SEBELAS

75 10 10
                                    

Luna duduk diem melamun di pinggir lapangan basket. Melirik sesekali dengan kesal ke suara berisik Adek kelas yang tengah menonton bakset di sore ini. Sekolah masih ramai. Entah dari anak organisasi yang baru bubar rapat atau anak eskul yang bersiap untuk pulang dan juga anak kelas 12 yang masih mondar-mandir untuk uprak.

Luna meneguk air dingin yang ia beli dari kantin setelah latihan drama yang hanya berisi cekcok gak jelas dari teman-temannya. Ngomongnya sih latihan drama yang ada mana adu bacot hasilnya gak ada satupun latihan yang benar.

Matahari mulai turun ke barat, jam tangannya menunjukan jam 16:35. Memang sudah waktunya untuk semua aktifitas di sekolah berhenti.

Luna melihat ke lapangan, lalu mendecak. Dia menunggu pemuda yang berlaga sok keren di lapangan bermain bakset. Dia hanya duduk selama 15 menit tapi pemuda itu tak ada tanda-tanda untuk menghentikan permainannya.

Setelah tidak tahan, akhirnya dia berteriak memanggil Nino. Membuat pemuda itu langsung menghentikan permainan dan menghampirinya.

"Lah sejak kapan Lo disini?" tanyanya yang langsung merebut air di tangan Luna dan meminumnya tanpa permisi.

"Itu minuman gue ya anjir napa Lo minum aja tanpa permisi," kesalnya langsung memukul bahu Nino, membuat pemuda itu tersedak.

"HEH, Lo mau bunuh gue?"

"Banget."

"Cih cuma air, kaya gue nyuri harta Lo aja."

"Ya itu harta gue."

"Goblok," kata Nino langsung menoyor kepala Luna. "ko Lo udah selesai? Sebentar banget ?"

"Gue gak latihan tapi adu bacot doang dari tadi di kelas, ya gue langsung kabur aja."

"mau langsung pulang ?"

"Iya, udah sore juga. Takut Lo kemalam."

"Ha masih sore kok. Emang gue mau kemana kok bisa sampai kemalaman?"

"Ngaterin gue?" Kata Luna.

"Kata siapa?"

Tanpa kata Luna langsung memukul pundak Nino dengan keras.

"Iya iya, gue anterin."

"No," panggil Luna membuat Nino yang ingin beranjak mengambil tasnya mengurungkan niatnya.

"Apa?"

"Lo bahagia gak sih sekarang?"

Pertanyaan Luna membuat Nino menaikan alis bingung, "bahagia..." jawab Nino yang sebenarnya masih bingung.

"Dengan keadaan...... Keluarga lo?"

Nino terdiam, Luna pun membuang muka. Karena pembahasan soal keluarga bagi Nino adalah hal sensitif.

Nino anak broken home. Mama dan papanya perpisahan saat dirinya kelas 1 SMA.

"Lo ngerasa sepi gak?" lanjut Luna tanpa menatap Nino.

"Hmm, kadang, tapi karena ada yang lain gue ngerasa gak sendirian lagi," Jawabnya menerawang jauh ke lapangan basket. Lalu menoleh setelah mendesah, "kenapa, Bu Atin ngomong apa aja sama Lo?"

"Bukan karena Bu Atin," elak Luna.

"Terus? Tiba-tiba?"

"Enggak ada apa-apa," kata Luna makin mengelak, lalu berdiri membalikkan. "Udah yuk keburu malam."

"Lun," panggil Nino membuat Luna berbalik.

"Apapun itu, perpisahan bukan suatu pilihan yang baik," kata Nino membuat Luna terdiam.

YOUR'SWhere stories live. Discover now