EMPAT

86 10 3
                                    

Jari Alin mengetuk meja dengan gusar, tak ikut memakan camilan yang sebagian disediakan oleh panitia maupun yang dibeli sendiri bersama yang lain selama acara mulai berlangsung di depan sana. Menatap gusar penampilan band dari angkatan baru. Beberapa kali melirik kebelakang samping melihat Nino yang sepertinya asyik bermain game. Tak memperdulikan sekitarnya. Seperti biasanya.

Nino, cowok yang cuek dengan sekitar itu entah kenapa tiba-tiba tidak bicara padanya dari setiba disini sampai sekarang. Ataupun melihat pesan yang dia kirim lewat WhatsApp beberapa menit lalu. Padahal Nino memegang handphonenya. Memang benar jika pemuda itu sedang bermain game. Apalagi Nino yang seakan mengacuhkannya. Tak memperdulikan Alin yang harus mencari sepatu sendirian seperti tadi. Untung ada Satryo kan.

Ck. Apa sih, napa ke Satryo lagi.

Si Nino juga, kenapa gak mau ngomong sama dia saat sampai disini. Kenapa malah mendiamkannya kayak gini? Dia ada salah ya?

Ck. Kok jadi gini sih ??

Alin pengen datang, iya sih tiba-tiba, tapi Nino sudah ada janji sama Luna buat berangkat bersama. Terus kalo dia sendirian, jauh. Dan satu satunya cara ya dia bareng Aldo, karena cuma Aldo yang free. Tapi kok Nino diemin dia sih?

Marah karena Alin berangkat sama Aldo? Tapi kalo dipikir-pikir, buat apa ya Nino marah? Atau bukan karena itu. Terus apa ? Perasaan dia gak salah deh.

"Lin Lo Napa anjir ganggu telinga gue?"

"Ha apa? Perasaan gue diem aja deh gak suara," bela Alin gak terima.

"Lo kalo nafas bisa biasa aja gak, gak usah sok berat gitu. Ganggu," julid Fani.

"Lebay Lo njir," sahut Alin kesal. Sementara Fani kini lebih milih fokus kearah depan. Pada penampilan dance.

"Fan," panggil Alin pada Fani yang fokus kedepan. Tak menanggapi apapun. Alin mendekat, mulai berbisik dengan suara pelan di telinga kanan Fani.

Fani hanya berdehem tak ingin menghadapi Alin yang mulai berbisik padanya.

"Fan, ih." Namun Fani benar benar tak meresponnya. "Fan, Nino kok gak ada ngomong sama gue ya?" tanyanya berbisik.

"Ha?" tanyanya tak mengerti.

"Nino sejak tiba disini, gak ada ngomong sama gue. Jangankan ngomong, noleh aja gak. Chat gue juga gak dibales nih. Kenapa sih?" jelasnya.

"Mana gue tahu elah," jawab Fani malas lalu fokus kedepan lagi.

"Gue ada salah gitu ya ke dia?" katanya dengan pelan. "Tapi apa?"

"Kok tanya gue?" sewot Fani cuek.

"Ih Fan, gue bingung."

Fani melengos, menoleh, menaruh perhatian penuh pada cewek itu dan menatap Alin dengan malas.

"Gak peduli," kata Fani tak ingin lanjut. "Sono, gue gak urus."

"Fan ih," rengek Alin lagi. "Dia marah gitu sama gue? Kenapa? Gue salah apa sih?

"Coba Lo ingat-ingat," ucap Fani menyuruh mulai menanggapi Alin agar cewe satu tidak menggangunya lagi.

Tapi Alin menggeleng. "Kita baik-baik aja kok. Malah seharusnya gue kali yang marah gara-gara kemaren gue di tinggal di sekolah."

Fani mendengus, lalu berpikir, "mungkin cemburu kalik Lo berangkat sama Aldo," sambungnya.

Alin menaikan alis bingung, "kok?" lalu merenggut, "Dih? Gue aja gak cemburu tuh dia sama Luna," katanya. Membuat Fani mendesah pelan.

"Yaa, karena itu Aldo," kata Fani cuek.

YOUR'SWhere stories live. Discover now