak memiliki harapan hingga akan mengiyakan apa pun yang diminta atas rasa kasihan dan tidak ingin repot-repot menelisik lebih jauh.

Salah besar, apabila ia akan ke luar dari tempat ini dengan beberapa koper berisi uang juga kebebasan yang ada di depan mata.

Tertawa hambar, Hemi tidak menyangka bahwa Taehyung memiliki gaya, dan juga cara tersendiri ketika menghakimi seseorang. Terasa begitu dingin, dan menyiksa. Akan membunuhnya secara perlahan dengan sedikitnya kekerasan fisik yang dikerahkan. Inilah yang dicarinya selama ini, Hemi bahkan tidak dapat melupakan sensasi samar saat pukulan dan juga cambuk yang menghantam permukaan kulitnya dengan sedemikian rupa. Sampailah pada titik puncak kehilangan kewarasannya, ia ragu semuanya berjalan begitu mudah.

"Tidakkah kau ingin pergi dari sini? Maksudku, serius. Ketika Taehyungie mengajakku untuk bermain video game, kukira kami hanya akan berduaan. Menyebalkan."

"Tutup mulutmu."

Jeongguk melipat kedua tangan di depan dada, terlihat beberapa tato yang iseng menunjukkan eksistensi kala sang empunya sedikit menaikkan lengannya. Sangat tidak singkron dengan wajahnya, apabila Hemi boleh berkomentar soal penampilannya. Setelah hari berlalu begitu saja, dan selesai membenahi diri pasca kejadian semalam, Hemi tidak menduga soal siapa yang akan datang bertamu. Pria inosen berwajah mirip seekor kelinci itu bahkan tidak sungkan untuk sekadar melangkah masuk, menggeledah isi kulkas meski tahu bahwa Taehyung sedang pergi ke luar. Mengaku harus menyelesaikan beberapa hal sebelum menghabiskan waktu dan beristirahat.

Hemi mengutuk situasi yang mana membuatnya berada di ruangan yang sama dengan Jeongguk. Sebab tidak ada hal yang dirasa berguna ketika mendapati suatu percakapan tidak terarah, membahas beberapa hal yang terlampau normal untuk mereka yang dapat dikatakan cukup abnormal; bagaimana keadaanmu hari ini, cuaca yang bagus, tidak ada salahnya untuk sekadar mencoba menu makanan baru, ada restoran baru di sekitar sini. Semua dikatakan dengan nada bicara tenang, tidak ada beban yang seakan menuntutmu untuk tetap berada di bawah.

"Hei, kau tidak mendengarkan ucapanku?"

Hemi terhenyak, gadis yang saat ini terpantau mengenakan setelan piyama sutra tersebut tampak membenarkan posisi duduknya, melirik ke arah sosok yang dimaksud. "Hm? Kau mengatakan sesuatu?"

Jeongguk menghela napas, sejenak menyisihkan joystick yang sedari tadi berada di dalam genggaman. Meninggalkan game yang sedang dimainkan.

"Cantik."

Apabila kebanyakan wanita akan memuntahkan minuman yang tengah dinikmati ketika mendengar hal tersebut, maka tidak dengan Hemi, sebab ia merupakan tipikal seseorang yang sudah terbiasa dengan penuturan demikian.  Hal yang kerap kali dijumpai ketika seseorang datang dan menjanjikan suatu janji untuk kembali bertemu dengan dirimu. Rata-rata dari mereka akan mengatakan; kau lebih cantik dari yang kuduga, penampilanmu jauh lebih baik dari yang ada di foto, luar biasa mari pergi ke hotel. Begitu klise.

Mengisi ulang gelas anggur yang sedari tadi menemani, Hemi tersenyum simpul, dan kembali menanggapi hal tersebut sebagai suatu guyonan saja.

"Apakah kau tidak memiliki hal lain untuk dikatakan? Selain cantik, aku rasa semua orang dapat melakukannya jauh lebih baik darimu."

"Kamu tidak membutuhkan seribu kalimat apabila satu kata yang ada sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan apa yang ada, cantik. Aku rasa itu tidak terlalu berlebihan karena sesuai dengan faktanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EPIGONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang