14 (END)

568 50 2
                                    

Itu QnA diramein. Riel gak gigit soalnya. Malah seneng kalau banyak banget yang nanya.

Riel bingung sih mau ngapain, paket habis dan cuma bisa nulis setelah ngemis hotspot sama adek laknat. Untuk adegan berantem kita skip aja ya. Kutulis berapa kali kagak ngefeel sedikitpun. Bahkan draf nya terasa membosankan. Maka dari itu, selama Riel belajar bikin adegan baku hantam kita ngeliat yang manis-manis dulu sebelum adegan bawang bertebaran. Ohohohoho!

Perang antara sekumpulan bocah dan prajurit perang mahkluk kegelapan yang dipimpin Viper tentu dimenangkan oleh Boboiboy dkk. Ya jelaslah, skill Reverse kan di atas rata-rata. Makanya waktu Reverse bisa dengan mudah menebas armor kaleng-kaleng Viper, prajuritnya lari terbirit-birit.

Kelima pemuda-pemudi yang dibawa dari dunia lain juga telah dipulangkan dengan baik-baik oleh Riel. Dari tadi Riel sibuk nonton perangkat itu sambil makan popcorn. Bahkan kaca mata hitam yang dipakai buat nonton masih bertengger di hidungnya.

"Baik-baik di jalan ya! Tujuh tahun lagi kita pasti ketemu. Kupastikan kita udah gak kenal lagi."

Usai salam perpisahan khas dari Riel yang dari sananya aneh, lima remaja itu masuk ke portal yang membawa mereka ke dua detik sebelum mereka masuk ke Boboiboy Universe. Sedangkan Riel kembali pulang ke rumahnya setelah puas dengan asupannya.

****

Sebentar lagi libur sekolah akan berakhir, Boboiboy dan Reverse harus kembali ke sekolahnya. Ochobot dan kedelapan elemental ditinggal di Pulau Rintis. Menjaga Tok Aba yang sudah renta.

Tentu saja tangis bombay dari Ochobot menyertai kepergian dua orang itu. Kereta api yang telah sampai di hadapan mereka berhenti dengan apik. Pintu terbuka dan seperti sebelumnya, Boboiboy dan Fang berpapasan di pintu kereta api. Yang berbeda mungkin keberadaan Reverse yang menatap semuanya dengan datar.

"Sampai jumpa nanti!" teriakan Boboiboy menjadi salam perpisahan terakhir mereka.

Kereta api meninggalkan stasiun bersamaan dengan hati Fang yang terasa kosong. Bocah laki-laki itu menatap kereta api yang telah berlalu dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

"Kita pasti akan bertemu lagi."

****

Gabriel yang duduk di singgasananya menatap perpisahan itu dengan senyum tipis. Bibirnya sibuk meneguk darah dari cangkir miliknya. Di pangkuannya terdapat Azarael yang masih tertidur pulas usai adegan panas mereka.

"Tujuh tahun lagi ya?"

Gabriel menatap jam-jam saku yang tergantung di depannya. Jarum jam yang berdetik seiring dengan detak jantung pemiliknya. Seringai lebar ditampilkan oleh Gabriel.

"Kira-kira berapa banyak orang yang akan mati ya?"

Tawa kecil yang disenandungkan Gabriel terdengar jelas di telinga Azarael yang sudah terbangun sejak tadi.

"Aku tidak peduli berapa banyak yang akan mati. Karena mereka akan terus bereinkarnasi jika 'dia' menganggap mereka berharga."

****

Sedangkan di tempat layaknya kuil dengan sebuah air mancur di pusat kuil itu, tampak Elsa yang menatap air mancur itu dengan pandangan kosong.

Air dari air mancur itu mengalir membentuk sungai kecil yang menyebar ke seluruh kuil. Sedangkan di lantainya terdapat begitu banyak lilin dengan api berwarna putih yang bersinar menerangi kuil itu.

"Sampai kapan kau akan menyesal?"

Elsa melirik saudari kembarnya yang tidak memiliki sedikitpun kemiripan dengannya. Tampak Rachel dengan gaun hitam dan taburan bunga mawar berjalan ke arahnya.

Gadis berambut hitam dengan sedikit garis berwarna merah ikut menatap air mancur itu.

"Jujur aku iri padamu. Kau bisa mendapat hatinya dengan mudah tetapi malah menyia-nyiakannya. Sedangkan aku yang begitu mencintainya tak pernah dilirik olehnya."

Elsa hanya diam mendengar pernyataan Rachel. Dia tahu, sebesar apa Rachel mencintai suaminya yang sudah meninggal. Tetapi, sampai sekarang mereka berdua masih belum bisa melepas sosok pemuda itu. Menyebabkan pemuda itu terus tertahan di dunia.

"Air mancur ini merupakan hadiah yang diberikannya padamu kan? Tak kusangka kau masih menyimpannya bahkan sesudah kita menjadi penyihir agung."

Rachel terus berbicara dengan suara bergetar. Air matanya terus mengalir seiring dengan kata yang meluncur keluar. Sampai kapanpun, dia tak akan bisa melepas sosok paling berharga baginya. Bahkan jika dia sudah memaafkan Elsa.

"Maaf."

****

Sedangkan di sebuah perpustakaan berdebu, tampak Liliana yang membaca buku dengan tenang. Sesekali mata hijau permata miliknya akan melirik Angel yang tertidur nyenyak di pahanya.

"Jika begini, dia terlihat begitu manis. Berbeda saat dia terbangun. Rasanya menyakitkan jika melihatnya menahan sakit seperti itu."

Tampak Angel sedikit menggeliat kemudian membuka matanya untuk menunjukkan mata biru safir yang selalu membuat Liliana berdebar. Sedangkan di mata Angel, sosok Liliana tampak seperti malaikat terindah yang pernah ia lihat. Abaikan fakta kalau dia juga malaikat.

"Tidurlah lagi, kau pasti lelah kan?"

Angel tak bergeming, dia malah terus menatap wajah manis Liliana. Membuat Liliana tersenyum tipis kemudian mengelus lembut rambut pirang Angel.

Mari kita tinggalkan sepasang love bird itu. Jomblo gak akan ngerti karena kita sama.

****

Jika di perpustakaan Liliana suasananya terasa sangat hening, maka di istana Michael suasananya terasa sangat berisik.

Rei yang sibuk tertawa saat melihat Michael di kejar-kejar buaya peliharaan Rei. Dillion yang menyanyi tidak jelas di atas meja. Delano yang meneriaki Dillion karena melempar sumpit ke kepalanya. Semuanya bersatu menyebabkan Lucas yang menginap di istana Michael tak bisa tidur.

Padahal dia butuh istirahat setelah olahraga ranjang dengan Michael semalam. Jujur pinggangnya ingin patah semalam saking semangatnya Michael melakukannya.

"BERISIK! KELUAR KALIAN SEMUA!" teriakan cetar membahana Lucas dan suara pintu yang dibanting menjadi pemanis. Michael, Rei, Dillion, dan Delano ditendang keluar dari istana Michael. Buaya peliharaan Rei juga ikut ditendang oleh Lucas.

"Bini lu serem, anjir."

"Dia lagi ngisi ya? Sensian mulu dari tadi."

"Berapa ronde kalian semalam?"

Serius, Rei dan dua kekasihnya adalah perpaduan yang sangat tidak tepat untuk menjaga mulutnya. Apalagi Dillion si tukang kompor. Dan tentu saja Rei dengan otak kotornya.

"Ini rahasia kita ya."

****

END SEASON 1!!!

Akhirnya selesai juga. Serius, mikir mau bikin ini novel gimana aku bingung. Bahkan aku sampai niat hiatus. Setelah ini aku mau istirahat dulu, nyusun season 2 mau gimana. Isinya yang pasti tentang love story.

Sampai jumpa di season 2!!!!

The Never Ending ReincarnationWhere stories live. Discover now