27. Dua Mata Indah

1.1K 130 5
                                    

USTADZ HARUSKAH AKU MELAMARMU?

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.
.
.

Selamat Membaca 🤗

***

"Nenek ... Aya comeback!" teriak Cayhaya saat sampai di pintu rumah. Dibukanya pintu dengan cepat lalu berlari masuk ke dalam rumah. Mencari keberadaan sang nenek ke dapur, tempat biasanya ia menemukan Rafiah.

Dan benar saja, ternyata wanita tua itu sedang  memasak di dapur. Spontan saja Cahaya memeluknya dari belakang, mencium kepala sang nenek dengan sayang.

"Aya pulang, Nek!" ucapnya dengan bibir bergetar karena menahan tangis haru. Lama tak berjumpa dengan orang terkasih membuatnya tak kuasa menahan air mata.

"Kamu beneran pulang, Ya?" Rafiah mematikan kompornya lalu berbalik untuk memeluk cucu perempuannya itu. "Alhamdulillah!"

"Nenek baik-baik aja, kan? Nenek ga ada sakit, kan? Selama Aya tinggalin, nenek ga kambuh lagi sakitnya, kan?" Dia membondongi Rafiah dengan banyak pertanyaan.

Rafiah terkekeh. "Justru karena ga ada kamu nenek jadi sehat. Nenek banyak berkegiatan sehingga otot-otot nenek aktif. Kalau ada kamu, nenek selalu andalin kamu ini-itu."

Cahaya menggelengkan kepalanya. "Aya bantuin nenek karena Aya anaknya nenek. Seorang anak harus berbakti pada orang tuanya. Aya mau kaya Uwais al-Qarni!" Dan semakin memeluk neneknya.

"Dia tidak dikenal di dunia, akan tetapi namanya dikenal oleh penduduk langit!" ucapan Cahaya dan Rafiah bersamaan.

Kisah Uwais al-Qarni sangat menginspirasi Cahaya, bahkan neneknya sering menceritakan kisah itu pada cucunya itu.

Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang  pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit.

Sebab kecintaan Allah kepadanya yaitu  dikarenakan ia patuh dan menghormati ibunya yang sakit lumpuh. Suatu waktu, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk pergi ke Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannnya kepada Rasulullah. Sang ibu memberinya izin untuk pergi, namun dengan syarat agar setelah berjumpa Rasulullah ia cepat pulang kembali karena ibunya yang sakit-sakitan.

Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Uwais tidak mendapati Rasulullah di rumahnya karena sedang memimpin peperangan. Meski kerindunya amat besar terhadap Rasulullah, Uwais lekas pulang demi ibunya. Ia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah ra.

Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk mengantarkannya pergi haji. Uwais tidak mau menolak walaupun mereka merupakan keluarga yang miskin, dengan sekuat tenaga ia menggendong ibunya yang lumpuh itu untuk berziarah ke Baitullah.

Meski belum pernah berjumpa dengan Nabi, Rasulullah seperti sudah mengenal betul pemuda miskin itu. Ia memuji Uwais dengan mengatakan kepada para Sahabat yang lain, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” (HR. Ahmad).

Karena bakti yang tulus dan ikhlas kepada ibundanya, membuat nama Uwais Al-Qarni terkenal di langit, meski di bumi ia bukan siapa-siapa.

"Aya ... kamu ga kangen sama Ayah?" Ayahnya datang ke dapur, melihat dua orang yang tengah berpelukan.

Ustadz Haruskah Aku Melamarmu? [Selesai]✅Onde as histórias ganham vida. Descobre agora