[Chapter 7] Losing money.

418 68 5
                                    

Dua garis merah, tandanya?

Iya, positif.

Lia bersandar punggung pada dinding kamar mandi, membolak balikan benda kecil berbentuk garis tipis sedikit panjang.

Ia perhatikan lamat, memastikan apakah hasil itu benar atau salah, terlewati beberapa menit Lia baru meyakini sepenuhnya, memang testpack sudah pasti benar tak perlu diragukan.

Lia bungkam ditemani hati yang menghangat, mengelus perutnya yang masih rata, di dalam sana ternyata ada seseorang yang selama ini ia nantikan.

Jauh hari Lia sering kecapean, pegal-pegal, mual bahkan sempat pingsan di Mall kemarin ternyata karena Lia memasuki masa kehamilan.

Satu tahun lebih delapan bulan Lia menikah bersama Soobin, selama itu dan baru kali ini Lia akan menjadi seorang Ibu yang sebenarnya.

Lia lekas keluar dari kamar mandi, jam yang berdenting menunjukan pukul 16.25, tandanya Soobin sebentar lagi akan tiba.

Lia mengira, menggambari bagaimana eskpresi Soobin mengenai masa kehamilannya yang baru berjalan seminggu ini, pasti akan senang untuk didengar.

Terduduk diatas sofa, mengambil remot hitam lalu dinyalakannya Televisi untuk menyerang suasana sepi dirumah sendirian.

Iya, seperti biasa Lia sendirian dirumah, Soobin dan Arin pergi bekerja.

Lia tak sabar, bahkan saat ini waktu seakan memperlambat jalannya disaat yang dinantikan.

"Duh, kok gak ada sih?"

Sejenak Lia menajamkan pendengaran, menegakkan punggung ketika dirasa mendengar suara orang lain dari rumahnya secara tiba-tiba.

Lia memperluas pandangan, memastikan tidak ada orang yang menyelinap masuk kedalam rumahnya.

"Gak ada siapa-siapa."

Lia menjawab sendiri pertanyaan didalam hati dengan suara kecil, mencoba berfikir baik jika suara tersebut berasal dari Televisi yang ia nyalakan.

Tapi tak lama Lia kembali curiga, mendadak suasana rumahnya misterius disaat ada suara yang sekali terdengar tadi.

Lia lekas beranjak dari tempat duduknya, yang pertama ia periksa adalah kamar Arin, bisa berkemungkinan bila ada seseorang disana yang menyelinap masuk kedalam.

Oh tapi tidak, tidak ada.

Kemudian Lia berjalan kembali kedapur, tidak ada.

Gudang kecil di belakang rumah tidak ada siapa siapa, tempat untuk sholat—mushola kecil—juga tidak ada.

Lia mulai menganggap suara itu hanya sebuah ilusi semata, ia kembali duduk disofa dengan mengabaikan pokok pikiran tadi tentang suara.

"Eh, kamar belum."

Celetuknya mendadak, benar juga kamar Lia sendiri belum Lia cek disana. Meski sudah sedikit mengabaikan tapi Lia tetap berdiri menuju ruangan.

Berjalan perlahan, Lia menajamkan pandangan ketika terlihat samar ada bayangan dari permukaan sprei ranjangnya, menandakan ada sesuatu yang menghalangi cahaya dari jendela.

POLIGAMI | SooliaWhere stories live. Discover now