1

2.6K 181 26
                                    

28 November 201X

Disebuah taman dengan pohon dan bunga kecil sebagai penghias terdapat kedua anak kecil yang sedang bermain dengan kucing. Kedua anak itu tersenyum dengan bahagianya kala sang kucing mengeong dan menggaruk tubuhnya sendiri.

"Kyun-ie, kucing ini mirip dengan mu. Menggemaskan!" anak kecil berusai 7 tahun itu mengelus kepala Changkyun dan bergantian dengan kucing itu yang masih sibuk dengan urusannya.

"Tidak! Changkyun tidak ingin disamakan dengan kucing!"

"Wae? Dia lucu"

"Kyun-ie tidak lucu. Kalena itu, Kyun-ie tidak ingin sepelti kucing." jelasnya.

"hu! Padahal Kyun-ie sangat sangat sangaaaat lucu." ujarnya sambil mencubit kencang kedua pipi Changkyun saking gemasnya.

"uu! Tidak!" Changkyun menghentak tangan Jooheon. Ia segera bediri untuk mengejar Jooheon yang sudah berlari mendahuluinya.

"Hyung, jangan berlali! Nanti jat-"

BRUK!

"Aduh... Huu.. Hiks hwaaaaa"

Jooheon berteriak dan menangis dengan keras membuat Changkyun yang masih ditempatnya terkejut mendengarnya.

"Hyung!" Changkyun segera berlari dengan panik menghampiri Jooheon yang masih di posisinya. Bocah itu sangat cengeng.

"Changkyun~ sakit" rengeknya dengan air mata yang sudah membanjiri seluruh wajahnya.

"Kan sudah Changkyun katakan untuk tidak berlali!" omel Changkyun dengan cadelnya.

Ia membantu Jooheon untuk duduk dan melihat lututnya yang tergores kecil. Dan setelahnya, ia segera mengeluarkan plester di dalam sakunya. Membukanya dan menempelkannya pada luka tersebut.

"Hiks.."

Huhh

"Sudah." ujarnya setelah meniup luka Jooheon yang sudah tertutup oleh plester bergambar anak ayam.

"Hiks, terima kasih Kyun-ie. Besar nanti, Joo pasti akan menikahi Kyun-ie." dengan suara serak, Jooheon tersenyum dan mengatakan satu kalimat yang membuat Changkyun bertanda tanya.

"uuh kenapa?" tanyanya dengan wajah menggemaskan. Jooheon saja sampai mencubit pelan pipi gembil milik Changkyun.

"Karena Kyun-ie sangat baik. Jooheon suka!"

Changkyun mengulas sebuah senyum simpul ketika ia mengingat kejadian singkat antara ia dan Jooheon sembari memegang sebuah foto dirinya dengan sang suami dimasa kecil dahulu. Salah satu kejadian yang tidak pernah ia lupakan membuatnya semakin melebarkan senyumannya itu.

Jooheon -sang suami sudah menepati janjinya yang selalu lelaki itu ucapkan setiap Changkyun membantu dan menemaninya bermain semasa kecil. Menikahi Changkyun adalah cita-cita Jooheon dahulu.

Changkyun terkekeh kecil ketika ia mengingat kebodohannya sendiri. Ia bodoh telah percaya pada janji Jooheon yang jelas-jelas hanyalah seorang bocah. Ia terlalu bodoh akan ucapan teman masa kecilnya itu. Bagaimana tidak, Changkyun sangat tahu Jooheon ingin menikahinya hanya saat mereka masih taman kanak-kanak. Tapi dengan bodohnya, ia masih saja berdiri kokoh di samping Jooheon yang sekarang berusaha mendorongnya untuk menjauh.

Sudah satu tahun mereka menjalani pernikahan yang didasari perjodohan. Ketika itu, Jooheon sedang menjalani hubungan dengan kakaknya. Tapi dengan alasan perjanjian mendiang Ayah dan Bundanya,akhirnya kedua orang tua Jooheon pun setuju menjodohkan Changkyun dengan Jooheon.

Saat itu, entah bagaiaman Changkyun merasa senang. Ia tidak memikirkan konsekuensi yang akan ia dapat setelah mereka menjalin sebuah keluarga.

"6 bulan ya?" gumamnya. Ia mengingat jelas ucapan sang dokter yang menangani penyakitnya.

Dokter itu berkata, jika Changkyun hanya akan bertahan selama enam bulan saja. Tentu saja ia syok mendengarnya. Perkiraan hidupnya adalah 5 tahun dari sebelum ia menikah. Tapi entah bagaimana penyakit mematikan yang menggerogoti tubuh Changkyun bisa seganas ini hingga hidupnya yang belum ia rasakan keindahannya harus berakhir dalam waktu enam bulan. Tidak ada yang mengetahui persoalan ini selain dirinya dengan sang dokter.

Changkyun meletakkan foto tersebut ke tempatnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menyambut Jooheon yang baru saja kembali dari kantornya.

"Selamat datang," Changkyun menggigit bibirnya ketika Jooheon masuk membawa seorang lelaki cantik yang memang sering bersamanya.

"Hyung, ingin makan atau mandi terlebih dahulu?" tanyanya berusaha mengabaikan lelaki yang tepat berada di samping Jooheon.

"Tidak. Aku lelah," jawabnya sambil menarik lelaki tersebut menuju kamarnya.

Changkyun melunturkan senyumannya. Ia menarik napas dalam ketika rasa sesak yang selalu ia rasakan menyerang dadanya.

Tangannya mengusap ujung matanya ketika setetes air mata turun tanpa permisi. Ia kembali tersenyum dan menyemangati dirinya sendiri.

Katakan Changkyun bodoh untuk membiarkan lelaki lain masuk ke dalam kamar bersama suaminya. Lagipula, Changkyun cukup sadar akan peran pengganti yang sekarang ia lakukan. Posisinya saat ini bukanlah miliknya. Melainkan milik lelaki yang bersama Jooheon tadi. Kakaknya.

Im Minhyuk.

"Tidak apa. Semua baik-baik saja," gumam Changkyun dan berjalan menuju dapur.

Seperti hari-hari sebelumnya. Changkyun akan menunggu Jooheon pulang untuk makan bersama dan yaaa, selalu berakhir ia makan sendirian. Tidak heran jika Changkyun sering melewati makan malamnya. Karena Jooheon terkadang pulang hingga larut sampai-sampai Changkyun sudah tertidur ataupun sudah tidak berselera untuk makan.

Setelah selesai mengurus perutnya, Changkyun memasukkan sisa makanan yang masih bersih ke dalam kotak makan dan menyimpannya di dalam kulkas. Mungkin esok ia akan memanaskannya dan memakannya kembali. Sayang jika dibuang. Pikirnya.

Changkyun kembali keatas menuju kamarnya. Ia dapat mendengar suara tawa bahagia dari dalam kamar Jooheon ketika ia melewatinya. Dan Changkyun hanya bisa tersenyum miris mendengarnya.








TBC

Sebenarnya gw bingung Minhyuk mau dipasangin sama siapa. Yaa jadi gini deh, bunda min selalu dijadiin orang ketiga :) 🌈🌈

it's hurt •Jookyun ✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora