12 End

1.6K 123 2
                                    

8 Januari 201x


Chu~

"Aku kembali. Bagaimana dengan hari ini?"

Jooheon menaruh tas kerjanya setelah meninggalkan sebuah ciumana di dahi Changkyun. Ia menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku.

Rasa lelah yang sempat menempel pada tubuhnya hilang seketika ketika ia melihat wajah manis sang istri.

"Hyung," panggil Changkyun pelan. Ia hanya terduduk di ranjang rumah sakit. Sekarang ia benar-benar sudah dinyatakan lumpuh oleh sang dokter.

"Iya?"

"Menikahlah dengan Minhyuk hyung," pinta Changkyun untuk kesekian kalinya. Ia tidak ingin Jooheon kerepotan menjaganya setiap hari. Ia melihat dengan jelas jika Jooheon sangatlah lelah. Tetapi lelaki itu selalu menjaganya seolah dia tidak kelelahan sama sekali. Ia juga tidak ingin Jooheon merasa kesepin nantinya.

"Apakah kau lapar? Aku membawa makanan. Dan dokter bilang, kau boleh memakannya," Jooheon mengalihkan pembicaraan dengan cepat. Menutup telinganya seolah ia tidak mendengarnya. Ia benar-benar membenci permintaan Changkyun yang satu ini.

"Hyung, aku mohon. Menikahlah dengan Minhyuk hyung."

Jooheon menghentikan kegiatannya dan menggretakkan giginya dengan kesal. Ia langsung menaruh makanan yang ia pegang ke atas meja di sampingnya dengan kasar.

"Changkyun!" bentak Jooheon.

"Kau pikir aku ini benda yang bisa kau berikan kepada siapapun?" tanya Jooheon dengan sedih.

"Aku mencintai mu, Kyun. Aku mencintai mu! Aku hanya ingin kau bukan orang lain." Jooheon mengusap pipi Changkyun pelan dengan tatapan terluka. Ia merasa sakit yang amat ketika Changkyun meminta hal 'itu' setiap harinya. Perasaannya terluka. Hatinya serasa ditolak ketika Changkyun memohon mengabulkan permintaannya itu.

"Tapi hyung, aku tidak ingin kau kesepian ketika aku pergi," Changkyun memegang tangan Jooheon yang berada di pipinya.

"Kau, begitupun dengan ku, tidak akan pergi kemanapun. Kita akan selalu bersama. Kau mengerti?" ujar Jooheon dengan sabar. Ia tidak tahu apakah ucapannya ini akan terkabul. Ia hanya selalu berharap jika mereka akan selalu hidup bersama sampai tua nanti.

"Hyung-"

"Tidak Changkyun. Jangan mangatakan sesuatu yang mengerikan," Jooheon langsung menarik Changkyun ke dalam pelukannya, "Sembuhlah dan aku akan selalu menemani mu."

"Maafkan aku," ucap Changkyun di dada Jooheon.

Ia merasa bersalah karena telah menaklukan hati Jooheon. Ia menyesal karena dulu, ia berniat untuk berbaikan dengannya. Seharusnya. Ia membiarkan Jooheon membencinya. Ia hanya dapat menyesalkannya di setiap akhir hidupnya.


❄️❄️❄️


13 Januari 201x

"Buka mulut mu. A~" Jooheon mengarahkan sesuap nasi ke mulut Changkyun.

"Apakah enak?" tanyanya setelah makanan tadi diterima baik oleh sang empu.

"Eum! I-ini enak h-hyung," Changkyun mengangguk semangat dengan senyuman indah di wajahnya.

Sekarang ini Jooheon sudah tidak bekerja. Ia menyerahkan semua pekerjaannya kepada sekertarisnya. Ia ingin fokus menjaga Changkyun yang keadaannya semakin parah setiap harinya. Buktinya, sekarang Changkyun tidak lagi hanya lumpuh pada kakinya. Namun dari pundak hingga kakinya sudah dinyatakan lumpuh permanen. Sedangkan untuk berucap, ia sudah mulai terbata. Tidak ada yang dapat menyembuhkannya selain Tuhan yang memberikan keajaiban.

