10

1.2K 112 9
                                    

31 Desember 201X
Malam tahun baru,



"Kajja, hyung."

Jooheon tersenyum ketika ia melihat Changkyun tenggelam dalam pakaian hangatnya. Sangat menggemaskan.

Jooheon menghampiri Changkyun dan melilitkan syal berwarna pastel di leher sang kekasih.

"Jika nanti kau merasa dingin, beri tahu aku," peringat Jooheon. Pasalnya, Changkyun sering tidak jujur dengan keadaannya ketika bersamanya.

"Baik," jawab Changkyun riang.

Malam ini, Changkyun sangat senang. Berjalan di tengah malam dengan salju putih disekitarnya bersama dengan sang pujaan. Bukankah itu romantis? Ahh Changkyun sangat beruntung akan hal itu.

Changkyun memainkan salju putih di bawahnya. Ia berjongkok dan membentuk pola abstrak dengan telunjuk tangannya. Tentu saja Changkyun memakai sarung tangan. Ia sedang menunggu Jooheon yang sedang membeli kembang api.

"Hei, apa yang kau lakukan?"

Changkyun bangun dan menepuk-nepuk celananya ketika salju jatuh di pakaiannya. Ia segera berlari menghampiri Jooheon dan berjalan beriringan menuju tempat yang Jooheon maksud.

Sudah tidak jauh memang. Jooheon hanya mengajaknya ke bukit belakang rumahnya. Tempat yang kemarin sudah Jooheon siapkan.

"Ah!"

"Hati-hati," Jooheon segera mendekap Changkyun ketika lelaki itu hampir saja terperosok ke bawah. Untung saja refleksnya sangat cepat.

"Naik," Jooheon berjongkok di depan Changkyun. Ia mengajukan diri untuk menggendongnya.

Dengan ragu, Changkyun segera melingkarkan tangannya di leher Jooheon. Dan ketika Jooheon berdiri, ia semakin mengeratkan tangannya hingga Jooheon tercekik.

"Aku bisa mati jika kau tidak mengendurkan peganganmu." kekeh Jooheon di akhir kalimatnya.

"Ahh maaf," Changkyun segera mengendurkan eratannya.

"Apakah aku berat?" tanya Changkyun ketika Jooheon terpleset berulang kali. Untung saja tidak sampai terjatuh.

"Tidak, kau sangat ringan. Makanlah yang banyak," titah Jooheon. Entah Jooheon yang terlalu kuat atau Changkyun yang begitu ringan. Jooheon bahkan hampir tidak merasa membawa orang di punggungnya.

Changkyun hanya menganggukkan kepala. Ia ingin sekali memakan makanan apa saja seperti dulu. Menikmatinya tanpa merasa mual sedikit pun. Namun sekarang, setiap ia memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia pasti akan merasakan mual yang sangat melelahkan.

"Sudah sampai."

Changkyun menatap takjup pemandangan di depannya. Bintang berkelap-kelip, bulan yang bersinar dengan terang, dan lampu setiap rumah yang menyala di bawahnya menjadi pandangan yang masuk ke dalam list menakjubkan bagi Changkyun. Ia menatap Jooheon yang masih menggendongnya.

"Apa kau menyukainya?" tanya Jooheon yang membalas tatapan Changkyun.

"Eum!" Changkyun mengangguk berulang kali yang membuat hati Jooheon menghangat.

Jooheon menurunkan Changkyun di dekat bangku yang sudah ia sediakan kemarin. Tidak hanya bangku, tapi ada juga lampu dan beberapa penghangat disana. Salju pun sudah dibersihkan di sekitarnya.

Jooheon benar-benar menyiapkan semuanya dengan hati-hati. Menghabiskan berjam-jam disana hanya untuk memastikan tidak adanya kekurangan. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi diantar mereka.

"5 menit lagi," gumam Jooheon.

Changkyun melirik ke arah Jooheon. Ia merasa aneh dengan gelagat yang Jooheon tunjukkan. Seperti ada sesuatu yang harus Jooheon katakan.

"Ada apa? Katakan saja."

"Tunggu sebentar lagi."

Jooheon membuka plastik belanjaannya. Ia mengambil sebungkus kembang api di dalamnya, "Ayo nyalakan ini," ajaknya dan memberikan setangkai kembang api pada Changkyun.

Setelah menyala, Changkyun hanya diam memperhatikan benda di tangannya yang terlihat begitu indah. Entahlah, sepertinya ini adalah kembang api terindah yang pernah ia lihat.

"Biarkan aku memotret mu," Jooheon merogoh saku celananya.

Setelah mendapat persetujuan, Jooheon mengambil gambar Changkyun beberapa kali. Ia juga mengajaknya berfoto bersama.

Jooheon duduk bersandar di pundak Changkyun, "Apakah kau ingin menyalakannya lagi?" tanya Jooheon sedetik sebelum suara ledakan kembang api yang menyinari langit malam terbentuk.

"Hyung, mari berpisah."

Deg

Telinga Jooheon terasa berdengung. Suara bising dari kembang api yang sedang dinyalakan oleh orang-orang tidak dapat menyadarkan Jooheon dari rasa keterkejutannya.

Ia berdiri seketika dan menghadap Changkyun yang masih duduk di tempatnya, "A-apa maksud mu?" tanyanya tak percaya.

Changkyun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia menggigit bibirnya dengan gugup.

"Ahh, sepertinya kau mengantuk. Ayo pulang, " ajak Jooheon sambil menarik tangan Changkyun pelan.

"Hyung," Changkyun menarik tangannya yang digenggam erat oleh Jooheon, "Aku serius mengatakannya. Seminggu lagi, surat itu sudah berada di hadapan mu," jelas Changkyun seolah ia mengatalan hal itu tidak penting sama sekali.

"Changkyun!"

"Hyung, kau tidak bahagia bersama ku," jawabnya lesu. Ia menundukkan kepalanya. Ia sudah memikirkan hal ini dari lama. Karena setelah ini, ia hanya akan menghabiskan waktunya di rumah sakit. Ia tidak ingin merepotkan Jooheon nantinya.

"Hidung mu," ujar Jooheon khawatir. Ia baru saja ingin menghapus noda merah yang keluar dari hidung Changkyun. Tapi sepertinya, Changkyun tidak ingin hal itu terjadi. Ia menepis tangan Jooheo dengan pelan.

"Ayo pulang. Cuaca semakin dingin," ajak Jooheon berusaha melupakan apa yang baru saja  terjadi.

Rencananya hancur berantakan. Ia ingin mengungkapkan perasaannya malam ini. Mengungkapkan sesuatu yang pasti akan memperbaiki keadaan rumah tangganya. Tapi setelah Changkyun mengajaknya untuk berpisah, ia kembali meragukan perasaannya pada lelali di hadapannya.

Changkyun hanya mengangguk menyetujui ucapan Jooheon. Ia lantas berdiri dan mendahului Jooheon yang berjalan di belakangnya.

Sesekali Changkyun akan tergelincir atau tersandung. Tapi dengan sigap, Jooheon akan menangkapnya dan tidak membiarkan Changkyun terjatuh. Jooheon sudah menawarkan Changkyun untuk naik di punggunya seperti tadi. Tapi tawaran itu selalu ditolak olehnya.

Jooheon benar-benar mengantar Changkyun hingga ambang pintu kamar suaminya. Ia menatap lekat manik mata Changkyun yang memerah.

Jooheon semakin tidak yakin dengan perasaannya. Ia tidak tahu bagaimana perasaannya terhadapat Changkyun. Entah ia hanya merasa nyaman sebagia kakak atau sebagai suami.

"Changkyun..." ia menarik tangan Changkyun semakin mendekat. Ia merasa bersalah dengannya ketika ia tidak dapat membalas perasaan sang adik dari mantan kekasihnya.

Chu~

Changkyun berjinjit dan mencium bibir Jooheon. Dan tanpa terduga, lelaki yang lebih tua darinya menahan tengkuknnya dan memperdalam ciuman itu.

"Eunghh h-hyungh" lenguh Changkyun ketika tangan Jooheon mulai menelusupi bajunya.

Changkyun menarik kepalanya dan menatap wajah Jooheon yang sudah penuh dengan linangan air mata.

Tanpa berucap, Changkyun kembali mencium Jooheon dan mengalungkan lengannya di leher sang suami yang tidak akan lama lagi menjadi mantan suaminya.

Yahh, biarkan malam ini menjadi malam panjang keduanya. Berbagi rasa hangat di tengah dinginnya malam untuk terkahir kalinya.



TBC

it's hurt •Jookyun ✔️Where stories live. Discover now