[Chapter 3] Jalanan sendu.

503 71 20
                                    

Arin bersama Lia berdiri disamping mobil berjejer, saling menatap satu sama lain untuk menentukan, siapa yang akan duduk didepan bersama Soobin.

Cukup membuat dampak besar bagi keduanya, Lia mengalah kini ia duluan memasuki pintu mobil bagian tengah.

Lia terduduk di mobil lebih dahulu, membiarkan Arin menemani Soobin yang berkendara.

Lia meluruskan pandangan pada jendela di sampingnya demi menutupi penglihatan diri dari Arin dan Soobin yang bersebelahan didepan sana.

Tak lagi Lia menanggapi denyut jantung yang berdebar penuh kepedihan, sadar akan perasaan itu terasa disetiap detiknya.

Arin terduduk dikursi mobil yang biasa Lia tempati disana.

Dulu sebelum Soobin menikahi Arin, Lia bersama Soobin sering pergi dari siang hingga menjelang malam.

Entah itu sekedar mengelilingi sebuah taman, berbelanja di Mall untuk mencicipi makanan yang diatas harga.

Sesekali mereka berdua juga menghabiskan uang demi kebahagiaan mereka, sarana pencabut kejenuhan.

Iya, hanya sesekali karena memang mereka bukan orang yang memiliki banyak uang.

Lia selalu menemani Soobin berkendara, duduk disebelahnya sembari memutar musik yang memperindah waktu di perjalanan.

Jika dibayangkan memang seindah itu kehidupan Soobin bersama Lia sebelum memasuki tahap kemiskinan.

Saat ini, Lia masih berusaha menghapus jejak tangisnya atas kejadian sebelum pergi.

Beruntung tadi, Arin kembali kerumah disaat Soobin sudah meredai emosinya sendiri.

Lia diam seribu bahasa semenjak tamparan tangan dari orang yang ia cintai menginjak dipipinya.

Sesekali Lia mengelus pipi tersebut dengan tangan yang bergetar.

Kali ini perjalanan didalam mobil tak bisa Lia nikmati seperti waktu biasa, karena jika dilihat dari tempat duduknya saja, Lia seperti hanya menumpang.

Tak ada musik yang biasanya diputar, keheningan menemani mereka bertiga yang hanya duduk diam menunggu mobil sampai ditempat tujuan.

"Soobin." Arin menengok, dibalas dehaman singkat oleh Soobin yang masih menatap jalanan didepan mata.

"Besok kita pergi kekantor berdua, kan?" Arin menyematkan kata 'dua' yang menginterupsi Lia melirik mereka lagi dari belakang.

Soobin hanya mengangguk singkat, lekas Arin kembali memandangi jalan didepan dengan senyuman semu licik nyaris tak terlihat.

Lia dibelakang menatap Soobin dari kaca spion dalam bagian tengah atas, hanya terlihat kedua matanya dari bentuk cermin tersebut yang memanjang.

Ketika sepasang mata yang Lia tatap menatapnya balik, ia memalingkan pandangan, kembali melirik jalanan samping lewat jendela.

Jika ada istilah yang lebih dari kata sakit atau cemburu dan sebagainya, kira-kira seperti itulah perasaan Lia.

Telah melebihi batas maksimal, namun wanita itu tampak berusaha tegar.




























>><<





























"Gimana kabarnya Arin setelah menikah dengan Soobin?"

"Lia? Dia istri pertama Soobin ya?"

POLIGAMI | SooliaWhere stories live. Discover now