[Chapter 1] Sad promise.

917 83 50
                                    

Cr: pinterest

"Saya terima nikah dan kawinnya Arin binti Minhyuk dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Suara Soobin berkumandang didalam ruangan ijab qobul yang baru usai terselesaikan.

Sebagai istri pertama, Lia menjadi saksi pernikahan Soobin dan Arin di pagi ini.

Melihat sepasang mata yang berbinar dari mempelai wanita dan sepasang mata redup dari mempelai pria.

Tak luput juga dengan sepasang mata miliknya yang mengelebur menampung kepedihan yang teramat dalam.

"Sebagai moment yang tak terlupakan, dimohon untuk mempelai pria mengucapkan sepatah kata kepada istri tercinta sebagai bentuk ungkapan kasih sayang."

Minhyuk, selaku orang yang menjabati tangannya dengan tangan Soobin membuka suara dengan senyuman licik nyaris tak terlihat.

Menatap Soobin penuh tekanan, pertanda wajib melaksanakan perintah.

Dua belah bibir Soobin bergetar, menatap sendu Lia yang berwajah semu merah menahan derasan air mata, diselingi beberapa kata pengumpat didalam benak.

Soobin tau Minhyuk sengaja menambahi sebuah percakapan didalam acara perkawinan putrinya dan Soobin, berlagak seperti acara sendiri.

"Lia, aku--"

"Oh maaf, maksud saya istri kedua."

Soobin memejamkan mata, menghela nafas kasar yang dipelankan.

Terpaksa melirik Arin—istri keduanya—yang menanti beberapa kalimat cantik dari dalam lisannya.

Tidak rela, sama sekali tidak.

Janji cinta yang tadi Soobin ijab qobuli bersama Minhyuk hanya sekedar ucapan, belenggu rasanya berkata hanya Lia yang ada didalam dada.

Bagaimana bisa Soobin memaksakan perasaan?

"Ya sudah, kalau masih ragu biar saya yang bimbing." Minhyuk berdalih kembali, menyelipkan selembar kertas dijari jemarinya yang berukuran kecil.

"Ikuti ucapan saya. Arin, istriku tersayang." Minhyuk menatap Soobin, kembali memerintah untuk menuturi ucapannya kepada sang putri.

Bibir Soobin terulum sejenak, memandang sang istri pertama yang terduduk disebelahnya berjarak beberapa langkah.

Turut pandangan Lia menunduk, memejamkan mata sejenak lalu menaikan ujung dagunya membalasan kontak mata Soobin.

Lia tersenyum sedikit namun berdampak banyak pada degup kencang dada Soobin.

Seakan menginterupsi diri, telah melakukan tindakan menyakiti hati seorang perempuan yang dicintai.

Lia, kamu kuat.

"Arin istriku tersayang." terpaksa, Soobin menuturi kata demi kata yang Minhyuk ujarkan tanpa menatap Arin yang terus melihatnya.

Tak ikhlas didalam diam, Soobin hanya menjalani perintah saja.

"Semoga kita."

"Semoga kita."

Minhyuk lebih mendekati bibirnya dengan mic secara disengaja, membuat suaranya lebih menggema diseluruh ruangan.

"Bisa membangun rumah tangga."

"Bisa membangun rumah tangga."

"Yang sakinah mawaddah warahma."

"Yang sakinah mawaddah warahma."

POLIGAMI | SooliaWhere stories live. Discover now