Pan's 1

521 59 0
                                    

Aku berlari menyusuri lorong sekolah menuju ke aula utama, tempat pemilihan center untuk kompetisi dance antar sekolah. Aku berhenti di depan pintu aula, lalu menyebutkan namaku pada Kakak kelas.

"Hai kak. Aku Alzamora kelas 11 Bahasa 1," ucapku

"Langsung masuk aja."

Aku membungkuk dan mulai masuk ke aula. Aku bernapas lega ketika tahu seleksi belum dimulai.

"Baiklah saya disini selaku pemimpin ekskul dance akan melakukan penilaian bersama dengan dancer senior. Kalian akan melakukan dance yang akan dipraktikkan oleh Kak Venli," ucap Gema.

Aku sedikit bersyukur, kami tidak harus mengikuti dance dari senior laki-laki yang cukup enerjik pastinya.

"Inti dari pemilihan ini adalah untuk memilih salah satu dari kalian untuk menjadi center utama dalam kompetisi dance antar sekolah. Dan sisanya tetap akan masuk dalam kompetisi, karena yang pasti kompetisi ini adalah dance kelompok bukan solo atau berpasangan," sambung Gema.

"Jadi tanpa basa basi mari kita mulai."

Kak Venli telah berdiri di depan kami dan bersiap. Aku mendengar lagu 'Hey Mama' mulai diputar. Kak Venli telah memperagakan beberapa gerakan yang harus kami lakukan. Aku memperhatikan ada beberapa gerakan yang tidak mudah untuk kaki dan tangan secara bersamaan.

"Baiklah jika kalian butuh pengulangan maka itu akan mengurangi nilai kalian," ucap Kak Venli.

Aku melihat Lera di tempat pertama dengan wajah santai mencoba dengan mudah, tetapi diakhir dia sedikit tidak seimbang dan akhirnya jatuh. Para penonton terdengar kecewa. Lalu lanjut ke Clara untuk urutan kedua. Kak Venli telah menawarkan untuk melakukan 2 kali atau tidak, namun Clara hanya menolak dengan angkuh. Seolah-olah dia hebat dalam hal ini. Namun ketika dia melakukan gerakan diakhir yang kupikir susah itu, ia tidak sengaja menginjak kakinya sendiri dan terjatuh.

Gema yang ada di depanku tertawa puas melihatnya. Kini giliranku sebagai urutan ketiga, aku mulai melakukan semua gerakan dengan baik. Kini tiba digerakan terakhir yang terbilang sulit. Aku mulai melakukannya dan aku berhasil. Aku berhenti dan melihat sekeliling para penonton tidak bereaksi membuatku sedikit kecewa walaupun aku melakukannya dengan baik.

Di urutan terakhir ada adik kelas yaitu Shifa. Dia cukup baik dalam hal ini, aku mulai melihat sesuatu di matanya. Ketakutan.

30 menit kemudian

Tiba saatnya untuk panitia dan juri menilai dan memilih center. Tetapi mereka akan mengumumkannya lewat email, agar tidak terjadi kecurangan.

Kami akhirnya kembali ke kelas masing-masing. Sejujurnya aku benci kelasku. Bahkan sekolah ini.

"Hei, apa yang aku lewatkan," sapaku. Tidak ada yang menjawab, aku pun langsung duduk ke bangku.

"Gimana Al, sukses nggak ni?" ucap Yaza, sahabatku. Atau mungkin bisa dibilang teman satu bangkuku.

"Lumayan. Tapi aku nggak bisa seyakin itu Za," keluhku.

"Wow. Jangan bilang kamu buat kesalahan ya pas dance?" tuduhnya. Aku hanya memutar mata.

"Ya ampun, Alza. Nggak boleh pesimis dong ya. Kamu bisa pasti dapat posisi itu, kalo nggak bisa kan tetep bisa ikut kompetisi," ujar Yaza.

"Kamu nggak paham, Za. Sebagus apapun aku, aku nggak bisa seyakin itu. Ntar jatuhnya sakit kalo bukan aku," balasku.

Tidak lama kemudian Pak Lio, Guru Fisika masuk ke kelas dan menyuruh kami membentuk kelompok lima orang. Hal ini yang paling kubenci, aku harus bergabung dengan yang lain. Parahnya hanya tiga orang itu yang tersisa, orang yang selalu menggunakanku saat butuh dan tidak mau membutuku saat susah.

Delusi, Peter PanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang