[Chapter 10] Hangat kembali.

433 45 10
                                    

"Wah, ini mah enak banget Teh-- uhuk uhuk, Beomgyu suka."

"Aduh hati-hati, Dek." Lia memberi segelas air mineral kepada sang Adik, memerhatikannya begitu jeli penuh khawatir.

"Iya Li, kamu masaknya pake cinta ya? Ini lebih enak dari yang biasanya." Soobin ikut mengomentari, sejenak terkekeh ketika makanan didalam mulut habis.

"Apa sih Mas, jangan lebay ah." Lia mengalihkan pandangan, mempercepat makannya agar cepat habis.

Malam ini ketiganya bermakan malam bersama, dengan ayam goreng buatan Lia sebagai teman nasi utama.

"Eh, iya. Aku, kan udah bilang bakal ada kejutan, hehehe kelupaan." Ujar Soobin ketika makan malam tak lama selesai.

Ketiganya masih menyinggahi meja makan, menunggu rasa kenyang sedikit mereda.

"Kejutan apa Mas?" Tanya Lia, Beomgyu melirik Soobin hendak menyimak.

"Tadi aku bilang sama Pak Minhyuk tentang perceraian sama hutang, awalnya mereka gak terima tapi gak lama polisi datang..." Soobin berkisah.

Mengikuti alur adegan tadi siang digedung perusahaan, bagaimana Arin—istri keduanya—Pak Minhyuk dan Yeonjun dibawa kepihak yang lebih layak.

Karena memang sikap mereka melebihi batas.

Gaji yang dikurangi, pencurian uang Soobin dan ucapan-ucapan kecil mereka yang sering menjatuhi dan mengatur Soobin.

"...besok aku bakal ke kantor polisi, nemuin mereka bertiga dan ikut wawancara sebagai korban kecurian." Akhir Soobin dalam kisahnya.

Lia berseri penuh kemenangan, bahagia tak terkira disaat Soobin berani mengajukan diri untuk cerai bersama Arin.

"Besok? Bareng Beomgyu aja atuh, kebetulan Beomgyu masih libur Sekolah."

"Kamu mau ngapain ikut Dek?" Lia bertanya, menengok pada Adiknya.

"Mau ikut bicara, jagain Aa takut di tonjok lagi sama mereka." Beomgyu sengaja ketawa kecil, bersandar pada kursinya dengan melipat kedua tangan depan dada.

Soobin dan Lia saling pandang sebelum akhirnya ikut tertawa, Beomgyu semakin membuat suasana rumah yang sempat tegang menjadi tenang.

Oh iya, bagaimana bisa Beomgyu menginap disini?

Jadi, setelah Soobin berhasil menelepon sang Adik Ipar untuk meminta maaf atas kesalahannya telah menyembunyikan perihal hutang dan pernikahan kedua.

Beomgyu akhirnya mulai menerima, tak lagi menyimpan kejenuhan kepada Soobin dan Lia.

Sejak Beomgyu tau, tak lama kabar dari SMAnya mengumumkan akan ada libur Sekolah selama tiga hari.

Alhasil sang wira mengambil kesempatan 'tuk menemui si Kakak, menemani hari-hari Lia meski baru sehari disini.

"Teh, Aa. Beomgyu mau ke kamar ya, mau rebahan."

"Iya Dek."

Beomgyu beranjak pergi, masuk kedalam kamar—ruangan yang dulu disinggah Arin—kemudian menutup setengah pintunya.

"Kamu udah ngantuk?" Soobin menengok ketika dimeja makan hanya tersisa keduanya.

"Belum, Mas." Lia berdiri, ikut masuk kedalam kamar mereka berdua diikuti Soobin.

Lia menduduki diri disamping ranjang, melepas lalu menyimpan ikat rambutnya diatas nakas sehingga rambutnya terurai memanjang hingga dada.

"Ih cantik banget, istriku." Soobin menaiki ranjang, merebahkan diri sambil menatap Lia.

"Hm." Lia berdeham, tak tau mau menanggapi apa pujian yang ia dengar dari Soobin, ini pertamakalinya pujian itu terdengar lagi setelah Arin pergi.

"Oh iya Li, soal pindah rumah, kamu udah yakin mau ke Bandung?" Soobin bertanya ketika Lia sudah terebah disampingnya bersama selimut yang digunakan berdua.

"Yakin, aku sempet ngobrol sama Beomgyu tadi siang, katanya dia setuju kalau kita pindah ke Bandung, gak perlu jauh-jauh nginep."

"Iya Li, nanti sehari setelah perceraian beres kita langsung ke Bandung, aku kangen udara kampung halaman aku."

Lia diam sejenak, memiringkan tubuhnya menghadap Soobin dengan keadaan masih berbaring.

"Iya, aku juga." Ucapnya riang.

Soobin memeluk Lia, mengelus pucuk kepalanya bersama mata yang berangsur-angsur menutup.

Keduanya tertidur, lelap dimalam kelam yang tenang, sementara menyinggahi mimpi yang dibayang begitu indah.
































>><<































Jalan jurusan Jakarta-Bandung di pagi hari sudah padat saja padahal langit belum begitu terik.

Setelah sholat subuh, pasutri dan satu pemuda yang lebih muda mulai masuk kedalam perjalanan menuju tempat kelahiran mereka.

"Yah, udah macet, emang sekarang udah jam berapa?" Keluh Soobin, menghela nafas lemah ketika memberhentikan laju mobilnya.

"Jam setengah enam Mas, tuh liat langitnya udah agak cerah." Jawab Lia dengan memeriksa layar ponsel terlebih dahulu, lalu menunjuk langit atas.

"Harusnya kita pergi sebelum subuh, jadi ikut perjalanan malam." Beomgyu ikut berbicara, sedikit mencondongkan punggung 'tuk melihat kedua lawan bicaranya yang terduduk didepan.

"Jangan, lebih baik macet daripada perjalanan malam." Soobin menggeleng samar, masih menatap jalanan.

"Kenapa emang?" Tanya Beomgyu.

"Kasian Lia, Ibu hamil gak baik bedagang, kalau perjalanan malam makin kerasa capeknya." Soobin melirik Lia bersama cengiran khas yang menyebabkan lesung pipinya terlihat.

"Hm... malah ngegombal." Beomgyu menghela nafas, bersandar kembali pada kursi mobil dengan nyaman.

"Hahaha." Lia tertawa kecil, sudah lama ia tak mendengar gombalan maut Soobin meski kali ini ada benarnya juga.

Dua pekan yang lalu, tepat dihari jum'at Soobin dan Arin sah bercerai, kini Soobin sudah terlepas dari ikatan tali poligami yang sudah lama menyiksa belenggu rasa.

Dimulai sejak Soobin menceritakan kronologi atas pernikahannya yang kedua kali kepada sang pemilik hukum.

Beberapa hari setelah itu, para polisi bermusyawarah dan mengajukan diktum untuk membela Soobin, membantu Ayah muda itu keluar dari jurang kecurangan yang dzolim.

Akhirnya proses perceraian, urusan penurunan gaji dan hutang Soobin dibantu dan diselesaikan dengan segera.

Jadi akhirnya hari ini Soobin bersama Lia dan Beomgyu bisa pergi meninggalkan Jakarta.

Meninggalkan bekas kesengsaraan disana, melupakan Arin, melepaskan semua masalah.

Yang diambil dari tempat itu hanya pelajarannya saja, memberi hikmah agar Soobin dan Lia menjadi lebih baik dan bijak.




























Selesai.

POLIGAMI | SooliaWhere stories live. Discover now