SEMBILAN

93 12 7
                                    

Alin mendesah pelan memasuki lobi sekolah. Melangkah dengan tenang memperhatikan sekelilingnya yang mulai ramai berlalu lalang siswa datang ke sekolah. Langkahnya memasuki tengah lapangan, lalu memelan. Memperhatikan dari jauh koridor kelas 11 IPA tepat berada di sisi kanan lapangan. Memicingkan mata menembus dedaunan yang ada di taman depan koridor itu. Langkahnya terus dengan mata masih lurus memandang koridor 11 IPA. Lalu mendesah pelan. Melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi. Namun tanpa bisa dicegah, matanya melirik kembali ke koridor 11 IPA, lebih tepatnya koridor 11 IPA 3 yang masih nampak sepi didepan kelasnya.
Alin mendecak. Meruntuki dirinya sendiri. Yang merasa khawatir dengan keadaan Satryo sekarang.

Dia baik-baik saja kan hari ini? Berangkat ke sekolah atau istirahat di rumah ?

Sekali lagi Alin mendecak dalam hati. Terus melangkah pelan melewati lapangan dengan tenang. Mendesah pelan dengan perlahan. Memikirkan keadaan si Satryo yang hujan-hujanan kemaren karena mengantarnya pulang.

Langkah Alin berhenti didepan pintu kelas. Memandang kearah koridor kelas 12 IPA, tepatnya didepan kelas IPA 2. Disana terlihat Nino dan Luna yang tengah berdebat dengan Luna berdiri dengan wajah menggerutu dihadapan Nino yang duduk disana memasang wajah melas. Alin menipiskan bibir. Langsung memutar badan memasuki kelasnya.
Alin membuang nafas panjang. Tak peduli banyak.

***

Alin melangkah memasuki koridor 11 IPA. Perasaannya tak tenang sebelum dia tahu keadaan Satryo. Karena setelah dirumah Alin, Satryo bersin-bersin. Saat Alin menawarkan untuk mampir Satryo bilang harus langsung menemui kak Yeni, pelatih tari yang satu kompleks, meski berbeda blok dengan rumahnya. Makanya kemaren Satryo mau mengantarnya pulang karena satu arah. Dia merasa bersalah karena itu Satryo harus menerobos hujan yang belum juga reda padahal sudah pukul 4 sore.

"Tania!" teriak Alin saat Tania si juniornya juga baru saja keluar dari kelas 11 IPA 3.

"Eh? Ada apa kak?" tanyanya.

"Eh itu, Satryo ada ?" tanyanya langsung.

"Satryo?" katanya mengangkat alis memandang kelasnya. "Kayaknya gak ada deh kak. Entah kemana tadi perginya. Ada apa ?"

Alin terdiam, "ah itu, gue ada urusan sama dia," jawab Alin.

"Bentar ya kak aku tanyain sama yang lain dulu," katanya lalu masuk ke kelas.

Alin menunggu dengan mata menyelusuri kedalam kelas. Membalas senyum ketika dua orang siswa melewatinya dan memberikan senyum padanya. Pandangnya tertuju pada punggung salah satu sosok gadis tadi. Mendesah pelan tak lagi lanjut. Kemudian menoleh kembali pada Tania yang datang padanya.

"Tadi kata Arya si Satryo di UKS kak. Kepalanya sakit gitu katanya," lapor Tania.

Alin melebarkan mata lalu mengucapkan terimakasih dan langsung pergi menuju UKS.

Alin membuka pintu UKS dan terdiam dengan dengan mata melebar kecil terkejut. Dua orang yang berada disana, menolehkan kepala melihat kedatangan Alin dengan alis berkerut

.
"Alim? Lo Mau apa?" tanya Luna mengangkat alis.

Alin mengerjap sesaat. Berdehem pelan, "ah itu. Gue cari Fani. Katanya disini," jawabnya berbohong.

"Fani? Gak ada disini," jawab Luna.

"Oh, terus Lo ngapain disini?" tanyanya. Lalu matanya menoleh pada Satryo yang juga menatapnya diam tak banyak bicara duduk diatas salah satu ranjang yang tak jauh dari Luna berdiri. Dengan wajah pucat.

"Oh, ini ngambil obat buat Nino," jawabnya sambil menunjukkan obat yang dia pegang.

Alin melebarkan mata mendengar itu. "Dia kenapa?" tanyanya langsung.

YOUR'SWhere stories live. Discover now