Jooheon sendiri tidak menerima akan hal ini. Ia akan selalu berdoa di setiap detiknya untuk keajaiban Tuhan yang jika memang adanya. Menangis setiap malam ketika Changkyun sedang tidur.

"Sayang."

"Y-ya?"

Jooheon menjatuhkan kepalanya di perut Changkyun yang dalam posisi setengah duduk. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Changkyun.

"Ke-kenapa hyung menangis?" tanya Changkyun terbata.

"Aku hanya bahagia bisa bersama mu sampai detik ini," jawab Jooheon. Ia sangat takut akan kehilangan orang yang paling ia sayangi.

Dari sekian banyaknya manusia, mengapa hal ini terjadi padanya? Kenapa penyakit mematikan itu harus menyerang orang yang paling ia sayangi? Dan masih banyak pertanyaan di dalam benak Jooheon atas apa yang terjadi dalam kehidupannya ini.

❄️❄️❄️

19 Januari 201x

"Sayang, seminggu lagi kau berulang tahun." Changkyun hanya diam menanggapi ucapan Jooheon.

Ia masih sadar. Ia masih bernapas, ia masih bisa mendengar dan ia masih bisa berkedip. Hanya saja ia tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya lagi. Untuk membuka mulutnya saja Changkyn sudah tidak sanggup lagi. Ia menggunakan selang yang sudah terhubung langsung dengan lambungnya.

"Kyun-ah, kau ingin tahu mengapa aku menyuk-ah tidak, mencintai mu?" tanya Jooheon sambil menatap Changkyun dengan lembut, "Itu karena kamu sangat baik, sangat cantik, dan sangat kuat. Kau bahkan dapat bertahan dengan ku selama ini. Maafkan aku atas sikap kasar ku dahulu. Aku bahkan membenci diriku yang dulu, haha," jelasnya diakhiri dengan tawa.

Changkyun terus menatap Jooheon. Tidak ada hal lain yang ingin ia lihat selain Jooheon. Suaminya yang sangat ia cintai.

"Sungguh, kau boleh memukulku atau memarahiku sesuka hati mu setelah kau keluar dari sini. Karena itu, sembuhlah demi ku," pinta Jooheon untuk kesekian kalinya.

"Sayang-"

"Uhuk uhuk"

Jooheon terkejut mendengar Changkyun terbatuk cukup keras dan batuk itu tak kunjung berhenti.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil minum," Jooheon segera berlari ketika sadar jika tidak ada air yang tersisa di atas nakas.

Tanpa waktu yang lama, Jooheon kembali membawa segelas air di tangannya.

Deg

Jooheon berhenti seketika di ambang pintu kamar Changkyun. Kakinya terasa lemas melihat tubuh Changkyun yang tergeletak dengan tangan yang menggantung disisi ranjang. Tidak ada suara batuk dari Changkyun. Tidak ada suara napas dari hembusan hidung Changkyun. Dan tidak ada lagi detakkan pada jantung Changyun.Matanya sudah tertutup rapat seolah ia tertidur untuk waktu yang lama.

"Sayang, jika kau tidur seharusnya kau membenarkan posisi mu," ujar Jooheon setelah menaruh gelas tersebut di nakas.

Dengan telaten, ia membenarkan posisi Changkyun yang sudah tidak bernyawa. Tidak! Changkyun masihlah hidup. Ia pasti hanya tidur untuk sesaat.

Jooheon menolak kenyataan. Ia menganggap jika monitor yang berada di sisi ranjang Changkyun dalam keadaan rusak. Ia masih menolak itu semua.

"Sayang, jangan tidur terlalu lama. Aku akan menunggu mu hingga kau sadar."

Jooheon meninggalkan kecupan di dahi Changkyun. Ia duduk di kursi yang biasa ia tempati. Memegang tangan Changkyun yang pucat dan dingin itu dengan erat. Setelahnya, ia menaruh kepalanya di atas tangan Changkyun dan ikut memejamkan matanya.





END

it's hurt •Jookyun ✔️Where stories live. Discover now